13. Menyapa takdir

69 10 0
                                    

Rindunya mendapat kesempatan.

Ya, sehari sebelum Ashima__sosok mungil yang memancarkan cahaya kehidupan itu, kembali ketanah air, apa yang diinginkannya terwujud.

Setelah selama dua hari nyaris tak cukup tidur, terus mendata, lalu mendatangi tempat-tempat yang mungkin dikunjungi gadis itu, Chanyeol merasa memperoleh kemenangan besar saat mereka akhirnya bertemu.

Woojin, salah satu masjid tertua di Distrik nine, yang terkenal, dan menjadi tempat tujuan wisata, tak hanya bagi turis, tetapi juga penduduk lokal dari berbagai pelosok.

"Ashima!"

Teriakan kencangnya menolehkan banyak kepala dan pandangan heran, kecuali dari gadis yang ditujunya.

Tubuh mungil dengan celana jins, dan jaket tebal berwarna hitam bergeming membelakangi, sibuk membidikkan kamera. Sehelai kain merah maroon tampak menutupi kepala, jauh lebih rapat dari sebagian perempuan muslim yang pernah ditemuinya di Lee, Han dan. Yang, dimana sebagian rambut atau bahkan telinga mereka kadang masih terlihat.

Malam saat mereka bertemu di bus memang gelap, tetapi Chanyeol merasa pasti ketika ia tak bisa melihat apa pun, kecuali bagian wajah, dengan sepasang mata besar dan indah, dinaungi kelopak lentik yang sekarang memandangnya.

Chanyeol?

Aaah, dia belum dilupakan.

Senyuman lebar muncul di bibir laki-laki dengan rahang kukuh itu.

Setelah dengan terlalu bersemangat berteriak-teriak__semoga gadis itu tidak mendengarnya tadi, syukurlah dia tak salah orang.

Mereka berjalan bersisian. Chanyeol dengan cepat mengontrol dirinya, berusaha terlihat lebih tenang. Napasnya yang tadi sedikit memburu karena rasa senang yang luar biasa, sebisa mungkin diaturnya dengan baik agar tak menimbulkan dugaan macam-macam dari gadis disampingnya.

"Why are you here?"

"Oh... I always want to come here."

Laki-laki itu tak ingin berbohong, apa yang disampaikannya memang benar. Namun, Ashima-nya tak perlu tahu bahwa dia telah dengan sengaja mencari gadis itu kesana kemari.

"Do you know how old this mosque is?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"A thousand years?"

Chanyeol mengangguk, "more than a thousand years. It was build in 996."

Mereka berjalan bersisian, menikmati arsitektur masjid yang memadukan struktur saya bagaimana rumah kayu tradisional, tetapi dipadukan dekorasi bernuansa arab.

Dengan fasih Chanyeol menjelaskan posisi masjid yang berbeda dengan kuil-kuil Budha yang menghadap ke selatan, tetapi langsung mengarah lurus ke Mekkah.

Setelah melewati pintu masuk, pengunjung akan berhadapan dengan watching moon tower, menara berbentuk heksagonal, setinggi lebih dari 10 meter. Bagian atasnya seperti rumah dengan atap keemasan.

"The tower is so named that way, because it was used by the imam to observe the position of the moon, to determine times for fasting."

Ah, Haba mengangguk.

Dari menara itu para imam mengawasi bulan untuk menentukan kapan Ramadhan pertama tiba.

Perjelasan detail yang mau tak mau mengingatkan gadis berkerudung itu akan kalimat Annisa, tentang Chanyeol.

'Siapa tahu dia muslim? Memangnya kamu sudah nanya?

Namun, pikiran tersebut hanya mengendap di benaknya. Mereka terus berjalan hingga tiba di prayer hall. Salah satu bagian paling penting di masjid tua ini. Tanpa berpikir, Haba melepaskan sepatu.

"Don't you want to come and see inside?"

Pertanyaan pertama yang membentangkan jarak dan membuat Chanyeol tercekat. Dia tak ingin merusak pertemuan kedua dengan menampilkan perbedaan.

Area masjid Woojin seperti juga masjid-masjid tua lain yang banyak bertebaran di Seoul memang menjadi wisata tak hanya bagi umat muslim, tetapi juga penganut kepercayaan lain, selama mereka dengan pakaian sopan. Namun...

Pikiran cepat Chanyeol berhitung.

Dia bisa saja melangkah dan pura-pura tidak tahu aturan pihak masjid. Atau lebih jauh lagi mengatakan dirinya muslim. Walaupun sebenarnya bukan.

Namun, dua pikiran tersebut dengan segera disergahnya. Ke beruntungan bertemu dengan gadis di hadapannya, tak boleh dirusak dengan satu ketidakjujuran.

"I'd love to, but it's only open to muslim."

Ashima-nya tertegun, hanya sepersekian detik, sebelum mengacungkan satu ibu jarinya.#

Convert(Park Chanyeol)#the EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang