23. Lamaran🌹

59 9 0
                                    

Belasan serangan.

Entah berapa kali gadis itu merasa inilah saatnya dia menyapa Sang Pencipta,  yang belakangan memang terasa begitu dekat.

Namun, sepasang tangan, selain milik Mama, dengan sabar menuntunnya kembali pada kehidupan. Menyemangatinya untuk bertahan. Laki-laki asal negeri ginseng yang dikenal tak disengaja, datang bukan tanpa alasan. Dan, hari ini sosok tampannya, dengan senyum canggung, akhirnya melontarkan kalimat itu.

"Marry me, Ashima?" suaranya tegas bercampur getar keharuan dan rindu.

Kelopak mata besar milik gadis bernama lengkap Haba Syasabilla itu berembun. Dia tidak langsung menjawab. Sebaliknya menelusuri mata Chanyeol yang di dalamnya tersirat sebuah harapan. Sungguh dia enggan memalingkan pandangan. Sekali ini saja. Semoga Allah berkenan memaafkannya sebab dia hanya ingin betul-betul percaya bahwa laki-laki asing itu memang mengucapkannya.

Bahwa kalimat barusan nyata dan ia tak salah dengar.

Tak lama. Haba mengalihkan pandangannya dari tujuh warna pelangi yang dia temukan di kedalaman tatapan lelaki itu. Merasa berdosa telah tenggelam dalam tatapan lelaki yang bukan makhrom.

Menikah? Allah. Haba ingin mengangguk, tetapi cairan bening memberati mata, padahal momen seindah ini tak seharusnya disambut derai airmata.

Chanyeol berlutut, setelah menjulurkan kemeja tangan panjangnya hingga menutupi seluruh telapak tangan lelaki itu dan menjadikannya semacam pembatas, dia meletakkan tangan yang tertutupi manset kemeja tadi ke punggung tangan Haba. Hati-hati hingga tak menyenggol jarum infus yang menancap selama berminggu-minggu itu dan memberi tanda kebiruan disekitar punggung tangan gadis yang dicintainya.

"Marry me, Ashima?"

Kalimat itu terlontar kembali. Kali ini tidak ada tekanan. Nyaris datarNamun, kepasrahan yang membalut ucapan itu menyadarkan siapa pun akan cinta yang luar biasa besar disana.

Bibir Haba yang sedikit kering, tersenyum samar, gumpalan embun di matanya membentuk anak sungai, sebelum perlahan anggukan kecilnya terlihat.

Subhanallah. Cinta-Mu memang besar kepada kami, ya Allah. Kami tak meragukan itu sedikit pun. Hati Mama tergetar.

Chanyeol berdiri, ingin memeluk gadis itu, tetapi urung karena dilihatnya Haba masih menjaga jarak.

Not hugable, yet.

Pemikiran itu tak mengurangi cerah di wajah Chanyeol. Dia paham gadisnya tak bisa disentuh atau dipeluk. Tak apa. Setelah menikah akan banyak kesempatan untuk memeluk Ashima-nya. Insya Allah.

Sepekan setelah Haba pulang dari rumah sakit, pernikahan dilangsungkan.

Hari yang seharusnya sempurna.

Alhamdulillah, ijab kabul berlangsung lancar. Resepsi sederhana penuh kehangatan.

Mereka tak mengundang banyak orang, hanya kerabat dan teman-teman dekat. Meskipun mengirim kabar dan undangan via e-mail, tak satupun keluarga Chanyeol datang. Sepertinya, mereka benar-benar telah memutuskan hubungan. Menjadikan Haba dan Mama, satu-satunya keluarga lelaki itu sekarang.

Semua lancar. Penuh kebahagian.

Sebelum tiba-tiba satu pekik terdengar.

Gadis dalam balutan pakaian putih, putri tercintanya, jatuh pingsan. Kalau bukan menantunya yang menangkap, tubuh mungil yang makin ringkih didera penyakit itu mungkin sudah terbanting dilantai.

"Stroke kedua."

Ucapan dokter bagai palu yang menghantam dada Mama.

Allah!

Malam pertama.

Lelaki itu menatap langit-langit putih rumah sakit, menikmati hening sekeliling.

Wajah polos istrinya tampak pucat. Namun, sekilas dia tak ubahnya seperti tidur, bukan koma.

"Bangun, Cinta... I need you." kalimatnya terbata.

Gadis itu__istrinya__memberinya tujuan dalam hidup. Namun, kenapa begitu rumit jalan yang harus mereka lalui untuk bersama?

🌹
.
.
.
ㄴㅣㄷㄴㅁㅑ
.
.
.


Harus puas sama Lamaran Chanyeol yang amatiran ya. Bukan salahnya Chanyeol, tapi authornya yang belum bisa. Untuk part ini cukup sekian ya. Maaf kalo kurang puas.

Convert(Park Chanyeol)#the EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang