3.Sya

130 16 0
                                    

Bukan hanya sekali Anita, gadis paling cantik dikantornya, secara tersirat hingga terang-terangan meminta tolong untuk diantar pulang. Sejauh ini Nathan selalu punya alasan untuk menolak. Sebelum Anita, godaan serupa sudah sering menghampirinya.

Namun, Nathan bukan lelaki yang mudah tergoda paras cantik. Butuh lebih dari sekadar tampang dan penampilan bak selebriti untuk bisa memikatnya. Sebagai laki-laki, telah lama dia membangun kesetiaan. Sejak bersama Sya tepatnya. Gadis itu memiliki semua yang dia butuhkan untuk menghijrahkan hati.

Kalaupun ada kelemahan, hanya karena Sya keras kepala dan sering terlalu mandiri, sementara dia sebagai lelaki ingin bisa memiliki seseorang sebagai tumpuan kasih sayang. Berharap Syanya bisa bermanja-manja, dengan begitu dia merasa dibutuhkan.

Seharusnya dia dan Sya memiliki akhir bahagia.

Nathan memandang penuh kasih foto berukuran kecil yang terselip di dompetnya. Foto lusuh yang sudah berada disana, bahkan sebelum mereka jadian. Seorang kawan mengambilnya diam-diam saat lomba debat di kampus, lalu menjualnya kepada Nathan serta siapa saja yang menurutnya naksir sama Sya.
Tak hanya foto Sya, tetapi juga gadis-gadis lain yang menjadi incaran. Namun, cuma satu foto itu yang menarik perhatian Nathan. Foto itu juga memberinya sebuah awal, setelah sebelumnya tak punya apa-apa untuk dipandang setelah jam kuliah usai.

Seharusnya hari itu dia tak pergi dengan Anita. Seharusnya Sya tak mengingkari janjinya.

"Jangan ngomong seenaknya begitu."

Tidak seperti yang siapapun bayangkan. Kalimat barusan diucapkan Sya dengan nada sangat datar. Tidak kesal apalagi marah. Nathan bahkan bisa melihat senyum manis mengintip dibalik nada suara gadisnya.

"Bukan seenaknya, tapi Sya, kan, udah janji. Untuk sekali ini aja, please... Nathan udah janji sama temen-temen kantor untuk mengenalkan kamu."

Tak berhenti disitu, Nathan merajuk, walaupun yang muncul lebih terkesan kesal. "Jangan dibatalkan hanya karena alasan sepele, dong, Sya."

"Nathan ini bukan hal sepele. Aku nggak mungkin membiarkan Mama jalan sendirian."

Kesabaran lelaki itu menipis.. Biasanya Sya selalu berhasil membuat Nathan mengerti. Namun, kali ini..

"Kamu meminta banyak hal untuk dimengerti, dan sejauh ini aku selalu mencoba mengalah. Cuma satu kali ini aja, tolong Sya mengerti, dong."

Sya bergeming.

Pembicaraan via telepon tak menemukan kesepakatan. Di mata Nathan, Sya tidak menunjukkan komitmen, tidak menepati janji. Sementara buat Sya, Nathan bertingkah kekanak-kanakan. Selama empat tahun jadian, inilah pertengkaran paling besar yang pernah terjadi.

Dia menjaga jarak dan hubungan keduanya sempat merenggang.

Bukan, bukan karena Nathan masih menahan kesal dan marah.

Tidak pernah berpikir untuk putus dengan Sya, apalagi karena persoalan sekecil itu. Apa yang mereka miliki jauh lebih indah dan berarti, lagi pula pernikahan diambang pintu.

Namun, Nathan terpaksa menjauh. Sebab malam itu sesuatu yang tidak di inginkan terjadi.

Convert(Park Chanyeol)#the EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang