Part 21

388 18 0
                                    

Pukul tiga dini hari, terdengar ketukan keras di pintu kamar Richard dan membuat pasutri yang sedang terlelap itu terbangun.

Dalam kondisi kaget dan mengantuk, Richard segera beranjak dari ranjang menghampiri pintu dan bertanya, "Siapa?"

"Ini gue, Andri. Buruan buka pintunya!"

Richard mengintip dari lubang pintu, Andri berdiri dengan gelisah dan di sampingnya ada Sisil. Segera Richard buka pintu kamar dan mereka masuk dengan terburu-buru, lalu menutup pintu cepat-cepat.

"Ada apa ini?" tanya Richard yang kebingungan.

Sisil menghampiri Olie dan memeluknya, tubuhnya gemetar, terdengar isakan dari mulutnya. Olie mengelus lembut punggung Sisil, memberikan kenyamanan padanya.

"Maafin aku, aku gagal menjauhkan Alfon dari kamu. Aku yang bikin semua jadi makin rumit. Aku minta maaf Olie," ucap Sisil sambil terus terisak.

"Enggak, Sil. Soal Alfon itu bukan kesalahan kamu. Dia mengejarku karena memang dia ingin memilikiku, tapi hatiku nggak bisa menerimanya. Aku milik Richard, dan aku tidak akan pernah pergi darinya."

Sisil melepaskan pelukannya, dia mengamati wajah Olie sejenak, mencari tahu apa yang membuat Richard begitu mencintai sosok di depannya, bahkan sampai sepupunya terobsesi untuk memilikinya. Alfon yang sebelumnya seorang playboy, dibuat takluk dan tak ingin berpaling ke wanita lain yang melebihi wanita di hadapannya.

"Aku sampai saat ini masih bertanya-tanya, apa keunggulanmu yang membuatmu diperebutkan oleh dua pria yang berarti untukku. Sekarang aku tahu jawabannya, ketulusanmu. Alfon tidak pernah menemukan wanita seperti kamu, makanya dia benar-benar ingin memilikimu."

"Sudah, kita tak punya banyak waktu. Cepat kalian bersiap-siap, kita pergi dari sini sebelum Alfon menemukan kalian. Karen sudah di bawah bersama para pengawal ayahnya."

Richard dan Olie segera membereskan semua pakaian dan berbenah diri. Sisil mendapat laporan dari anak buahnya kalau Alfon benar-benar murka dan akan membunuh Richard jika dia menemukannya. Sisil berhasil memasukan salah satu anak buahnya ke dalam komplotan Alfon sebagai mata-mata sehingga dia bisa mengetahui rencana-rencana yang sedang disusun Alfon.

Selesai bersiap-siap, Richard, Olie, Andri dan Sisil segera turun menuju mobil yang akan membawa mereka ke tempat persembunyian—villa orangtua Karen. Di dalam mobil Karen nampak begitu khawatir, baik khawatir akan Alfon, juga khawatir kalau-kalau Sisil berkomplot dengan Alfon. Terlihat Sisil juga menunjukkan raut wajah khawatir, dia selalu terhubung dengan anak buahnya untuk memperoleh berita terbaru seputar pergerakan Alfon.

Suasana dalam mobil benar-benar mencekam, tak seorang pun menampakkan wajah gembira. Olie merasa bosan dengan keadaan itu, maka dia berusaha mencairkan suasana dengan mendengarkan musik dan bernyanyi. Meskipun suaranya pas-pasan, tapi tak ada yang menegur Olie.

Empat jam perjalanan mereka tempuh untuk sampai ke tempat tujuan. Orangtua Karen sudah berada di villa, mereka sengaja datang untuk menemani Olie juga merawat Karen yang akhir-akhir ini kurang baik keadaannya.

"Mah, Pah ...." Karen memeluk keduanya begitu erat, menyalurkan rasa khawatirnya tentang keselamatan Olie. Papanya menenangkan dengan mengelus dan membelai lembut rambut Karen serta meyakinkan, "Semua pasti akan baik-baik saja, yakinlah!"

"Olie ...," panggil orangtua Karen. Olie mendekat dan memeluk semuanya, dia terisak karena terharu dengan kepedulian mereka semua.

"Kenapa nangis?" tanya Karen.

"Gue terharu sama kepedulian lu, Ren. Entah gimana nasib gue seandainya nggak ketemu lu."

Karen mengusap air mata Olie dan memeluknya erat, "Lu adek gue, nggak akan gue biarin hal buruk menimpa lu."

Mas GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang