Part 20

456 22 0
                                    

Perjuangan Richard menggendong Olie sampe ke restoran berbuah manis, dia mendapat kecupan di pipi kiri dan kanan beserta ucapan terima kasih yang mesra dari sang istri. Hatinya berbunga-bunga dan seketika lelahnya lenyap, sampai-sampai pelayan yang menghampiri mereka keheranan karena Richard terlihat sangat kelelahan sebelumnya. Namun, kini wajahnya terlihat berseri-seri.

"Maaf, Bapak dan Ibu, silakan menunya. Mau langsung pesan atau nanti?" tanya si pelayan dengan ramah.

"Saya pesan satu kentang goreng, satu pasta bolognaise, satu chicken cordon bleu sama banana split, minumnya ice lime mint."

"Baik ... kalau Bapak?"

"Nasi goreng seafood, pedas sedang sama es teh tawar saja, Mas."

"Baik, saya ulangi pesanannya, ya. Satu kentang goreng, satu pasta bolognaise, satu chicken cordon bleu, satu banana split, satu nasi goreng seafood pedas sedang, ice lemon mint dan es teh tawar. Mohon ditunggu pesanannya, kalau perlu sesuatu bisa panggil saya. Terima kasih."

"Terima kasih, Mas," balas Olie dengan nada sedikit manja yang otomatis membuat dahi Richard berkerut serta bibirnya sedikit mengerucut.

Dua puluh menit menunggu, akhirnya makanan mereka datang. Nafsu makan ibu hamil yang luar biasa, menjadi perhatian para pengunjung dan pelayan restoran. Namun, bagi Richard itu adalah pemandangan yang menyenangkan, bahkan ketika Olie merebut nasi goreng yang baru tiga suap Richard makan. Itulah salah satu hal yang membuat Richard jatuh hati pada Olie--sikap apa adanya. Hal yang tidak Richard temui dari beberapa wanita yang pernah dekat dengannya, termasuk Sisil.

"Yang ...," rajuk Richard yang kelaparan dan sedih melihat nasi gorengnya kandas dimakan Olie. Sang istri bukannya prihatin, justru bersendawa dan mengelus-elus perutnya yang kekenyangan.

Pemandangan itu otomatis membuat bibir Richard mengerucut sempurna, seperti ikan mas koki yang kelaparan sampai mengundang tawa Olie. Sungguh istri yang tidak berperasaan.

"Lapar, Sayang? Makanlah!" kata Olie dengan santainya, tanpa ada rasa bersalah.

"Apa yang mau dimakan?" tanya Richard dengan ekspresi kesalnya.

"Itu timun sama tomatnya masih, Sayang, sehat itu. Eh, masih ada nasinya lima butir," ucap Olie dengan senyum semringahnya.

"Tau, ah!" jawab Richard dengan nada ketus.

"Eh, Daddy ngambek dek. Lucu ya, udah tua ngambekan. Dedek jangan kaya daddy, ya. Nanti cepet tua kalau ngambekan." Olie berbicara sambil menghadap ke perut dan mengelusnya, seolah janin dalam kandungannya ada di hadapannya.

"Mas ...," panggil Richard.

"Bisa dibantu, Pak?"

"Tolong antarkan nasi goreng seafood kaya tadi ke kamar 503, bill makanan ini juga masukkan ke tagihan kamar saya. Terima kasih."

"Nasi gorengnya dua ya, Mas," sambar Olie.

"Oh, iya. Dua nasi goreng seafood ke kamar 503. Mohon ditunggu. Terima kasih." Pelayan itu pergi dengan ekspresi tidak percaya karena Olie ikut memesan nasi goreng. Seingatnya makanan di meja tadi semua disantap habis oleh ibu yang sedang hamil muda itu, tapi dia masih memesan untuk diantar ke kamar. Si pelayan menggelengkan kepala mengetahui nafsu makan si ibu hamil.

"Ayo balik ke kamar," ajak Richard.

"Gendong ...," rajuk Olie.

"Lagi? Aku tadi nggak makan, sekarang suruh gendong, lagi?"

Muka Olie seketika berubah sendu, dan andai Richard tidak segera mendekati serta menggendongnya, sudah pasti dia akan dibuat tambah malu karena tangisan istrinya. Para tamu yang sedang berada di restoran merasa terhibur dengan tingkah laku pasangan muda tersebut, bahkan seorang bapak paruh baya menceletuk, "Sabar, Mas. Turuti saja maunya, saya dulu juga begitu waktu istri saya hamil. Kalau enggak keturutan, bahaya."

Mas GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang