Kondisi Haba terus menurun.
Puncaknya pagi ini gadis itu merasakan dadanya sakit. Rasa nyeri yang menjalar sampai ke pergelangan tangan. Bahkan untuk berjalan kekamar mandi yang tak begitu jauh, Haba letih luar biasa.
Annisa yang sedang menonton drama korea di drakor id. Melalui laptop Haba kaget menemukan sahabatnya terduduk dilantai kamar mandi, tampak kesakitan sambil terus memegangi dada sebelah kiri.
Seperti serangan stroke pertama, bersama Mama, mereka membawa Haba ke rumah sakit.
"Serangan jantung," kata dokter.
Dunia seakan runtuh. Haba yang biasa optimis dan memiliki semangat tinggi untuk sembuh mendadak melihat masa depannya mulai menghilang dari pandangan. Stroke, pingsan berkali-kali, sekarang serangan jantung.
Ya Allah... Demikian kuatkan hamba, menurut-Mu?
Seakan ditelan bumi harapan akan hari-hari cerah yang di kira nya menjelang. Sejak Chanyeol mengungkapkan perasaan rindunya kepada gadis itu, lewat pesan singkat di ponsel, beberapa hari lalu.
Kabar yang disambut gembira oleh Annisa.
"Akhirnya, kamu akan menikah dan menjadi ibu-ibu seperti aku!" tawa Nisa lebar.
Waktu mendengar itu Haba hanya tersenyum.
"Dia baru bilang rindu, bukan ingin menikahi. Itu dua hal yang berbeda, Nis."
Annisa yang keras kepala menggeleng. Menurutnya rindu adalah awal dari cinta dan cinta merupakan gerbang keinginan untuk menikah dan menghabiskan hidup bersama seseorang.
Dan, sekarang.
Haba menarik napas. Nyeri itu...seperti ada sesuatu mengganjal di dadanya.
Ruangan rumah sakit terasa dingin, setelah Annisa pulang dan Mama berjaga diluar.
Hanya terdengar bunyi tetes cairan infus, serta monitor jantung yang dipasangkan kepadanya.
Kasihan Mama.
Tubuhnya yang jauh dari muda, bagaimana bisa bertahan menghadapi penyakit anak satu-satunya yang bertubi?
"Kamu tahu, hidup Mama untuk kamu, sayang."
Lembut suara Mama, setiap kali Haba mengulang permintaan maaf, karena terus merepoti perempuan terkasih itu.
Dan hidupnya, untuk Mama.
Draf novel yang ditulisnya menjelang selesai. Tidak merasa perlu menulis sebuah pengantar dari penulis, atau semacamnya. Hanya puisi kecil, ungkapan kasihnya untuk Mama. Perempuan yang menanggung semua beban kehidupan mereka saat ini.
Seminggu setelah sadar dari pinggsannya, Hanya mendengar percakapan Mama dengan Papa, yang bahkan tak menunjukkan wajah sama sekali ketika anak tunggal mereka terkena serangan stroke.
"Ini serius! Bukan sekedar flu atau pilek. Anak kamu sakit."
Haba tidak tahu apa yang dikatakan Papa. Yang jelas kalimatnya telah menyulut emosi Mama.
"Kalau perempuan disisimu tidak bisa menyuruhmu peduli kepada anak yang sedang sakit parah, TERSERAH. Sejak dulu kamu memang tidak pernah benar-benar ada untuk kami!"
Sambungan diputuskan sepihak oleh Mama.
Ah, kasihan Mama.
Beban ini mungkin akan sedikit ringan jika Papa menyediakan ruangan untuk berbagi, hingga mama tak perlu melaluinya sendiri.
Laki-laki, batin Haba perih. Lebih mampu menebar benih, ketimbang kemudian peduli dengan buah hati yang telah mereka hadirkan kedunia ini.
Dia tahu tak boleh menyamaratakan. Laki-laki baik pasti ada. Hanya tak semua beruntung menemukan seseorang yang siap mendampingi dalam sudah maupun senang, dalam sehat maupun sakit, dalam rentang hidup hingga kematian menjemput.
