Satu jam Sisi habiskan di restoran, merenungi semua hal yang sudah tejadi di hidupnya. Kopi menjadi teman setianya setelah Andre pergi untuk melanjutkan pekerjaannya. Hatinya berada di dua kubu, dan kubu Richard masih mendominasi. Dia menyayangi Andre, sayangnya Andre datang di saat hatinya sudah benar-benar terpaut pada Richard. Harapannya untuk bersama Richard begitu besar, dan anggapannya bahwa dialah yang paling pantas bersanding dengan Richard masih melekat dalam hati.
Sesulit inikah menghilangkan rasa cintaku untukmu, apakah aku benar-benar harus memilikimu agar aku puas, tapi lantas apa bedanya aku dengan Alfon yang ambisius? Tidak, aku tidak ingin menjadi perusak rumah tangga orang, lagipula istrimu sedang hamil. Aku tak ingin merenggut kebahagiaanmu dan Olie. Oh, Tuhan, tolong aku singkirkan pikiran buruk ini dari pikiranku, batin Sisi berperang.
Saat sedang asik melamun, seorang pria datang menghampirinya. Sisi terkejut bukan main, pria tersebut ternyata Alfon--sepupunya.
"Apa kabar, sepupu? Masih mengharap tanpa tahu kapan mendapatkan?" sindir Alfon yang paham akan perasaan Sisi.
"Ka-kapan lo keluar dari penjara?" Sisi mencoba menetralkan degup jantungnya, entah kenapa dia merasakan kegugupan luar biasa berhadapan dengan Alfon saat ini.
"Lo masih nanya, bukannya lo udah denger langsung dari kekasih lo atau pelampiasan lo itu?" ejek Alfon.
Sisi memutuskan untuk pergi dari restoran, dia sudah beranjak dari kursinya, tetapi Alfon mencegahnya dan mengancamnya, "Jangan lagi ikut campur dalam urusan gue, atau lo bakal terima akibatnya. Gue nggak peduli lo sepupu gue, kalau lo masih pengin menghirup udara bebas, jauh-jauh dari urusan gue. Sekali gue tahu lo ikut campur, jangan salahin gue kalau hidup lo jadi amburadul. Camkan itu!"
Sisi yang ketakutan dengan ancaman Alfon, segera beranjak dan berjalan menuju kasir. "Mbak yang di kasir, tagihannya biar saya yang bayar. Tolong menunya bawa kemari!" teriak Alfon kepada petugas kasir yang diangguki olehnya.
Sisi sedikit berlari keluar restoran, bergegas menuju mobilnya lalu pergi meninggalkan restoran. Dia menyetir dalam kondisi ketakutan, berkali-kali menengok ke spion mobilnya, khawatir anak buah Alfon mengikutinya. Sesampainya di kantor, Sisi berencana memberitahu Richard bahwa dia sudah bertemu Alfon, tetapi mengingat ancaman Alfon, dia urungkan niatnya. Sisi mencari cara untuk bisa memperingatkan Richard tanpa diketahui Alfon. Bagaimanapun kecewanya Sisi karena Richard tidak memilihnya, dia tetap tidak ingin sesuatu merenggut kebahagiaan orang yang dia sayangi. Terlebih mengingat Olie yang pernah menjadi korban kejahatan Alfon, Sisi tak ingin kejadian buruk terulang. Olie tidak layak disakiti karena dia tidak pernah mencari masalah dengan siapa pun.
Sisi ingat, dia mempunyai handphone lama yang tidak terkoneksi internet dan Alfon tidak mengetahui soal itu. Dia segera mencari handphone yang seingatnya dia simpan dalam laci meja kantornya dan setelah menemukan, dia minta salah satu staff-nya untuk membeli starter pack dan mengisi daya sambil menunggu. Setelah memperoleh nomor yang baru, segera dia memasangnya pada handphone berseri 3310 itu dan menekan nomor Andre untuk mengabarkan kalau dirinya baru bertemu dengan Alfon dan mendapat ancaman terkait dengan Olie.
"Halo, Andre? Lagi di mana? Kita bisa ketemu? Secepatnya!" Sisi berucap melalui sambungan telepon.
"Iya, Sayang, kamu telepon pake nomor siapa? Kenapa buru-buru gitu? Masih kangen, ya? Kan tadi udah ketemu, tumben amat pengin cepet-cepet ketemu lagi?" Andre menanggapi dengan sedikit candaan.
"Aku lagi nggak pengin bercanda, aku serius, Ndre!"
"Oke-oke, aku minta maaf. Ada kepentingan apa sampai kamu dadakan ajak ketemu begini dan telepon pake nomor baru? Mau ketemuan di mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ganteng
Historia CortaKisah seorang jomblowati dengan pemuda ganteng tetangga kosnya yang dihiasi dengan tingkah konyol dan dibumbui romantisme dua sejoli yang tertarik satu sama lain sejak pertemuan pertama mereka. #PekanODOP #OneDayOneParagraph