Hujan deras mencegahnya segera angkat kaki dari rumah Anita.
Dan, rasa kesal terhadap Sya melunakkan pertahanan lelaki itu, hingga mengiyakan tanpa berpikir saat perempuan cantik itu meminta diantarkan pulang.
Lagu lama yang selalu berulang.
Namun sekali ini Nathan tak peduli. Tak merasa berkhianat. Toh, dia hanya mengantar rekan kerja. Sesuatu yang jika diketahui gadisnya sepertinya tidak akan menyulut cemburu.
Namun, angin yang bertiup kencang, dan hujan lebat memaksa Nathan berada dirumah Anita lebih lama. Situasi seklise sinetron kacangan yang dihindari nya di televisi.Mereka duduk menikmati kopi panas buatan gadis itu, yang harus diakui Nathan, tak hanya menghangatkan, tetapi juga terasa enak melewati tenggorokan.
"Bapak dan ibu, kemana Nit?"
Anita yang memiliki satu saudara laki-laki yang sedang sekolah di Kanada. Sudah dua kali , Nathan bersama teman-teman kantor mampir kerumah ini. Terakhir waktu mereka merencanakan CSR di Cisarua, mengundang anak-anak panti asuhan. Anita yang pertama menawarkan rumahnya sebagai tempat mereka rapat. Kedua orangtua gadis itu biasanya selalu terlihat.
"Ke undangan pernikahan"
Atmosfer kecanggungan mulai muncul. Anita menetralisirnya dengan cepat, "Sebentar lagi mungkin pulang. Kopinya aku tambah lagi, ya?"
Nathan mengangkat cangkirnya menolak halus. Anita tidak memaksa.
Sunyi, suasana yang menyalakan alarm dihati lelaki itu lebih kencang. Mereka ngobrol beberapa hal tentang kantor, sebelum kemudian sama-sama terdiam.
Dia sudah bangkit dari kursi,karena gadis itu mengatakan sesuatu dengan nada memelas.
"Nathan, aku boleh minta bantuan, sekali ini aja."
"Apa?"
Lelaki itu kembali menghenyakkan pantat dikursi.
"Jujur aku takut. Belakangan ini sekitar rumah nggak aman, beberapa kali terjadi perampokan. Kalau boleh, temani Nita sebentar, ya, sampai Bapak Ibu pulang."
Nathan ingin menolak. Namun,pening kemungkinan kebanyakan minum kopi juga hujan deras dan paras bernuansa khawatir dari gadis didepannya, menimbulkan keraguan.
"Hanya sampai Bapak Ibu tiba. Setelah itu kamu boleh pulang, please?!"
Apa yang akan dilakukan laki-laki lain dalam posisinya? Mungkin tidak jauh berbeda. Ingin segera pergi dan bersikap tidak peduli, tetapi.. Rasa tanggung jawab mengusik.
Jarum jam terus bergerak. Namun, orangtua gadis itu belum muncul juga. Nathan mendesah. Melirik ponselnya berkali-kali. Sudah lewat pukul satu malam, Sya mungkin sudah tidur. Tidak mungkin dia mengirim pesan ke Sya. Mereka belum berdamai sejak keributan ditelepon sore tadi, saat Sya membatalkan kepergiannya ke acara teman-teman sekantor Nathan.
Kalau saja kepalanya tidak terasa berat,mungkin sudah ditembusnya hujan deras malam itu. Namun, ada rasa tidak nyaman saat ingin meninggalkan Anita sendirian. Bagaimana kalau nanti ada apa-apa dengan gadis itu dan dia terpenjara rasa bersalah seumur hidup?
Anita yang barusan masuk kekamar, keluar dengan pakaian tidur.
Suasana makin tidak enak. Namun rasanya Nathan tak punya alasan untuk itu, karena Anita tampak menjaga jarak. Tidak berusaha secara agresif mendekati, misalnya.
"Nathan kalau capek, aku siapkan kamar, ya, tidur didalam saja."
Lelaki berambut nyaris menyentuh bahu itu cepat-cepat menggeleng.
"Kamu,kan,belum istirahat juga."
Nathan menggeleng tegas.
"Um, aku tidur diruang tamu sini aja deh."
Senyum manis Anita muncul. Gadis itu bangkit, lalu berjalan kedalam, sebelum kemudian mendekati lelaki itu dengan membawa bantal, guling, dan selimut.
Jarak mereka tak pernah sedekat ini sebelumnya.
Dia bahkan bisa menghirup hwrum farfum dari tubuh gadis itu.
Dan, siluet yang terbentuk dari cara berpakaian Anita mengusik kelelakiaanya.
Kedua mata anak muda itu terpana. Anita tersenyum semakin mendekat.
Diluar hujan tercurah kian deras.
###
Paginya, dengan wajah lesu Nathan berjalan meninggalkan rumah Anita. Sebuah botol minuman plastik yang tergeletak tak jauh dari motornya terparkir, dengan cepat menjadi sasaran kekesalaannya. Kaki kanan cowok itu menendang bekas botol minuman plastik hingga terlempar jauh. Sebelum menyalakan mesin dan melarikan motornya meraung-raung membelah jalan raya.###
Assalamualaikum wr.wb.
Oke oke testing ya gaes semoga suka sama ceritanya. Klo nggak suka juga nggak papa, saya tidak memaksa.
Berharap nya sih kalian suka, wkwkwkwk.
Oke yang mau baca makasihhhhhhhhhhhhhhhhhh
Thank youuuuuuuuuuuuuuuu
Gomawooooooooooooooooooo
Duh lebay diriku!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Convert(Park Chanyeol)#the End
FanfictionHidayah siapa yang dapat menduga? Siapa yang bisa menentukkan arahnya? siapa yang dapat menentukan kapan datangnya? Hidayah dia datang sendiri, pada orang yang sudah sepantasnya. Park Chanyeol adalah warganegara Korea Selatan menetap di seoul, tel...