23. Sebuah Pengakuan

428 47 1
                                    

Hari ini hari terakhir pelaksanaan UN. Arga mengajak Elya untuk pergi jalan-jalan. Katanya untuk refreshing. Elya setuju. Namun ketika Elya ingin mengajak Rekha, Arga bilang tidak usah.

Sekarang, mereka sedang duduk di salah satu bangku taman. Berdua.

" El, habis ini lo mau kuliah dimana? ".

" nggak tahu, gue. Lo sendiri? Mau balik ke Jakarta? "

" nggak kayaknya ". Jawab Arga sedikit ragu.

" kok kayaknya? "

" gue ngerasa berat aja ninggalin kota ini " . Ucap Arga sambil menghela napas.

" kenapa emangnya sama kota ini? ".

Elya, kenapa lo nggak paham-paham sih dikasih kode. Batin Arga kesal.

" ada sesuatu yang nggak bisa gue tinggalin disini "

Mungkin sudah saatnya gue bilang kalau Rekha suka sama Arga.

" Ga! "

" hmmm... "

" kalau seandainya ada seseorang yang suka sama lo, apa lo bakal terima dia? ".

Detik itu, perasaan Arga di bawa melayang. Apa mungkin Elya membicarakan dirinya. Ucapnya dalam hati. Ia putuskan untuk bertanya.

" emang siapa yang suka sama gue? ".

" Rekha "

Perasaan kecewa menyeruak di dadanya. Jujur! Ia kecewa bahwa Elya tak memiliki perasaan apa-apa padanya.

" kalau seandainya gue suka sama orang lain, gimana? "

Pertanyaan Arga itu membuat Elya tak berkutik. Lidahnya kelu ingin menjawab apa. Siapa yang Arga cintai?

" ya, itu kan perasaan lo! Emang siapa sih yang lo suka? "

Gue suka sama lo, Elya. Kenapa lo nggak ngerti.

" lo! ".
Jawab Arga. Ia sudah tahan lagi ingin mengatakan itu.

" Ga, jangan bercanda! Gue nggak suka! ". Elya memalingkan wajahnya. Ia yakin, Arga cuma bercanda. Tapi, ada sebuah tempat dihatinya berkata bahwa ia juga memiliki hal yang sama. Entah sejak kapan. Tapi bagaimana dengan janjinya pada Rekha?

" Gue nggak bercanda! Gue serius! "

" tapi gue nggak bisa Arga! ". Batahnya! Ia menatap mata Arga dalam. Mencari sebuah kebohongan disana. Namun tak ada.

" karena Rekha? "

Arga masih menatap Elya yang sekarang menunduk. Elya belum bereaksi apa-apa.

" apa karena Rekha? ". Tanyanya sekali lagi. Elya mengangguk pelan. Kemudian matanya berair.

Arga mengangkat kepala Elya supaya ia menatapnya. Ketika Elya berkedip, air matanya tumpah. Sehingga Arga menghapusnya.

" Kenapa lo bohong sama perasaan lo sendiri? "

Mata Elya semakin berair. Ia paksakan untuk tidak sampai jatuh dan Arga melihatnya. Tapi usahanya gagal. Benar apa yang Arga bilang, gue bohong sama diri gue sendiri. Tapi janji gue sama Rekha? Gue nggak bisa ngingkarin itu. Batin Elya.

" maaf "

" kenapa minta maaf, Elya? "
Arga masih terus menghapus air mata yang keluar membasahi pipi Elya.

" aku nggak bisa.... ". Jawab Elya pelan. Hatinya ingin memberontak. Tapi ia tak bisa.

Ia menghambur ke pelukan laki-laki yang telah menyembuhkan luka hatinya. Laki-laki yang membuatnya takut kehilangan untuk kedua kalinya. Laki-laki yang sama sekali tak dapat disalahkan atas kondisinya kali ini.

" gue udah janji sama Rekha, bakalan bantuin dia jadian sama lo! Tapi apa yang gue lakuin sekarang? Gue hianatin kepercayaan dia ke gue. Gue emang jahat! "

Arga membalas pelukan Elya. Ia mendengar semua yang Elya katakan sambil mengelus-elus punggung Elya supaya dia tenang.

" biar gue yang bilang sama Rekha. Biar gue yang jelasin semuanya ".

Elya melepas pelukannya. " tapi kalau dia marah sama gue gimana? Gue nggak siap! "

" gue nggak akan marah kok! ".

Suara itu membuat Arga dan Elya kaget. Ternyata Rekha ada di sana. Rekha mendekati mereka.

" Rekha... gue bisa jelasin semuanya! ". Elya segera bangjit dari duduknya dan mendekat ke arah Rekha.

" nggak perlu di jelasin Elya, "

Diluar dugaan Elya, Rekha memeluknya. Ia pikir, Rekha akan menamparnya karena menghianati kepercayaannya. Tapi dia salah. Elya semakin menangis dipelukan Rekha.

" kok lo nangis sih?  Harusnya gue yang minta maaf, karena gue ada di antara kalian... "

" kok lo disini? ". Tanya Arga yang masih bingung dari mana kedatangan Rekha.

" gue ngikutin kalian tadi, maaf ya! ". Rekha melepas pelukannya. Dan Elya mengusap air matanya. Matanya sembab karena terlalu banyak menangis.

" dan, maafin gue karena gue ada di antara kalian. Gue baru sadar kalau Arga nggak bakalan bisa cinta sama gue. Karena cinta Arga buat lo, Ya. Untung aja waktu itu, Bunda kasih tahu gue. ". Jelas Rekha. Kini ia ikut-ikutan nangis. Arga jadi bingung, kenapa perempuan selalu menangis untuk mengungkapkan perasaannya?

" Maafin gue ya, Ka. Gue nggak bisa bales perasaan lo. Karena perasaan gue udah buat Elya sejak gue ketemu dia. Walaupun gue tahu kalau waktu itu, Elya punya pacar. "

" udah! Nggak papa kok! Oh ya, gue juga mau pamit sama kalian. Besok, gue mau pergi ke New York. Nyokap nyuruh gue kuliah disana. "

" yah! Kita nggak bisa ketemu lagi dong! ". Ucap Elya sedih.

" kan bisa Vidio Callan ".

Elya tersenyum. Ia bangga punya sahabat sebaik Rekha. Seandainya Rekha tak pergi ke New York, pasti ia akan sangat bahagia.

" gue, cabut dulu ya! Silahkan dilajutkan... ".
Rekha pergi meninggalkan senyum centilnya. Arga dan Elya tersenyum bahagia.

" jadi gimana? ". Tanya Arga lagi.

" apaan? "

" mulai sekarang lo jadi pacar gue kan? "

" nggak! "

" kok enggak? "

" lagian, lo nembak nggak romatis banget sih! "

Arga tersenyum melihat kelakuan Elya. " apa perlu gue naik pesawat, gue turun dari ketinggian tertentu trus gue bilang kalau gue cinta sama lo dan gue mau lo jadi pacar gue? ". Ucap Arga sambil tersenyum menggoda kepada Elya. Pipi Elya memerah karena malu dan bahagia.

" ap apaan sih! Gombal deh! Nggak usah gitu juga gue terima kok! "

jarak dan rinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang