Richard merasakan kebahagiaan yang tak terkira karena setelah satu bulan lamanya tak melihat wajah dan mendengar kabar dari Olie, malam hari ini dia tak hanya memandang, tapi juga berbicara dengannya meskipun hanya beberapa menit. Kelegaan dan ketenangan dalam pikiran juga hati dirasakannya saat ini.
"Syukurlah dia baik-baik saja, gue kudu cepet-cepet kabari Karen." Richard segera membuka laptop-nya dan menghubungi Karen via video call.
"Yo Bro, ada kabar terbaru apa?" tanya Karen yang wajahnya masih terlihat mengantuk.
"Baru bangun lu ya?" tebak Richard.
"Iye ... masalah?" Karen bertanya dengan ekspresi kesal.
"Kagak. Ya udah deh kagak pake lama, nih." Richard menunjukkan screen shoot foto ketika dia ber-video call dengan Olie sekitar tiga puluh menit yang lalu.
Karen yang mendapat berita itu, terkejut sekaligus bahagia sampai-sampai tanpa sadar dia berteriak dan menimbulkan kehebohan di kediamannya.
"Karen, ada apa? Kenapa teriak?" Terdengar suara mamanya menanyakan apa yang sedang terjadi pada Karen.
"Eh, Mom, gak ada apa-apa. Karen seneng aja Mom, Olie dah ketemu."
"Oh ya, syukurlah. Kabari kalau ada berita terbaru. Mama lanjut masak dulu," pamit mama Karen.
"Yang enak ya, Mom." Ucapan Karen hanya dibalas decakan dari mamanya.
"Lanjut," perintahnya kepada Richard.
"Ya gitu, tadi gue sempat chat sama Olie, dia pakai ponsel Jorge, temen Sisil, sepupu Alfon yang pernah gue ceritain itu. Dia kelihatan tertekan gitu, gue perhatiin pipinya makin tirus. Emang sialan tu si Alfon, bikin masalah banget."
"Ya udah, segera selesaikan masalahnya terus bawa Olie balik dalam kondisi utuh. Awas kalau dia kenapa-kenapa. Semoga berhasil, Bro!" Karen menyemangati sekaligus mengancam Richard.
"Iya, Bu. Siap laksanakan!"
"Enak aja lu panggil gue, Bu. Emang gue ibu --" Belum sempat Karen selesai berbicara, Richard sudah memutus sambungan video call.
"Dasar kampret tu cowok, awas aja gue balik ke Indonesia, gue bejek-bejek dah kek rujak," kesal Karen.
Sementara di kediamannya, Richard menyusun rencana penangkapan Alfon dan penyelamatan Olie. Richard mempersiapkan perlengkapan penyamaran serta alat tempurnya, yaitu pistol dan juga pisau yang dapat disembunyikan di sela-sela bajunya. Dia pun sudah berkoordinasi dengan apart keamanan dari Swiss dan juga dengan anak buah dari ayah Karen.
Hari yang dinantikan pun tiba, yaitu hari pernikahan Alfon dan Olie. Beberapa anak buah ayah Karen sudah melumpuhkan beberapa bodyguard sewaan Alfon. Beruntungnya Alfon tidak mengenali bodyguard yang dia sewa, maka mudah bagi anak buah ayah Karen untuk menyamar.
Pemberkatan akan segera dilangsungkan, pengantin pria sudah berdiri di depan altar, siap mengucap janji pernikahan. Mempelai wanita mulai memasuki lokasi pemberkatan, mengenakan gaun pengantin warna putih dengan desain sederhana nan elegan berhiaskan berlian. Di sampingnya adalah wali yang disewa Alfon untuk mewakili keluarga mempelai wanita.
Pemimpin agama bersiap untuk memulai upacara, tiba-tiba bodyguard yang Alfon sewa mencekalnya. Alfon terkejut dan berusaha melepaskan diri. Dia berteriak meminta penjelasan kenapa dirinya dicekal. Dia memaki semua bodyguard yang memegangi tangannya dan mengancam akan memecat dan melaporkan mereka kepada perusahaan yang menyewakan jasa pengawal.
Para bodyguard itu hanya tersenyum sinis mendengar ancaman Alfon. Tak lama kemudian, Richard muncul bersama beberapa aparat keamanan yang siap mengamankan Alfon. Polisi menangkap Alfon atas tuduhan penculikan dan pemaksaan terhadap Olie, selain itu dia juga terjerat kasus pemalsuan dokumen Olie. Alfon mengubah identitas Olie agar mudah baginya membawa Olie ke luar negeri. Alfon sempat memberontak dan berusaha kabur, tetapi kakinya dijegal oleh Jorge sehingga dia terjerembab dan berhasil ditangkap polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ganteng
KurzgeschichtenKisah seorang jomblowati dengan pemuda ganteng tetangga kosnya yang dihiasi dengan tingkah konyol dan dibumbui romantisme dua sejoli yang tertarik satu sama lain sejak pertemuan pertama mereka. #PekanODOP #OneDayOneParagraph