Sudah dua minggu Haba terbaring koma.
Belasan hari mengubah Chanyeol yang rapi menjadi lelaki lusuh dengan penampilan acak-acakan dan mata merah akibat kurang tidur.
Tidak hanya Mama, Anissa, dan Mas Ridwan yang bolak-balik rumah sakit, yang jatuh iba dan bertambah kasih kepada lelaki Korea itu. Bahkan para suster ikut menitikkan airmata setelah mengetahui kisah cinta Chanyeol dan Haba.
"Cinta sejati," bisik mereka, menatap punggung Chanyeol ditemani ransel lusuh, yang nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit. Pernikahannya bahkan belum sehari ketika istrinya dirampas takdir.
Namun, dia tak akan menyesali. Agama yang belum lama ini dianutnya telah memberi jauh lebih banyak harapan dari yang biasa dia punya. Percaya bahwa kuasa manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan biasanya Allah. Kun fayakun! Jika sang pencipta berkehendak, siapa yang bisa menghalangi?
Hari demi hari menatap wajah pucat istrinya yang terbaring menguatkan lantunan doa. Kadang diselingi isak, ketika semua terlelap. Tak pernah dia begitu menginginkan sesuatu sebelumnya. Dan, walaupun vonis stroke kedua terdengar berat, keberadaan Allah dengan segala kemahabesaran-Nya menambah nyala harapan yang sedikit di mata banyak orang.
Bukan kah dia punya Tuhan yang senang jika hamba-Nya meminta?
Dengan kepercayaan itu, Chanyeol tak pernah beranjak, kecuali sekedar ke kamar mandi, atau sholat. Urusan bisnis di Seoul, dilakukan melalui telepon dan via e-mail seperti sebelumnya.
Malam hari direbahkannya kepala di pembaringan, sambil menatap wajah kekasihnya. Berharap menjadi yang pertama terlihat gadis itu ketika membuka mata.
Malam kedua puluh dua.
Haba membuka mata, seperti dibawa kembali keruang kehidupan setelah tidur panjang. Kaget dan shock menemukan seorang lelaki dalam jarak begitu dekat hendak mencium keningnya. Kepanikan yang disertai jeritan dan tamparan di wajah lelaki itu. Keheningan malam pecah. Para perawat tergopoh-gopoh mendatangi kamar dan Haba telah terduduk disisi tempat tidur, sambil tangannya menunjuk-nunjuk wajah Chanyeol yang memerah terkena tamparan.
Kalimat hamdalah dan aroma kelegaan memenuhi kamar. "Putri salju sudah bangun." ujar seorang dari petugas berpakaian putih-putih itu disertai dengan senyum lebar.
Dua suster mendekati untuk mengecek tabung infus dan mengamati kondisi gadis itu, dengan senyum ramah.
Akibat stroke kedua yang dialaminya, gadis bersama manis itu kehilangan memorinya. Tak bisa mengingat orang-orang yang di cintai. Wajah Mama dan Anissa tersa asing. Chanyeol apalagi.
Ini menjelaskan tamparan keras di pipi lelaki itu saat Haba sadar.
Namun Chanyeol tak marah. Dalam bahasa inggris lelaki itu malah berkata," if that's what it takes to make you wake up, you can slap me many time, Ashima."
Siapa Ashima? Bukankah mereka bilang namanya Haba?
Ah, terlalu banyak yang harus dicerna dalam satu waktu. Haba tahu dia harus bersabar. Setelah pulang dari rumah sakit, sederet terapi di rehabilitasi medis rumah sakit, harus dijalani setiap weekend nya. Dimulai dengan okupasi terapi untuk mengembalikan kekuatan ditangannya, perlahan dia kembali belajar menulis setelah tangannya tak bisa memegang apapun.
Serangkaian terapi dijalani Haba. Tak lepas dari usaha Mama, Anissa, mas Ridwan dan tentu saja Chanyeol.
Setiap ada waktu ketika dirumah, mereka mengulang kembali apa yang di lakukan terapis di rumah sakit. Mengajari Haba mengenal huruf dan angka. Berlatih merangkai kata, dan berhitung, mengenal anggota keluarga dan tidak lupa menuntun kedua kakinya melangkah.
Dan setiap kemajuan, sekecil apapun, akan disambut dengan kalimat hamdalah, dan berbagai kalimat tauhid, yang terbata-bata diikuti Haba.
"You are in my school," goda Chanyeol,"Dan, saya kepala se-ko-lah..mu."
Padahal setelah serangan stroke, lelaki itu benar-benar tampak asing. Chanyeol harus meyakinkan terkadang menunjukkan foto, bahkan, memutar video singkat resepsi pernikahan mereka, untuk mengusir keraguan yang sesekali masih menghinggapi Haba, dan menimbulkan kesungkanan berbagi kamar dan tempat tidur dengan pemuda itu.
🍄
.
.
.
Bersambung
.
.
.This is story. Maaf kalo sedikit atau kurang puas dengan karyaku ini. Terimakasih bagi yang sudah mau membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Convert(Park Chanyeol)#the End
FanfictionHidayah siapa yang dapat menduga? Siapa yang bisa menentukkan arahnya? siapa yang dapat menentukan kapan datangnya? Hidayah dia datang sendiri, pada orang yang sudah sepantasnya. Park Chanyeol adalah warganegara Korea Selatan menetap di seoul, tel...