Sore hari di balkon rumah yang terletak di lantai dua, Olie menikmati teh hangat ditemani sebuah novel di tangan kanannya. Richard masih sibuk dengan pekerjaannya di kantor, setidaknya pukul tujuh malam adalah jadwal tetap dia pulang dari kantor. Sesekali mereka berdua berkirim pesan, saling mengabari keadaan masing-masing.
"Sayang, udah balik?" Richard mengirim pesan singkat.
"Sudah, lagi ngeteh di balkon sambil nungguin kamu pulang," balas Olie.
"Mau dibawain apa buat makan malam nanti?"
"Gak usah, Sayang. Aku tadi mampir beli bahan, nanti masak bareng aja."
"Oke, deh. Kangen juga masak-masak berdua. Tunggu aku ya, sebentar lagi aku pulang."
"Oke, Sayang. Hati-hati di jalan."
Keduanya bertukar emoticon kecupan untuk mengakhiri percakapan mereka.
Keseharian Olie yang dulu sering dia habiskan hanya untuk bekerja, makan dan tidur, sekarang berubah total. Sejak dia menikah, sepulang kerja dia sibuk dengan pekerjaan rumah yang menanti, seperti menyapu, mencuci piring, mencuci baju, terkadang menyeterika, atau memasak kalau sedang ingin.
Pukul tujuh lebih dua puluh menit Richard sampai di rumah. Dia langsung menuju ke dapur karena mendengar suara-suara dari sana. Benar saja, Olie sedang sibuk meracik bahan masakan. Ide jahil Richard pun timbul karena melihat keseriusan Olie. Tanpa aba-aba, dia memeluk Olie dari belakang dan membuatnya terlonjak sampai-sampai wortel yang sedang dikupasnya terlempar dan masuk ke dalam bak cuci piring.
"Kamu, ih, sukanya ngagetin aja, sih." Olie berkata sambil mencubiti tangan Richard yang melingkar di perutnya.
"Aduh, sakit. Sayang, sakit tangan aku."
"Bodo amat, salah sendiri. Ambil wortelnya!" ucap Olie ketus.
"Duh, ngambek. Gitu aja ngambek, kan aku jadi pengin godain terus."
Olie menunjuk Richard dengan tangan kanan yang sedang memegang pisau. Richard hanya mengangkat tangannya, memberi isyarat menyerah, kemudian berlalu menuju kamarnya.
Lima belas menit kemudian Richard kembali ke dapur, harum masakan menyambut indra penciumannya.
"Harum banget, masak apa, Sayang?"
"Cuma sop, goreng tempe, dadar telur sama sambal kecap, kok."
"Lapar sangat, makan yuk!" Richard segera duduk dan menunggu Olie selesai menata semua menu.
Setelah semua siap, Olie duduk di sebelah Richard, keduanya mengucap syukur kepada Tuhan atas segala berkat yang sudah mereka terima. Mereka makan malam sambil berbagi cerita seputar kegiatan mereka berdua sepanjang hari itu. Kegiatan makan malam hingga saat menjelang tidur adalah waktu yang selalu mereka gunakan untuk menggali isi hati. Segala permasalahan yang terjadi baik pada diri mereka atau di lingkungan sekitar adalah topik setiap pembicaraan ketika mereka berdua di rumah.
"Sayang, kira-kira hubungan Karen sama Jorge bisa langgeng gak ya?" Sambil berbaring dan memeluk Richard, Olie meminta pendapat suaminya.
"Ya, aku gak tahu, Yang. Doakan saja mereka bisa kaya kita, gak seperti sebelumnya. Kasian juga Karen kalau kejadian pahit terulang." Richard menjawab seraya mengeratkan dekapannya.
"Kenapa lihatin aku terus?"
"Biar terus ingat sama kamu."
Senyum Olie merekah mendengar kata-kata manis yang keluar dari mulut Richard, terlebih ketika Richard mencium puncak kepalanya. Olie makin terbuai dan akhirnya keduanya terbawa dalam suasana romantis yang berujung pada kegiatan yang selayaknya dilakukan suami istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ganteng
Short StoryKisah seorang jomblowati dengan pemuda ganteng tetangga kosnya yang dihiasi dengan tingkah konyol dan dibumbui romantisme dua sejoli yang tertarik satu sama lain sejak pertemuan pertama mereka. #PekanODOP #OneDayOneParagraph