💄sepuluh

1.7K 302 63
                                    

Seperti yang udah Wanda duga sebelumnya. Dia pasti bakal jadi trending topik di sekolah. Dan pagi ini, semua jadi kenyataan. Mending kalo jadi trending topik karna prestasi, Wanda pasti bangga. Lah ini?

"Eh itu yang pho nya Nancy sama Haechan itu, kan?"

"Biasa aja, njir. Gue kira lebih cantik dari Nancy."

"Halah paling pengem famous doang,  cuih pelakor."

Wanda nunduk, dia malu, takut, dan cemas. Dia nggak pernah berniat buat jadi terkenal di SMA nya. Apalagi pake cara salah kayak gini. Enggak.

Tapi semuanya udah kejadian. Dia udah dicap 'pelakor' dengan dalih kebelet famous. Bisa apa dia? Mau protes? Gak guna. Pergaulannya gak lebih luas dari Nancy.

Lagipula, dimata semua orang. Seorang pelakor itu selalu salah, kan? Jadi buat apa Wanda ngebela dirinya sendiri. Toh dia sadar diri kalo dia emang salah karna udah jatuh cinta sama pacar orang.

Tapi ya mau gimana lagi, nasi udah jadi bubur. Kenapa buburnya gak dia makan sekalian aja?

Tiba-tiba jalan Wanda dihadang sama sekumpulan adek kelas yang gak dikenalnya. Tapi dari badge kelas sekumpulan cewek-cewek didepannya, Wanda tahu kalo mereka cuma adek kelasnya.

"Oh...jadi ini kakel kita yang jadi pelakor itu," sinis cewek yang berdiri tepat di depan Wanda.

Azzahra Herin U.

Wanda baca nametag adkelnya itu dalam hati.

"Udah ngerasa cantik banget lo sampe mau pho in hubungannya kak Nancy? Sadar diri woy, lo tuh gak pantes bersaing sama kak Nancy."

Emang kapan sih gue pernah bilang gue lebih cantik dari Nancy?

Batin Wanda kesal.

"Jawab woy! Punya mulut gak lo?"

Tangan Herin terulur mencengkram pipi Wanda. Menarik dagu cewek itu maju.

"Pas ngegodain kak Haechan aja lancar, pas gue ajak ngomong diem. Bisu lo?"

"Jauhin tangan lo dari temen gue."

Serentak mereka langsung nengok kearah sumber suara.

Okta, Yasmin, dan Naya udah berdiri disana dengan tatapan masing-masing. Marah, kesal, dan datar.

Okta maju, menghempaskan tangan Herin gitu aja. "Tangan lo banyak kumannya, gak usah pegang-pegang, dek!"

"Udah gue video, mau poin berapa, Herin Utami? Atau mau mampir bk aja? Oh atau jangan-jangan lo mau masuk lambe turah smaky biar viral, iya?" tanya Naya datar.

"Jadi adek kelas jangan songong. Ini bukan masalah kita kakel lo atau bukan. Tapi masalah sopan santun sama yang lebih tua. Kita aja kakak kelas kalian gak pernah ngajarin kalian buat kayak gitu. Kasian ortu lo, dek kalo lo kayak gitu," nasihat Yasmin.

Wanda ngangkat tangannya, mengkode temen-temennya buat berhenti.

"Udah gak usah dilanjutin. Emang gue yang salah," ujarnya sebelum pergi dari sana diiringi tatapan bingung anak bucinsq yang lain

💄💄💄

Kamar mandi belakang jadi pilihan Wanda buat bolos. Dia males masuk kelas. Toh, di kelas dia juga cuma bakal dikatain pelakor.

Srek

Satu bungkus beng-beng jatuh di roknya, bikin dia noleh ke belakang.

Haechan, pelaku pelempar bengbeng duduk di sebelah Wanda sambil ngasih tampang idiot.

"Cie mendadak famous," ledeknya ke Wanda.

Wanda mendengus kesal. "Gak lucu."

"Dih, marah."

Bengbeng yang tadi dilempar,  dikembaliin ke yang punya. "Buat lo aja."

"Tumben gak mau?" tanya Haechan heran. Secara, dia sering banget lihat Wanda makan bengbeng. Dia kira, Wanda suka bengbeng. Eh malah ditolak, kan bingungin gitu ya.

"Cuma sebiji, bisa beli sendiri."

Haechan ketawa geli. Oh ternyata matre juga ini cewek, pikirnya.

"Sekerdus mau?"

Wanda cemberut. "Pasti ada syaratnya, kan?"

"Tau aja."

"Halah, di dunia ini mana ada yang gratis," balasnya sambil rolling eyes.

"Dapetin lo aja, gue kudu bayar, Haechan," lanjut Wanda pelan.

"Apa?"

"Enggak."

"Jadi mau bengbeng satu kerdus, gak?"

"Syaratnya apa?"

"Senyum. Senyum buat gue, buat temen-temen lo, buat semua orang yang peduli ataupun benci sama lo. Mau?"

Wanda buang muka. "Susah."

Itu kata hatinya. Karena kadang, hati sama otak suka gak sinkron. Jadi,

"Tapi, demi bengbeng satu kerdus....yaudah deh, deal, ya?" cewek itu ngulurin tangannya ngajak salaman.

Senyum Haechan ngembang. Dia nyambut tangannya Wanda dan salaman. "Oke, deal!"

Habis itu, Wanda minta lagi bengbeng yang udah dia kembaliin dan sibuk makan snack coklat itu.

Sedangkan Haechan cuma ngelihatin aja.

"Btw, lo nggak papa?"

Wanda noleh. "Nggak papa kenapa?"

"Soal yang di lambe turah smaky," Haechan nunduk lesu. "Gue minta maaf, tapi sumpah bukan gue yang ngirim."

Wanda mandang Haechan bingung, satu alisnya terangkat.

Haechan garuk tengkuknya yang gak gatal. "Walaupun gue adminnya, gue berani sumpah bukan gue yang ngirim. Akunnya di bajak, Nda."

"Mau dibajak atau enggak, tetep bukan lo yang salah, tapi gue. Gue yang salah karna udah jatuh cinta sama lo."

Haechan refleks noleh ke Wanda. "Lo nyesel jatuh cinta sama gue?"

"Gak juga sih."

"Jangan nyesel."

"Maksutnya?"

"Karna gue gak nyesel lo dateng ganggu hubungan gue."

Wanda cengo.

Tangan Haechan maju genggam tangan cewek disampingnya.

"Mungkin gue jahat karna bilang kayak gini. Tapi jujur, gue gak mau lo berhenti. Jadi jangan berhenti ya, Nda?"

💄💄💄

mau cry :"

 pelakor.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang