Perjalanan ke Namsan Tower dilalui hanya berteman kamera, setelah Sunny__begitu panggilan gadis yang bertindak sebagai guide-nya,memaksa Haba meninggalkan tripod dan ransel.
"It's too heavy!"
Menurut gadis berkacamata itu, lebih baik tak membawa banyak beban saat menaiki satu demi satu anak tangga.
Awalnya, Haba, yang merasa sehat dan terbilang kuat jalan, ingin menolak, ini bukan traveling pertamanya. Banyak tujuan wisata yang mensyaratkan stamina. Namun, Sunny terus bersikeras.
"You will thank me later."
Dari area parkir kendaraan, Haba tak bisa menyembunyikan kekaguman. Di kejauhan, sebuah bangunan tower berdiri kokoh menjulang. Dibeberapa sisi terlihat banyak turis mendaki hingga anak-anak tangga terjauh. Diam-diam gadis itu bersyukur diminta menggantikan seorang reporter senior yang mendadak sakit, untuk membuat laporan perjalanan ke negeri ginseng ini.
Selesai membeli tiket, Sunny mengiringi langkahnya menaiki setiap anak tangga yang meliuk ratusan meter menuju keatas.
Di area sekitar tower Namsan, terdapat banyak sekali untaian gembok yang berkaitan.Pada masing-masing gembok ada nama laki-laki dan perempuan, ada juga gembok yang berisi pengharapan seseorang, yang di grafir atau ditulis dengan spidol permanen.
"Yes, it's a love lock." Sunny membenarkan pandangannya.
Gembok cinta. Beberapa pasangan yang datang sengaja meletakkan sepasang gembok sebagai harapan hubungan mereka akan abadi.
Saat pendakian dimulai, kecuraman jalan menuju tower mulai terasa. Untungnya disetiap sisi disediakan pegangan, yang dapat membantu pendaki yang kelelahan.
Dengan cepat Haba kehilangan kebanggaan akan kekuatan staminanya. Beberapa kali gadis itu menghentikan langkah, hanya untuk mengatur nafas, terutama pada lima-sepuluh menit pertama, sambil duduk di anak tangga. Sempat juga dia memandang iri beberapa gadis yang berjalan dibantu teman lelaki, hingga bebas melangkah tanpa beban.
Ya, menyenangkan jika bisa berbagi perjalanan spesial ini dengan seseorang. Berbagi momen istimewa dan botol minum serta kamera DSLR-nya yang beberapa kilo beratnya.
Satu wajah muncul, tetapi dengan cepat ditepisnya, Haba tak ingin membuang waktu mengingat orang-orang yang telah memutuskan pergi dari hidupnya. Wajah lain tanpa diundang menggantikan. Sepasang mata memanjang dengan senyum tak hanya di bibir, tetapi juga matanya.
Haba menepuk dahinya pelan.
Pasti akibat chatting panjang dengan Annisa semalam, bayangan Chanyeol singgah dikepalanya, barusan.
Haba mengembuskan nafas keras. Kembali mengayunkan langkah. Semakin keatas, udara terasa lebih hangat karena dia terus bergerak. Pemandangan sekitar juga semakin indah.
Meskipun sempat kehabisan nafas karena liukan anak tangga yang seakan tak berakhir, semangat gadis itu untuk tidak menyerah tersulut ketika beberapa perempuan setengah baya, dengan langkah tegap, mendahului. Pun para lelaki muda yang melangkah ringan sambil menggendong anak balita mereka dipundak.
Ketika perjalanan berakhir dan dia mencapai anak tangga paling atas, Haba nyaris bersorak. Bahagianya mungkin mengalahkan para pendaki gunung. Meskipun dengan cepat terperangah. Nun disana, terlihat hamparan gembok warna-warni berisi harapan tergantung disepanjang pegangan terbuat dari kayu.
Dua hingga tiga jam perjalanan diselingi foto-foto yang luar biasa. Mengingat hanya sendirian diatas sana,Haba memastikan menuruti nasihat yang diberikan guide- nya untuk tidak mengambil foto sambil mendaki.
Ketika kembali ke tempat dia memulai, Sunny menyambut dengan senyum lebar.
"Congratulations! Kata pepatah, dengan mendaki menuju tower, seseorang telah lulus dari ujian dan menjadi manusia sejati."
Haba tersenyum. Ya, dia kini resmi sebagai pemenang 'Hero card' sebagaimana tercetak sebuah kartu plus foto, yang di prosesnya disalah satu toko suvenir menjelang turun.
Pulangnya, mereka mampir di beberapa tempat, antara lain adalah sungai Han, sungai terbesar di Korea. Pemandangan sungai Han yang indah dapat memberikan ketenangan untuk Haba.
Seharian dengan Sunny, Haba sama sekali tidak merasa berjalan dengan travel. Pertama, karena memang tidak ada rombongan,hanya dia dan Sunny. Kedua, guide cantiknya itu menghabiskan sebagian besar waktu perjalanan dengan duduk dibelakang menemani tamunya dan bukan disisi sopir.
"It's because i like you," jelasnya sambil tersenyum.
Menurutnya, ada berbagai macam tipe tamu, dari yang ramah serta menyenangkan seperti Haba, hingga sombong dan menganggap dia tak lebih dari pesuruh.
Mereka berpelukan di gerbang penginapan. Sunny menyodorkan selembar kartu nama, dan meminta tamu dari Indonesiannya itu berjanji untuk menyurati.
Kali ini Haba memastikan sehelai kartu nama itu tersimpan rapi didompetnya. Bahkan menyalinnya saat tiba dikamar, disela-sela mengetik laporan perjalanan.
Meskipun tak pernah lagi bertemu, persahabatan nya dengan Sunny berlanjut.
Mereka masih saling mengirim kabar, setidaknya hingga enam bulan terakhir ini, ketika sebuah ujian yang tak pernah terbayangkan oleh Haba, menyapanya.###
Assalamualaikum wr.wb.
Ehemmm...ehemmm.
Kembali lagi sama cerita ngawur saya, kira-kira apa ujian yang akan dihadapi Haba? Hemmm kalo penasaran lanjut terus baca cerita ini ya gaes. Makasih!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Convert(Park Chanyeol)#the End
FanfictionHidayah siapa yang dapat menduga? Siapa yang bisa menentukkan arahnya? siapa yang dapat menentukan kapan datangnya? Hidayah dia datang sendiri, pada orang yang sudah sepantasnya. Park Chanyeol adalah warganegara Korea Selatan menetap di seoul, tel...