💄sembilan

1.7K 291 12
                                    

Dibawah pohon mangga ditaman belakang sekolah, tempat yang udah dipatenin bucinsq jadi basecamp nya mereka.

Kayak biasa, siang ini di jam istirahat kedua, mereka kumpul bareng. Ngebahas sesuatu dari yang penting sampe hal paling gak berfaedah.

"Wan, selain Nancy sama kacung-kacungnya. Udah ada yang nyindir-nyindir lo soal lo jadi pelakor?" tanya Yasmin yang sambil nyobekin daun mangga yang gugur.

"Gak kok."

Okta yang tadi sibuk nali sepatunya yang copot ikut duduk di sebelah Wanda. "Btw, gue mikir loh. Kok Nancy yang cantiknya subhanallah gitu mau ya sama si Haechan."

"Eit...jangan salah, Ta. Dia tu bagaikan jarum ditumpukan jerami. Susah nyari cowok kayak dia. Udah lucu, romantis, ganteng--"

Naya refleks memukul meja yang ada di tengah-tengah mereka. "Bucin woy bucin!"

"Makanya cari cowok biar bisa dibucinin," ledek Wanda ke Naya.

Yang diledek cuma angkat bahu sambil sibuk lagi ke laptopnya.

"Udah ada Sehun. Gak butuh cowok lain."

Satu toyoran dari Yasmin mendarat di kepala Naya. "Mimpi woy mimpi."

"Sirik tanda tak tampu," balasnya datar.

Yasmin ngegeser kepalanya biar bisa lihat layar laptop Naya.

"Lo ngurus apaan, sih? Gak selesai-selesai perasaan dari kemarin."

Cewek itu noleh, terus ngotak-atik bentar dan nutup benda persegi panjang berlayar itu.

"Jangan suka pake perasaan. Perasaan suka salah," sahutnya enteng.

"Ternyata merjuangin cowok gak gampang ya, anjay," celetuk Wanda.

"Yaudahsi. Lo tinggal merjuangin cewek aja."

"Gobloknya bisa di buang dulu gak, Nay?"

"No goblok no lyfe, Wan."

Okta ngelempar botol aqua bekas yang isinya baru aja dia habisin ke Wanda. "Suruh siapa suka sama pacar orang!"

"Suka sama pacar orang boleh, asal gak ngerebut."

"Gimana caranya, Nay?"

"Tidur, Ta. Terus mimpiin aja dia jadi milik lo."

Okta ngedengus kesel. "Nyesel nanya."

Wanda nunduk, mainin roknya. "Emang gue salah banget ya suka sama Haechan."

Naya nyahut, "gak juga, perasaan mana ada yang tau."

"Tapi gue ngerasa bersalah ngerebut Haechan dari Nancy."

"Gak usah direbutlah. Bikin Haechan nya suka sama lo, jangan dipaksa."

Okta naruh tangannya di kening Naya. "Nay, obat lo kebanyakan, ya? Tumben bener gini?"

Naya ngegeleng. "Oh enggak. Tadi lutut gue habis kepentok meja, makanya otak gue balik ke tempatnya."

Yasmin mandang temen-temennya jengah. "Gaes, gobloknya bisa ditahan dulu, nggak?"

"Susah sih, Min kalo gobloknya sejak masih sperma. Gobloknya tuh sampe dna," balas Wanda. Entah ngebela, entah ngeledek.

"Hujat aja terus sampe puas,"cibir Naya sambil ngambil hp di saku roknya.

Naya buka app instagram begitu lihat banyak notif dari aplikasi itu.

"Wat de?!" umpatnya begitu liat postingan yang muncul di hpnya.

Ketiga temennya langsung pada ngelihat layar hp Naya karna kepo. Habis lihat, mereka ngehela nafas hampir barengan.

Wanda bersuara duluan, "udah gue duga. Cepet atau lambat, semuanya bakal kejadian."

Okta ngelus punggung Wanda. "Sabar, Wan. Kita bakal tetep ngedukung lo apapun yang terjadi."

Wanda nunduk lesu. Mendadak gak punya semangat hidup. Tapi masih belum siap mati. Like, hidup segan mati tak mau.

Tangan Yasmin terulur buat megang tangan temennya itu terus ngelus pelan. "Pokoknya jangan down ya, biarin mereka ngatain lo pelakor padahal lo pejuang cinta. Ya ga?"

Dagu Wanda keangkat waktu telunjuk Naya ngangkat dagunya. "Jangan nunduk, Wan. Buktiin ke mereka. Kalo walaupun jadi pelakor, lo bakal jadi pelakor yang terhormat."

Refleks ketiga temennya langsung ngelempar semua benda di deket mereka sambil teriak,

"APA SIH, NAY?!"

"Lagian mukanya pada tegang banget. Kaku woi kayak beha baru."

"Sok-sok ngomongin beha, pake miniset aja belagu!"

"Astagfirullah pelecehan seksual."

Mereka ketawa sambil diem-diem bersyukur.

Seenggaknya,

mereka masih bisa ketawa bareng.

💄💄💄

 pelakor.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang