Part 22

335 15 3
                                    

Setelah berhasil melacak handphone Sisil, Alfon terus berupaya mendapatkan posisi keberadaan Sisil. Dia sangat yakin bahwa Sisil berada dekat dengan Olie.

Pendekatan Sisil belakangan ini menimbulkan kecurigaan Alfon. Sisil terus menerus berusaha meyakinkan Alfon bahwa Olie bukanlah wanita yang tepat untuknya karena dia tidak mencintai Alfon. Lagipula, Olie sudah bahagia bersama Richard, kenapa Alfon tidak mencari saja wanita lain? Namun, setiap kali pertanyaan itu muncul, Alfon tak pernah mampu menjawab karena dia sendiri bingung dengan hatinya yang sudah benar-benar terpaut pada Olie. Alfon makin curiga saat memergoki Sisil sedang menelepon seseorang, tetapi ketika Alfon menanyakan soal si penelepon, Sisil menjawab dengan gugup. Kecurigaan Alfon semakin besar ketika dia tahu bahwa Sisil diam-diam memata-matai gerak-geriknya dan tiba-tiba menghilang. Namun, Alfon merasa aneh dengan kelihaian Sisil menghindar. Alfon yakin pasti ada seseorang yang membantunya dari dalam, maka dia mengecek satu per satu anak handphone anak buahnya, dan menemukan bahwa salah satu dari antara mereka adalah kaki tangan Sisil.

Sayang sekali, keberuntungan seolah menghindari Alfon. Ketika dia memperoleh informasi soal posisi Sisil, Sisil sudah lebih dulu kabur karena mendapatkan peringatan dari anak buahnya yang akhirnya mati di tangan Alfon. Sisil tidak kalah cerdas dengan Alfon, mengetahui resiko yang akan timbul, dia sudah menyiapkan rencana cadangan dengan mengatur agar handphone anak buahnya memberi alarm sesaat setelah handphone itu berpindah tangan.

"Sial! Lolos lagi!" seru Alfon sembari menggebrak meja.

"Pokoknya, usahakan gimana caranya kalian harus menemukan keberadaan mereka semua. Akan aku bunuh satu per satu yang menghalangiku mendapatkan Olie, wanitaku. Hanya aku yang boleh memilikinya, aku!" Alfon mengepalkan kedua tangan, giginya bergemeretak karena amarah yang tak tertahankan.

"Ba-baik, Tuan," jawab salah satu anak buahnya dengan takut.

"Ada tanda!" seru hacker yang Alfon sewa.

"Cepat katakan apa yang kau temukan!" seru Alfon tidak sabar.

"Mereka berada di salah satu villa di kota M, sepertinya ini milik keluarga sahabat Olie," jawab si hacker—Benny.

"Karen, ya ... pasti Karen. Dasar sialan! Seandainya ayahnya tidak punya kuasa besar, sudah kumusnahkan dia sejak dulu. Cepat, siapkan perlengkapan, kita segera menuju lokasi!"

"Baik, Bos!" jawab para anak buah Alfon serempak.

Sesampainya di lokasi, kondisi villa sudah tak berpenghuni. Karen, Olie, Richard, dan semua yang tinggal di villa itu sudah diungsikan ke tempat lain. Pencarian Alfon kembali gagal.

Jorge yang berada di Italia tak tinggal diam, meskipun berada jauh dari sahabatnya, dia selalu memperoleh update dari Andri. Diam-diam Jorge juga mengatur strategi, dia mempersiapkan identitas baru untuk dirinya, Karen, Olie dan Richard. Ketika kesempatan bagus datang, dia memboyong mereka bertiga ke Swedia, tempat neneknya berada.

Kegagalan demi kegagalan yang dialami Alfon untuk mendapatkan Olie, membuat kehidupannya semakin tidak terarah. Fokusnya mengejar Olie, membuat dia mengabaikan orang-orang di sekitarnya, dan akhirnya bisnisnya pun hancur. Ya, obsesi yang berlebihan menghancurkannya. Bahkan saat ini dia sedang menjalani perawatan mental karena mulai berhalusinasi bahwa dirinya dan Olie sudah menikah serta memiliki tiga orang anak.

"Kenapa kau menghancurkan dirimu sendiri, hah? Kami semua peduli padamu, tapi kau sendiri yang membuat kondisi semakin buruk." Sisil menjenguk Alfon di Rumah Sakit Jiwa.

Andri yang ikut menemani Sisil merasa iba melihat kondisi Alfon saat ini. Dia tidak gila, hanya mengalami depresi berat karena tidak berhasil mendapatkan Olie. Alfon hanya duduk termenung, menatap kosong pemandangan di depannya, sesekali air matanya menetes.

Mas GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang