Alfon mulai melancarkan aksi untuk mendekati Olie. Beberapa kali dia mengirimkan makanan ke kos Olie, dengan alasan ingin berbagi bersama banyak orang. Sesekali Alfon mengirimi Olie chat yang berisi puisi maupun quote agar dia bersemangat.
Perhatian-perhatian kecil yang awalnya diabaikan oleh Olie, perlahan-lahan menyita perhatiannya. Dia mulai membaca chat yang dikirimkan oleh Alfon, dan untuk menghindari masalah dengan Richard, dia langsung hapus chat itu setelah membukanya. Olie mulai menyembunyikan sesuatu dari Richard.
"Say, sibuk banget dah sama hape, makan dulu," tegur Richard melihat Olie yang sibuk dengan handphone-nya saat makan malam.
"Iya ih, bawel," sentak Olie yang Richard tanggapi dengan helaan napas.
Dia kenapa si, kok belakangan ini agak aneh. Kayanya seminggu belakangan mulai cuek sama aku, batin Richard.
"Sayaaang, taruh dulu hape-nya. Kamu kenapa si, akhir-akhir ini suka sibuk sendiri sama hape. Senyam-senyum sendiri? Kamu chat sama siapa? Karen?" Richard kembali mengingatkan sembari mencari tahu dengan siapa Olie chat.
"Iya," jawabnya singkat.
Richard curiga dengan gelagat Olie yang sepertinya menyembunyikan sesuatu. Dia mencoba menghubungi Karen melalui whatsapp.
"Ren, sibuk?" tanya Richard yang ternyata chat-nya hanya bertanda satu centang.
Duh, gak aktif lagi. Eh, kalau Karen gak aktif, artinya .... Ternyata kamu udah mulai suka bohong sama aku ya. Apa jangan-jangan Olie suka sama Alfon ya? Soalnya tiga harian ini dia suka nanya soal Alfon. Wah, gak bisa dibiarin nih. Aku musti kasih tahu Karen, batin Richard.
"Say, aku ke toilet bentar ya," pamit Olie. Dia tak berpikir kalau Richard mulai curiga padanya sehingga handphone-nya ditinggalkan di meja.
"Oke," jawab Richard. Tak lama handphone Olie bergetar dan pada layar memunculkan nama Alfon.
Bener, dia chat sama Alfon di belakang aku. Kamu kenapa si Ol, kenapa bermain api? Sabar Richard, omongin baik-baik. Jangan kebawa emosi, nanti tambah runyam, batinnya sambil mengepalkan tangannya, kesal dengan kelakuan Olie.
Melihat Olie yang mendekat ke meja, Richard berusaha tenang dan tetap menunjukkan senyum menawannya. Olie yang melihat senyuman Richard ikut tersenyum. "Kenapa ih senyum-senyum? Lagi tebar pesona?" tanya Olie sedikit sinis.
"Seneng lihat bidadari yang abis dari toilet. Dah lega?" canda Richard.
"Udah, Say aku dah kenyang. Pulang aja yuk!" pinta Olie.
"Loh, tumben. Biasanya kamu ga suka nyisain makanan," ucap Richard.
"Lagi gak selera aja, yuk ah balik," ajak Olie sedikit memaksa.
"Iya-iya, bentar aku bayar dulu, tunggu di sini," titah Richard. Olie menuruti perkataan Richard tanpa memiliki kecurigaan apa pun. Richard sengaja meminta Olie menunggu agar dia bisa mengintip chat Olie dengan Alfon.
Setelah membayar, Richard sengaja berjalan perlahan agar Olie tidak menyadari bahwa Richard ada di belakangnya. Postur Richard yang tinggi sangat menguntungkannya karena dia tak perlu berdiri terlalu dekat agar bisa mengintip percakapakan Olie dan Alfon. Setelah cukup yakin bahwa mereka berdua memiliki sesuatu, Richard berpura-pura berdeham untuk mengetahui reaksi Olie.
"Ekhem." Richard mendapati Olie setengah gugup saat mendengar suara dehaman itu dan segera menutup aplikasi whatsapp.
"Kamu batuk?" tanya Olie untuk menetralkan kegugupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ganteng
Cerita PendekKisah seorang jomblowati dengan pemuda ganteng tetangga kosnya yang dihiasi dengan tingkah konyol dan dibumbui romantisme dua sejoli yang tertarik satu sama lain sejak pertemuan pertama mereka. #PekanODOP #OneDayOneParagraph