Haechan berdiri di balik pohon. Ngelihatin perpustakaan SMA SKY, semenjak dia lihat Wanda masuk ke sana bareng Hwall. Kakinya Haechan gatel mau nyamperin Wanda. Tapi dia nggak mau Wanda kena masalah lagi gara-gara dia.
Jadi, sejak lima menit yang lalu yang dia lakuin ya cuma disini, bengong ngelihatin pintu perpustakaan yang ketutup.
Haechan gak tahan. Pada akhirnya, cowok itu jalan kearah perpus dan berniat buka pintunya buat masuk kesana. Tepat, pas Haechan buka pintunya, ada Hwall sama Wanda berdiri dibaliknya.
"Haechan?" ucap Wanda sama Hwall barengan.
Haechan cuma nyengir sambil garuk tengkuknya yang gak gatel.
"Gue duluan, ye." habis ngomong gitu, Hwall langsung kabur bawa setumpuk buku ditangannya.
"Hwall jangan ninggalin gue njir, berat ini!"
"Mau gue bantuin?"
💄💄💄
"Apa kabar?"
Wanda berdecak denger pertanyaan gak bermutunya Haechan. "Kenapa sih gak ditelfon, gak live, selalu aja nanya itu. Gue keliatan banget kayak orang sakit, ya?" protesnya.
Haechan ketawa pelan. Kalo ditangannya gak bawa buku, dia pasti udah nyubitin pipi atau ngacak-ngacak rambutnya Wanda.
"Oh berarti kabar baik nih?"
"Ya lo bisa lihat sendirikan?"
"Berarti selama ini tanpa gue baik-baik aja dong? Padahal gue nggak baik tanpa lo," ujar Haechan yang bikin Wanda noleh.
"Kenapa lo selalu bikin gue berharap?"
Haechan ikut noleh ke Wanda. " lo sendiri, kenapa suka sama gue?"
"Gak tau."
"Yaudah sama."
Sedikit kesal telah menyimak obrolan unfaedah ini. Hm..
"Ngapain tadi berdiri di depan pintu perpus, gak mungkin kebetulan, kan?"
Haechan gelagapan. Tapi untungnya ini Haechan yang punya 1001 alasan.
"Tadi gue disuruh bu irene ngambil buku eko."
Alis Wanda ngangkat satu. "Kata Naya kelas kalian free."
"Yah...ketahuan dong bohongnya."
"Dosa!"
"Tadi gue lihat lo masuk ke perpus, mau nemuin lo tapi gak berani."
"Kenapa? Nancy, ya?"
Kepala Haechan menggeleng. "Gue takut bikin lo kena masalah lagi."
"Kata siapa? Gue gak merasa kena masalah gara-gara lo."
"Ya kalo mau kena ngehindar lah, bego."
"Bisa-bisanya bercanda pas serius gini," kata Wanda kesal.
"Ini perjalanan jadi lama banget napadah?" keluh Wanda. Gak seratus persen ngeluh juga sih, banyakan senengnya. Cuma dia takut Nancy lihat.
"Masa? Padahal kalo lagi sama lo, gue ngerasa waktu cepet banget berlalu."
"Halah-halah..."
Setelah ngabisin bermenit-menit penuh obrolan tidak jelas, mereka sampe di depan kelas Wanda. Haechan ngasih balik buku-buku tadi ke Wanda.
"Makasih, ya? Sorry jadi ngerepotin. Berat lagi bukunya, thanks ya?"
"Berat bukunya gak seberat rindu gue ke elo, Nda."
Buset, badan Wanda panas dingin digituin doang.
"Udah buruan sana lo pergi!" usirnya ke Haechan, gak mau Haechan ngelakuin hal aneh-aneh yang bikin dia tambah baver.
Haechanpun pergi setelah ngasih flying kiss ke Wanda, yang dibales adegan mau muntah sama cewek itu.
Sambil geleng-geleng kepala heran sama tingkahnya Haechan, Wanda balik badan mau masuk ke kelas. Belum juga masuk kelas, udah ada Hwall yang menghadang dia di depan pintu. Buka telapak tangannya depan Wanda bikin Wanda bingung.
"Kenapa?"
"Bayaranlah."
"Buat?"
"Ninggalin lo berdua sama Haechan."
Wanda ngangkat bahu dan lanjut masuk kelas. "Serah lo lur,"
"Gini nih yang namanya temen, anying. Bagus gue bantuin, ck."
"Gue denger ya, Hwall Laksana!"
💄💄💄
"Kamu tadi jalan berdua sama Wanda, iya kan?!" tanya Nancy menyudutkan Haechan.
"Nancy, aku gak--"
"Kamu mau ngelak apa lagi Haechan?! Kamu suka kan sama dia? Dia itu bener-bener pelakor! Awas aja dia!"
"Nancy, kamu berubah. Aku gak kenal Nancy yang jahat kayak gini."
"Kamu sendiri berubah. Kemana perginya Haechan yang setia, yang selalu jujur, yang siap 24/7 buat aku. Kemana?"
Haechan mandang Nancy kecewa. "Aku masih sama kamu, aku gak pernah selingkuh. Aku jujur kan aku kemana aja sama siapa. Bahkan aku rela-rela waktu aku buat kumpul sama temenku, cuma buat ketemu kamu. Salah aku dimana lagi sih, Nan?"
"Hiks...kamu..ka-kamu berubah Haechan. Kamu nggak kayak dulu. Dan itu semua gara-gara Wanda. Aku benci dia...hiks..." kata Nancy dengan suara bergetar karena tangisnya yang pecah.
Haechan menghela nafasnya panjang. Dia membawa Nancy kepelukannya. Tangannya dia pake buat ngelus rambut panjang Nancy biar cewek itu sedikit lebih tenang.
"Aku-aku...hiks...cuma takut kehilangan kamu, Haechan."
"Aku sama Wanda cuma temen, Nan," jelas Haechan lagi, menekankan kalo mereka beneran cuma temen.
"Kita juga berawal dari temen."
Lagi, Haechan menghela nafasnya pasrah. "Yaudah. Kamu maunya gimana? Tapi jangan bawa-bawa Wanda dimasalah kita."
"Jauhin Wanda."
💄💄💄
"Jauhin Wanda."
Tes
Satu air mata jatuh ke lantai berbarengan dengan selesainya ucapan Nancy. Wanda mengusap air matanya kasar, gak mau nangis disekolah, apalagi cuma masalah cinta kayak gini.
Tapi, dia juga gak bisa bohongin perasaannya sendiri, ini beneran sakit. Kayak, ada yang naruh batu besar di atas dadanya. Dia gak bohong atau lebay, rasanya emang kayak gitu. Nyesek.
Wanda nyesel ngikutin Nancy sama Haechan dan berakhir nguping pembicaraan yang malah bikin dia sakit sendiri kayak sekarang.
Tapi itu belum seberapa. Wanda masih bisa nahan nangisnya sampe detik dimana telinganya denger jawaban Haechan.
"Yaudah, aku bakal jauhin Wanda."
Jadi, ini akhirnya setelah gue berjuang mati-matian ngelawan title pelakor?
💄💄💄
sad ending?
KAMU SEDANG MEMBACA
pelakor.✔
Fanfictionft lee haechan "Emang salah ya, Haechan. Kalo gue mau memperjuangkan perasaan gue ke elo?" AU 2018, seobarbie.