18. Khawatir

438 64 2
                                    

" indah ya, pemandangannya. "
Ucap Elya memecah keheningan. Lebih tepatnya berusaha untuk melupakan kejadian yang ia lihat tadi.

" hm. Iya"
Balas Arga pendek.

" apalagi suasananya.  Tenang banget " Sambungnya. Elya mengulam senyum. Terpaksa. Suasana menjadi hening. Arga memandangi wajah Elya dengan seksama. Dilihatnya raut wajah Elya seperti menyembunyikan sesuatu.

" lo tadi nangis? "
Pertanyaan itu membuat Elya menoleh ke sumber suara.

" e, eng.gak kok! Siapa bilang gue nangis? ". Ucap Elya menyembunyikan. Arga tersenyum.

" gue tahu, lo adalah orang yang kuat. Lo bisa bilang kesiapapun kalau lo nggak nangis. Tapi lo nggak bisa nutupin itu dari gue"
Perkataan Arga barusan membuat matanya berair kembali. Ia menangis sejadi-jadinya.

" lo boleh pinjem bahu gue buat numpahin semua beban yang lo rasain "
Ucap Arga sambil menepuk bahunya. Tak ada respon apapun dari Elya. Gadis itu masih terus menangis. Tak lama kemudian, kepalanya mulai disandarkan ke bahu milik Arga. Arga membiarkan Elya menangis dibahunya. Yang ia lakukan hanya mengelus-elus puncak kepala Elya lembut.

Sekitar 10 menit kemudian, Elya mulai menghentikan tangisannya. Bahu Arga basah dibuatnya. Elya mengusap  sisa air mata dipipinya.

" udah nangisnya? "
Elya mengangguk.

" udah siap cerita? "
Elya terdiam. Kemudian Arga melanjutkan bicaranya.

" nggak papa kalau lo nggak mau cerita " ia tersenyum. " orang bilang, kalau seseorang berbagi rasa sedihnya dengan orang lain, maka ia akan merasa jauh lebih lega. Setidaknya bisa mengurangi beban yang ada dihati lo. Tapi kalau lo nggak mau cerita juga nggak papa ". Lanjutnya.

" gue nggak tahu harus mulai dari mana? " ucap Elya membuka suara.

" dia segalanya buat gue. Dia yang selalu bikin gue senyum, dia yang selalu bisa bikin gue bahagia. Tapi sekarang, dia adalah alasan kenapa gue sedih. Gue nggak tahu apa salah gue? Hari ini gue lihat dia sama cewek lain ". Mata Elya kembali berair.

" nggak pantes lo nangisin orang yang mungkin udah nggak perduli lagi sama lo". Arga memeluk tubuh Elya erat. Sementara Elya kembali menangis di dalam pelukan Arga.

" dia tega sama gue, "

" dia jahat! "

" gue benci sama dia "

" udah dong! Jangan nangis mulu! Jelek tau nggak kalau lo nangis. