Satu bulan berlalu sejak kepergian Richard untuk selamanya. Keputusan untuk menjawab tawaran Alfon pun sudah ada dalam pikiran Olie. Pertimbangan panjang yang disertai doa dan harapan agar masa depannya dan putranya makin baik, memantapkan tekad Olie untuk menerima bantuan Alfon. Tak lupa dia menyampaikan hal itu kepada Karen, dan dia menyetujui apa yang sudah Olie putuskan.
"Halo, Alfon ... ada waktu untuk bicara?" tanya Olie melalui sambungan telepon.
"Selalu ada waktu untukmu, mau aku ke rumah, atau ketemu di luar?"
"Kamu ke rumah aja, kutunggu sore ini," pinta Olie.
"Oke, pulang kerja aku langsung ke rumah. Mau dibawain apa?"
"Terserah kamu aja. Sampai nanti."
"Oke, sampai nanti."
"Mama, teleponan sama siapa?" Axel yang sedari tadi asik menonton TV tiba-tiba masuk ke kamar mamanya.
"Oh, sama om Alfon. Kenapa?"
"Om Alfon mau ke sini? Kapan, Ma?" tanya Axel antusias.
"Iya, nanti sore katanya."
"Asik ...."
Kebahagiaan terpancar dari wajah Axel, menghangatkan hati Olie dan menarik senyum di bibirnya. Obat pereda sakit hati karena kehilangan orang yang sangat dicintainya. Tak tahu apa yang akan terjadi jika dia benar-benar sendiri, mungkin saja dia tak mampu bertahan menghadapi kesedihannya.
Fokusnya saat ini adalah merawat Axel dan mengelola perusahaan yang ditinggalkan Richard semampunya. Hanya itu warisan yang ditinggalkan Richard, perusahaan dan segala asetnya. Olie berharap Alfon dapat membimbingnya dalam mengelola perusahaan karena dia tak memiliki dasar bisnis yang baik.
Pukul tujuh belas lebih tiga puluh menit Alfon sudah berdiri di depan pintu rumah Olie. Dia menekan bel dan menunggu pintu terbuka. Tak lama terdengar suara Axel memanggil mamanya untuk segera membuka pintu. Sejak kecil, Axel diajarkan untuk tidak asal membuka pintu jika bel berbunyi demi menjaga keamanan dirinya sendiri.
Olie bergegas menuju ruang tamu dan membuka pintu. Alfon berdiri dengan sebuket mawar merah dan sekotak cheese cake kesukaan Axel. Langsung saja dia berikan buket beserta cheese cake yang dibawanya. Axel yang melihat paman kesayangannya datang segera menghampiri dan melompat ke dalam pelukannya.
"Jagoan paman, lagi apa tadi?"
"Nungguin Paman."
"Oh, ya? Lama nggak nunggunya?"
"Lama, Paman kenapa nggak dari tadi datangnya?"
"Paman kerja dulu, di kantor banyak tugas."
"Hei, ajak Paman Alfon ke dalam," perintah Olie, "mau minum apa?"
"Apa aja asal dingin," jawab Alfon disertai senyuman yang lembut.
Olie bergegas menuju dapur, membuatkan es kopi untuk Alfon. Dia juga menyiapkan kue untuk Axel dan Alfon.
"Minumnya, Al." Olie meletakkan segelas es kopi di meja.
"Kok satu aja? Kamu?"
"Ma, minumku mana?" rajuk Axel.
"Kamu kan bukan tamu, ambil sendiri dong," suruh Olie.
"Yah, Mama pilih kasih." Axel menuju dapur sambil mengerucutkan bibirnya, sontak Olie dan Alfon terkekeh.
"Makasih," ucap Alfon tiba-tiba.
"Untuk?"
"Kopinya juga undangan untuk datang ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ganteng
Short StoryKisah seorang jomblowati dengan pemuda ganteng tetangga kosnya yang dihiasi dengan tingkah konyol dan dibumbui romantisme dua sejoli yang tertarik satu sama lain sejak pertemuan pertama mereka. #PekanODOP #OneDayOneParagraph