7. Chocolate

497 63 2
                                    

Malam ini sangat dingin bagi gadis mungil bernama Elya. Dia berada di taman sekarang. Taman yang sama saat Ryan menembaknya 2 tahun yang lalu. Elya duduk sendiri di sebuah banku taman. Kedua telapak tangannya sesekali bergesekan untuk menetralisir rasa dinginnya.

" door!! "
Ucap seseorang dari belakang sambil menepuk pundak Elya.

Elya terlonjak dan berusaha menentramkan hatinya dengan mengelus-elus dadanya.

Seseorang itu kini berjalan mengitari bangku dan duduk di samping Elya.

" gila lo! Kalau gue jantungan gimana? "
Tukas Elya dengan wajah yang kesal namun dibalas dengan gelak tawa dari seseorang itu.

" lagian lo , duduk sendirian disini. Kesambet baru tahu rasa lo! "
balas Arga tanpa dosa. Ya orang yang mengagetkan Elya tadi adalah Arga.

Elya semakin geram dibuatnya. Ia berdiri dan meninggalkan Arga.

" yah! Malah pergi! Hey! Tunggu dong! " Arga berusaha menyamai langkah Elya.

" lo marah? "

1
2
3

Tak ada reaksi sedikitpun dari Elya.

" Elya! "
Ucapnya sambil mengait tangan Elya kedalam genggamannya.

" apaan sih, gangguin aja! "
Elya melepas genggaman Arga dengan kasar.

" lo ngambek sama gue? Ya elah maaf dong! "

Elya tetap membungkam mulutnya rapat-rapat.

" yaudah deh, gue traktir ice cream mau? "

Perlahan, mood Elya kembali setelah mendengar kata ice cream.

" chocolate? "
Arga semakin menggoda Elya dengan menambah embel embel coklat.

" iya deh! Ayo! "
Benteng pertahanan Elya runtuh sudah. Di genggamnya tangan kekar milik Arga dan berlari meninggalkan taman dan menuju ke kedai Ice Cream.

***

"pelan-pelan dong makannya ".
Ucap Arga sembari mengelap sisa Ice cream yang bertengger di ujung bibir Elya. Manik mata mereka bertemu dan terkunci didalamnya. Elya yang menyadarinya langsung mengalihkan pandangannya dan memakan sisa ice creamnya. Arga tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Hening. Itulah yang terasa.Gue suka lihat lo makan El. Ucapnya dalam hati. Senyumnya begitu lebar.

"enak? "

Elya mengangguk sambil memasukkan suapan terakhir ice cream ke mulutnya.

" lo kalau makan kok kaya anak kecil sih! Sampai belepotan gitu. "

" biarin "
Balasnya tak perduli.

" serah deh! "

" pulang yuk? Udah malam "

" ayo "

Mereka meninggalkan toko dan kini Arga mengantar Elya pulang.

***

Arga mengendarai motornya menjauh dari toko ice cream itu. Setelah berjalan kurang lebih 1 km, punggungnya terasa berat. Dari kaca spion motornya, ia melihat seorang gadis dengan rambut yang menutupi sebagian wajahnya terlelap di punggungnya. Ia tersenyum simpul. Diraihnya tangan Elya dan dikaitkan di pinggangnya agar tidak jatuh.

15 menit kemudian sampailah Arga di rumah besar berwarna biru. Mendengar suara klakson, seorang satpam bergegas membukakan gerbang. Arga memasuki pekarangan hijau nan luas itu dan menghentikan motornya tepat di depan pintu.

" El, udah sampai rumah lo! Hey! "
Ucapnya pelan seraya menepuk neluk bahu Elya agar terbangun.

" hwaaa,, hhhmm.. udah sampek ya? Hwaaa..mmm "
Elya berusaha menyadarkan dirinya. Tangannya sibuk mengucek matanya.

" udah. Bangun dong? Kasian jaket gue kena iler lo! "
Gurau Arga namun dianggap serius oleh Elya.

" ye, enak aja. Gue nggak ngiler tau! "

Mendengar hal itu Arga tersenyum lebar. Ada rasa senang berlebih di dalam hatinya.

Elya turun dari motor Arga dan berjalan ke arah pintu.

" gue pulang! "
Pamit Arga.

" hmmm "

Arga mulai mengegas motornya namun belum sempat berjalan karena Elya menghentikannya.

" eh, Arga Arga!! "

" apa lagi? "

" makasih buat punggung lo! Take care ya! "

Jantung Arga berirama 2x lebih cepat. Ia begitu kaget dengan apa yang diucapkan Elya.

" bilang aja lo seneng! Yakan? "
Goda Arga yang berhasil menguasai dirinya.

" ngaco lu! Udah sana pulang!"

" ngusir? "

" ya enggak, kan lo juga mau pulang tadi ". Jelas Elya.

" serah "

Arga mengendarai motornya melewati halaman luas Elya dan hilang saat keluar dari gerbang rumah Elya. Senyum selalu terukir di bibir lelaki itu.

***

Hari masih pagi saat Elya menampakan jejaknya di sekolah. Belum banyak siswa yang datang sehingga Elya memutuskan untuk ke mading sekolah untuk menempelkan hasil karyanya. Belakangan ini, Elya mulai menyukai membuat puisi.

15 menit kemudian, para siswa mulai berdatangan. Elya berjalan menuju ke kelasnya.

Sesampainya di kelas para siswa terlihat sedang membicarakan hal yang begitu serius. Samar-samar ia mendengar nama Arga disebut-sebut.

" Arga kenapa? "
Wajahnya terlihat begitu bingung. Elya melangkah menuju gerombolan temannya yang membicarakan Arga.

" A Arga kenapa? Ren? "
Tanya Elya kepada Rendi yang sedari tadi bicara.

" lo belum tahu? "

Elya menggeleng.

" Semalem Arga kecelakaan. "

Wajah Elya seketika berubah. Ia begitu kaget dengan apa yang ia dengar.
Bukannya tadi. Tadi malam dia barusan dari rumah gue?.

" kecelakaan? Dimana? Parah nggak? "

Entah mengapa, mendengar Arga kecelakaan hatinya merasa begitu gelisah.

" di tikungan jl. Pattimura ".

" setahu gue kakinya patah gitu "

Jl. Pattimura berarti sudah keluar dari kompleks perumahannya.

" woy woy woy. Bu Pipit datang! "
Teriak salah seorang yang tengah berlari.

Elya tertegun hingga sosok guru dengan pembawaan kalem memasuki ruangan. Elya dan lainnya kembali ke tempat duduk masing-masing. Bangku di belakangnya kosong.
Elya terus menerus memikirkan Arga. Hingga ia tak perduli lagi dengan Bu Pipit yang menerangkan di depan. Arga telah menyita seluruh perhatiannya.











Vote and Comment terus ya....

jarak dan rinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang