Seperti hari sebelumnya, hari ini Andri kembali menginap di apartemen Sisil. Dia memperhatikan sikap Sisil berbeda sejak keluar dari kos Karen. Andri yakin penyebabnya adalah kata-kata Karen yang menyinggung soal Richard. Sekaranglah saatnya Andri tegaskan mengenai kelanjutan hubungan mereka.
"Sudah siap berangkat? Bisa sisihkan lima menit untukku? Ada yang pengin aku pastiin sama kamu," pinta Andri ketika Sisil keluar dari kamarnya.
"Ada apa, Say? Serius banget kayanya." Sisil menarik kursi di dapur lalu menyesap kopi yang sudah Andri buatkan untuknya, "Makasih kopinya."
"Sama-sama. Uhm ... aku pengin kamu jujur, sebenarnya kamu bener-bener cinta nggak sama aku?"
Saking terkejutnya, hampir saja Sisil memuntahkan kopi yang ada di dalam mulutnya. Buru-buru dia mengambil tisu yang ada di meja makan, lalu menelan kopinya dan bertanya kepada Andri, "Maksud pertanyaanmu itu apa, Sayang? Kamu meragukan cintaku?"
"Jujur, iya. Apalagi sejak kita keluar dari kos Karen kemarin, kelihatan banget kalau kamu kesal."
"Ya ... gimana aku nggak kesal coba? Dia nuduh aku bakal rebut Richard dari Olie. Iya, aku memang mencintai Richard, dulu."
"Sekarang pun masih, bukan?" sindir Andri sambil meletakkan gelas bekasnya meminum kopi ke dalam bak cuci.
"A ... oke, aku mengakui kalau aku masih menyimpan rasa padanya, tapi untuk merebutnya dari Olie? Aku tak akan tega melakukannya, Ndri. Tolong, percaya sama aku! Kalau memang kamu mau aku bersamamu, buat aku lebih mencintaimu daripada Richard." Sisil sedikit emosi mendengar sindiran Andri. Tak mau memperpanjang perbedatan, Sisil segera pergi dari apartemennya. Andri yang mendengar jawaban Sisil, merasa sedikit lega karena mendengar sendiri dari mulut Sisil bahwa dia masih mencintai Richard, tapi dia ingin agar Andri memperjuangkannya.
Sekarang gue tahu apa yang musti gue lakuin buat milikin lu, Sil. Gue bakal bikin lu jatuh cinta, benar-benar jatuh cinta sama gue dan ikhlas nerima gue sebagai pendamping hidup, batin Andri.
Pesan dari Karen tiba, Andri segera bersiap menuju lokasi pertemuan yang sudah direncanakan. Di lokasi tersebut--sebuah kamar hotel--sudah ada Karen, Olie dan Richard, juga Jorge yang menunda kepulangannya ke Itali demi membantu Richard menyelesaikan kasus Alfon.
"You're still here, wanna help or keep close to Karen, huh?" goda Andri kepada Jorge. Jorge tanggapi dengan kedipan mata.
Karen mengambil sebotol minuman ringan dan menyerahkannya pada Andri. Andri langsung meneguk habis minuman itu dan dikomentari oleh Richard, "Lo abis dari gurun, Bro? Gila, langsung tenggak aja, botolnya nggak sekalian tuh dikunyah?"
Cubitan Olie mampir ke pinggang Richard, dia pun mengaduh dan mengelus-elus pinggangnya itu. "Sakit, kalau mau cubit-cubitan nanti malam aja. Biar lebih mantap." Olie membelalakan matanya dan mukanya berubah masam. "I-iya, Sayang. Ampun, becanda aja kok, iya. Ibunda Ratu jangan marah-marah, tar anaknya ketularan galak."
Cubitan Olie semakin kencang dan lama, sampai-sampai Richard melompat merasakan sakit dan perih di pinggangnya. Karen, Jorge dan Andri hanya terbahak melihat penderitaan yang Richard alami, dia pun mengumpat, "Laknat lo pada."
"Bodo amat," ucap mereka bertiga serempak.
"Eh sejak kapan Jorge bisa bahasa Indonesia?"
"I am used to hear that word from Karen everytime she is upset with me," terang Jorge yang membuat Karen menatapnya sinis.
Jorge yang tidak mau kena murka Karen, perlahan menjauh sambil tersenyum dan mengacungkan dua jarinya, tanda damai. Karen terus menatapnya sampai-sampai tanpa sadar, Jorge menabrak sofa yang diduduki Richard dan membuat yang lain kembali terbahak termasuk Karen yang tidak tahan melihat kekonyolan kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ganteng
Short StoryKisah seorang jomblowati dengan pemuda ganteng tetangga kosnya yang dihiasi dengan tingkah konyol dan dibumbui romantisme dua sejoli yang tertarik satu sama lain sejak pertemuan pertama mereka. #PekanODOP #OneDayOneParagraph