15. marah? memang aku siapa?

420 58 5
                                    

" gue boleh tanya sesuatu? "

Arga menoleh ke arah Elya dan pandangan mereka bertemu dan terkunci disana.

" apa? "

" malam itu lo kemana? "
Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Elya.

" nggak penting gue kemana malam itu. Seharusnya gue yang tanya kaya gitu sama lo! " balas Arga sambil terus menatap Elya lekat.

" m.mak.sud lo? "

" siapa lelaki itu? "

" di.dia. Ryan "
Elya semakin gugup. Entah mengapa, Elya merasa ada unsur ketidaksukaan terlontar dari pertanyaan Arga tadi. Dan mengapa hal itu berimbas pada perasaannya.

" pacar lo? "
Elya mengangguk. Arga menghela napas dan mengalihkan pandanganya ke arah lain. Dadanya terasa sesak kembali. Namun ia berusaha menyembunyikan semuanya.

" gue mo balik! "

Arga bangkit dan berjalan meninggalkan Elya yang menatapnya bingung.

" eh, Arga! Tunggu! "
Cegahnya. Elya bangkit dan mengejar Arga. Setelah beberapa langkah ia berhasil berada di depannya.

" lo ninggalin gue? "
Napasnya terengah-engah. Matanya menatap lurus ke arah Arga.

" gue nggak bilang "
Arga berjalan melewati elya yang masih terus menatapnya.

Elya segera sadar, dan berusaha mengejar Arga.

" hey! Tunggu! " Elya berhasil menghentikan langkah Elya dengan memegang lengan kekar Arga.

" lo kenapa sih? "

Gue cemburu El! Kenapa lo nggak bilang kalau lo udah punya pacar. Gue kecewa sama persaan gue. Mungkin kata itu bisa saja terlontar dari mulutnya. Namun ia teringat nasehat bundanya.

'Selama janur kuning pernikahan belum melengkung, masih sah hukumnya kamu buat deketin Elya. Lagi pula, bunda udah terlanjur suka sama Elya'

Arga menghembuskan napasnya pelan. Mencoba menenangkan pikiran dan menstabilkan emosinya.

" gue nggak papa. Gue baik-baik aja. Jangan khawatir "
Arga tersenyum kemudian meneruskan langkahnya. Elya masih diam ditempat. Sambil mengamati perubahan sikap Arga yang menurutnya aneh.

" lo masih mau disini? "
Suara itu berhasil membuyarkan lamunan Elya.

" ayo! " sambungnya.
Elya langsung berlari mengejar Arga yang mendahuluinya.

***

Aneh!
Sikapnya berubah akhir-akhir ini.
Ada suatu waktu, dia bersikap hangat padaku. Namun diwaktu itu juga, sikapnya menjadi dingin.
OH TUHAN!
Apa yang terjadi padanya?
Dan, tentang perasaanku??

Krekk..

Elya menyobek lembar kertas diarynya. Tangannya meremasnya hingga berbentuk bulat kemudian membuangnya ke lantai.

Arghh... gue kenapa sih?
E

lya menopangkan dagunya di telapak tangannya. Sedangkan tangannya yang lain mulai mencoret-coret lembar diary berikutnya. Tak lama, ponselnya berdering. Elya menatapnya sekilas, kemudian mematikannya. Sepertunya ia malas menerima panggilan. Di belahan dunia yang lain, seorang lelaki berdiri di antara gemerlapnya lampu pada malam hari. Tangannya sibuk mengotak-atik ponselnya dan berusaha untuk menghubungi seseorang.

" dimatiin lagi "
Gumamnya. Sekarang ia berusaha untuk menelponnya kembali.

" tadi dimatiin. Sekarang nggak aktif kamu kemana El? "

jarak dan rinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang