Part 7

538 26 0
                                    

Olie sedang berkutat dengan pekerjaannya, selama Karen masih dalam proses pengobatan, dialah yang meng-handle segala pekerjaan Karen. Selain itu, dia juga harus mempersiapkan laporan pekerjaan itu kepada Karen karena sebelum pekerjaan dilaksanakan, harus ada approval dari Karen.

Komunikasi mereka tak pernah putus, keduanya selalu terhubung agar tidak terjadi mis-komunikasi. Beruntung mereka sudah menjadi partner selama beberapa tahun, sehingga keduanya saling memahami apa yang menjadi tanggung jawabnya. Sekalipun masalah tak dapat dihindari, setidaknya dengan kerja tim yang baik masalah akan dapat terselesaikan dengan baik pula. Karen sangat memercayai Olie karena kinerja dia yang baik serta kepribadiannya yang serius dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan.

"Halo, selamat siang Bu. Bagaimana kabar Ibu Karen?" tanya Olie melalui sambungan telepon.

"Aku baik Ol, ada apa?" balas Karen.

"Ini Bu, ada dokumen yang Ibu musti tanda tangani, saya kirimkan via e-mail segera."

"Oke, aku tunggu. Lo pa kabar? Ma Richard baek-baek aja, 'kan?" tanya Karen.

"Saya baik, Bu. Tidak ada masalah, hanya saja saya rindu sama Ibu, kapan Ibu kembali ke kantor?"

"Gue belum tahu kapan balik ke Indonesia, gue juga kangen lo, kangen semua penghuni kos, terutama kangen calon suami." Karen berkata dengan suara sedikit bergetar.

"Bu, jangan nangis dong. Nanti saya ikutan nangis, maskara saya mahal ini. Bulu mata palsu saya nanti coplok kalo kena air mata."

"Ah lu, Ol. Gue ngakak, ga jadi mewek. Tunggu gue ya Ol, secepatnya gue balik. Ga betah di sini, bau obat. Mendingan juga bau iler lu." Karen berkata dengan sedikit terkekeh.

"Eh, udah dikirim e-mail-nya, cek yak." Olie mengabarkan kalau dokumen yang harus ditandatangani Karen sudah terkirim via e-mail.

"Iya, ni dah ada notifikasi. Lagi gue baca," jawab Karen.

Beberapa menit setelah membaca isi dokumen yang dikirim, Karen menyetujui dan membubuhkan tanda tangannya pada dokumen tadi lalu mengirimkannya kembali ke Olie. Setelah diterima, Olie mencetak dokumen itu dan diserahkan ke bagian yang bertanggung-jawab sebagai pelaksana kerja.

Tak terasa waktu bergulir dengan cepatnya, jam sudah menunjuk ke angka lima, matahari sudah mulai tenggelam. Olie membenahi semua berkas yang ada di mejanya, memasukkannya ke dalam laci, serta menguncinya. Setelah memastikan berkas-berkas yang penting aman, dia beranjak dari ruangannya untuk pulang. Richard, sang kekasih pujaan sudah menunggu di pos satpam.

"Nah ... keluar juga tuh bidadarinya, Mas. Gak pagi gak sore, tetep aja cantik. Cuma lusuh dikit kalau dah sore, soalnya muka ketekuk-tekuk kaya baju belum disetrika," ucap Pak Supono sambil terkekeh.

"Bapak ngejek bidadari saya? Eh, tapi bener juga si Pak, tu muka biasa begitu kalau dia pulang?" tanya Richard yang sebelumnya protes karena wajah kekasihnya disamakan dengan baju kusut.

"Kalau kusut si iya, tapi gak sekusut hari ini. Biasanya si ada senyum-senyum manisnya, kaya iklan air mineral itu yang katanya ada manis-manisnya. Coba deketin, Mas." Pak Supono memberi saran pada Richard.

"Ah, nanti juga sampai sini ...."

"Eeeh ... sana samperin, kasih perhatian. Kaya bapak kalau bini lagi manyun, bapak samperin, baik-baikin. Kamu kan bakal jadi suami, kudu paham kondisi calon bini. Buruan sana!" perintah Pak Supono sembari mendorong punggung Richard.

"Iya, Pak. Gak usah pake dorong-dorong lah, aku jijik Pak, jangan sentuh aku, aku tak mau ...."

"Elah bocah, pake drama segala. Buru ...." perintah Pak Supono sembari memukul kepala Richard.

Mas GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang