Tiada lagi dendam, rasa takut, kekhawatiran, amarah, juga obsesi menggebu dirasakan semua yang terlibat dalam adegan drama kehidupan Olie dan Richard. Kehidupan terus berlanjut, masalah satu terselesaikan, timbul masalah baru.
Tak pernah ada yang tahu ke mana roda hidup akan membawa mereka. Kepada kebahagiaan atau kesedihan?
Dua tahun berlalu sejak Alfon menyatakan damai, Olie dan Richard tak lagi tinggal di Swedia, hanya Karen yang menetap karena mengikuti Jorge yang sekarang resmi menyandang status tunangan.
Kehidupan Olie dan Richard terlihat baik-baik saja, sampai akhirnya kejutan datang pada mereka. Richard didiagnosa menderita kanker lambung, penyakit itu sudah bersarang di tubuhnya sejak lama, hanya saja dia berkembang belakangan ini dan terlambat untuk ditangani.
Semua pihak mengupayakan yang terbaik untuk kesembuhan Richard. Namun, Richard sendiri menolak untuk membebani istri dan rekan-rekannya. Dalam kesakitannya Richard terus berupaya mempertahankan semangat untuk hidup. Dia teringat pada pesan orangtuanya—yang meninggal karena kecelakaan mobil—bahwa apa pun yang dialami sepanjang kehidupannya, teruslah bersyukur dan berbahagia. Pesan yang terus ada dalam pikirannya dan membuatnya selalu bersemangat dalam menjalani hidupnya, bahkan ketika kondisi yang sangat sulit harus dia hadapi.
"Jangan nangis, Sayang. Aku masih kuat menanggung ini semua selama kamu tetap ada di sisiku."
"Aku tak akan beranjak ke mana pun, aku di sini, di sisimu sampai maut memisahkan." Olie berkata seraya menahan agar tangisnya tak pecah melihat kondisi Richard yang semakin lemah.
Richard menolak untuk dirawat di Rumah Sakit, dia ingin menghabiskan saat-saat terakhirnya bersama sang istri dan calon buah hatinya yang kedua, tepatnya ketiga karena Olie keguguran ketika mengandung anak pertama.
"Sayang, ke Rumah Sakit aja ya, biar kamu dirawat. Aku nggak pengin kamu sakit, aku pengin kamu tetap ada di sampingku, di samping anak-anak kita."
"Aku akan bertahan semampuku, Sayang. Aku pun tak ingin meninggalkan kalian, tapi aku tak mampu menyingkirkan penyakit ini. Kamu harus siap menerima kehilangan, cepat atau lambat."
"Kenapa kau berkata seperti itu? Apa kau sudah lelah bertahan bersamaku?"
"Tidak, aku tidak pernah lelah mendampingimu. Aku ingin selamanya ada di sisimu, tapi ...."
"Sabar, Olie. Jangan terbawa emosi, berdoalah agar Richard mendapatkan kesembuhan dan bisa menemanimu seterusnya. Jangan bebani dia dengan perasaan negatif, itu hanya akan melemahkan semangatnya untuk terus hidup." Karen berusaha menenangkan Olie. Sejak mendengar kabar bahwa kondisi Richard semakin parah, Karen dan Jorge cepat-cepat datang ke Indonesia untuk menguatkan dan mendukung Olie.
Alfon pun tak kalah sigap, setiap hari dia sempatkan waktu untuk berkunjung, membawakan buah-buahan yang bisa membantu meningkatkan stamina Richard, juga beberapa obat-obatan herbal. Perubahan Alfon benar-benar luar biasa, dan hal itu tak lepas dari peran Olie yang selalu meyakinkannya bahwa kesalahan yang pernah dia lakukan telah dilupakan sepenuhnya.
Axel—anak kedua Olie dan Richard—akrab sekali dengan Alfon. Mereka sudah seperti ayah dan anak, keduanya bertambah akrab sejak Richard terbaring sakit. Richard tidak keberatan dengan hal itu, justru bersyukur karena ada yang mendampingi Axel dalam pertumbuhannya. Hal yang tak lagi dapat Richard lakukan akibat penyakitnya.
"Daddy, how are you?" tanya Axel dengan raut muka sedih.
"Don't ask me things with that ugly face!"
"Dad ...." Bukannya marah, justru Axel semakin sedih dan tak mampu membendung air matanya. Richard memeluk bocah yang usianya hampir empat tahun itu, memberikan kehangatan dan menyalurkan kasih sayang yang sangat besar padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ganteng
Short StoryKisah seorang jomblowati dengan pemuda ganteng tetangga kosnya yang dihiasi dengan tingkah konyol dan dibumbui romantisme dua sejoli yang tertarik satu sama lain sejak pertemuan pertama mereka. #PekanODOP #OneDayOneParagraph