"Alfon telepon, aduh ... angkat gak ya? Aku dah janji jauhin dia," kata Olie sambil mondar-mandir di kamarnya dan menggigiti kuku jempolnya.
Akhirnya nada dering berakhir, Olie merasa lega sesaat. Lima belas menit kemudian ada pesan whatsapp masuk ke handphone-nya. "Aku di depan, bisa keluar sebentar?" Jantung Olie berdegup kencang, dia merasakan kegugupan besar karena pesan tersebut. Dua menit kemudian handphone-nya berdering, Alfon meleponnya. Dia semakin gugup dan panik, Alfon masih terus meneleponnya.
Merasa diabaikan oleh Olie, Alfon memutuskan untuk mendatangi kamarnya. Dia berpura-pura menjadi saudara Olie dan mengatakan kepada Pak Bayu bahwa situasinya saat ini gawat dan dia harus segera bertemu dengan Olie. Pak Bayu awalnya curiga, selain dia belum mengenal siapa Alfon, di sisi lain juga sikap Alfon yang memaksa agar bisa diizinkan masuk. Namun sayang, hanya dengan selembar ratusan ribu akhirnya Pak Bayu mengizikan Alfon masuk dan menunjukkan di mana kamar Olie.
Alfon pun segera naik ke lantai dua dan langsung menuju ke kamar Olie. Dia mengetuk pintu, dan berpura-pura menjadi Pak Bayu.
"Siapa?" tanya Olie saat mendengar suara ketukan di pintu kamarnya.
"Saya, Mba." Alfon sebisa mungkin menirukan suara Pak Bayu. Olie yang tidak memiliki kecurigaan apa pun akhirnya membuka pintu kamarnya, dan begitu pintu terbuka Alfon langsung merangsek masuk.
"A-pa mau kamu?" tanya Olie panik.
"Tenang, jangan teriak. Aku gak akan macam-macam kalau kamu mau bekerja sama. Kalau kamu teriak, aku tak akan segan nyakitin kamu. Aku cuma mau bicara. Oke?" Olie hanya menjawab dengan anggukan kepala.
Mereka berdua duduk berhadapan di ranjang, Alfon hanya memandangi Olie intens. Olie yang mendapat tatapan intens dari Alfon jadi salah tingkah, dia memainkan jarinya untuk mengusir rasa gugupnya, tapi tidak berhasil. Alfon tiba-tiba menggenggam tangan kiri Olie dan memasangkan sebuah cincin di jari manisnya.
"Aku ingin kamu jadi istriku, tidak ada penolakan. Aku sudah siapkan segala sesuatunya, besok kita akan umumkan pertunangan kita dan kuharap cincin ini tidak pernah lepas dari jari manismu atau ...." Alfon sengaja menggantung perkataanya.
"A-atau apa? A-pa yang bakal kamu lakuin?" Alfon hanya menyeringai mendengar pertanyaan Olie. Olie semakin gugup, dia takut sesuatu akan terjadi padanya atau Richard.
"Sshh ... tak perlu kamu tahu. Asalkan kamu bekerja sama, tidak akan terjadi apa-apa. Oke, sayang?" Alfon mendekatkan wajahnya hendak mencium Olie, tapi ciumannya berakhir di pipi Olie. Alfon tersenyum licik lalu berbisik di telinga kiri Olie, "Kamu harus jadi milikku, harus! Siapa pun yang coba menghalangi, dia akan terima akibatnya."
Olie reflek mendorong Alfon karena bisikannya. "Apa mau kamu sebenernya?
"Kamu," ucap Alfon disertai seringaiannya.
"Aku punya Richard, aku mencintainya, aku gak mungkin khianatin dia."
"Bukan, kamu hanya milikku!" teriak Alfon di depan muka Olie.
Keberanian Olie makin menipis, dia tak tahu apa yang harus dilakukan agar Alfon mau melepasnya. Seketika dia menyadari kebodohannya karena membuka hati untuk Alfon. Selama ini sudah banyak dia dengar berita miring soal Alfon, tetapi selalu ia abaikan. Apa memang selalu begitu kalau orang sedang dilanda asmara? Menjadi buta dan tuli seketika?
Di kosnya, Richard merasakan kegelisahan yang aneh. Rasa gelisah yang teramat sangat. Dia memutuskan untuk mengirim pesan ke Olie, ternyata tak ada balasan. Dia berupaya menelepon, tapi sambungan diputus dan bahkan tak dapat dihubungi lagi. Demi memastikan kondisi kekasihnya, Richard putuskan untuk menghampiri Olie. Sesampainya di kosan Olie, Richard curiga dengan salah satu mobil yang terparkir di gang. Mobil itu nampak seperti mobil yang sebelumnya pernah ngebut di gang depan kos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ganteng
Short StoryKisah seorang jomblowati dengan pemuda ganteng tetangga kosnya yang dihiasi dengan tingkah konyol dan dibumbui romantisme dua sejoli yang tertarik satu sama lain sejak pertemuan pertama mereka. #PekanODOP #OneDayOneParagraph