Annisa termasuk dari sedikit itu. Suaminya masih sama, bukan pribadi romantis, seperti aktor-aktor drama Korea yang digandrungi sahabatnya. Namun, dia baik dan peduli. Selama Haba sakit, Mas Ridwan pula yang bertindak seperti abang tertua, mengantarkan Mama, lalu menjemputnya dari rumah sakit setelah stroke atau pingsan kemarin.
Bahkan dalam keadaan sehat, sulit menemukan sosok yang bisa menjadi sandaran mengarungi kehidupan.
Neo maeil geuliwo-- I miss you everyday.
Pagi tadi dia terlalu gembira menerima pesan dari Chanyeol. Lupa dengan kondisi fisik. Seharusnya dia memberi tahu Chanyeol agar lelaki itu tidak membangun harapan akan sesuatu yang mungkin sulit untuk diwujudkan. Namun, benarkah dia perlu memberikan penjelasan? Bukankah Chanyeol hanya mengatakan rindu, bukan cinta?
Selama beberapa hari di ruang ICU, pemeriksaan intensif dilakukan. Mama sulit menerima bahwa anaknya yang masih berusia dua puluh lima tahun bisa terkena stroke, lalu sekarang terkena serangan jantung. Para dokter yang merasa heran, terus berupaya menemukan penjelasan. Serangkaian tes darah dan laboratorium pun dilakukan.
Ketika hasilnya diketahui, Mama dan Annisa malah tidak tahu bagaimana harus menyampaikannya kepada Haba yang terbaring lemah diranjang.
Beberapa menit berlalu, Mama dan Annisa hanya berpandangan. Terakhir sahabatnya yang sejak menikah tubuhnya bertambah besar itu, dengan bijak meletakkan tangannya dipundak Mama,
"Nggak apa, Haba perlu tahu, Ma."
Sambil dengan mata berkaca-kaca, memberi isyarat dengan bibir:MAAFKAN AKU.
Sahabatnya yang romantis dan cengeng. Ternyata airmatanya tidak hanya untuk drama korea yang romantis aja pikir Haba.
"Namanya APS, Nak. Sidrom darah kental."
Sederhananya, darah yang terlalu cepat mengental. Penyebab yang sama yang mengakibatkan serangkaian stroke beberapa bulan lalu.
APS, istilah ini masih sangat asing kedengarannya ditelinga.
Baru dari seorang profesor, ahli hematoligi yang menanganinya, Haba mendapatkan lebih banyak penjelasan."Ada dua jenis APS, primer dan sekunder."
Beliau menjelaskan. APS primer artinya sindrom akan selamanya berada di dalam tubuh. Tidak dapat diobati hanya bisa dicegah agar darah tidak menyumbat dbagian tubuh yang lain.
"Kalau darah tersumbat, resikonya apa, prof?"
Pertanyaan yang diajukan Haba menegangkan yang lain.
Dan, penjelasan dalam bahasa paling sederhana yang bisa mereka mengerti, terdengar cukup mengerikan. Jika darah menyumbat di ginjal, yang terjadi adalah penderita APS akan terkena penyakit ginjal. Jika penggumpalan terjadi di mata, mata akan mengalami gangguan penglihatan sampai kebutaan.
Berbeda dari APS sekunder, yang sidromnya akan hilang jika penderita rutin meminum obatnya.
Kemudian, APS mana yang dideritanya?
Wajah ahli hematologi di depannya tampak berkabut.
Mama dan Annisa menarik napas.
Tanpa profesor itu menjawab pun Hanya bisa menebak.
APS primer.
Teman baru yang harus dia kenal baik mulai hari ini.#
.
.
.
.
.
.
Bersambung...
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Convert(Park Chanyeol)#the End
FanfictionHidayah siapa yang dapat menduga? Siapa yang bisa menentukkan arahnya? siapa yang dapat menentukan kapan datangnya? Hidayah dia datang sendiri, pada orang yang sudah sepantasnya. Park Chanyeol adalah warganegara Korea Selatan menetap di seoul, tel...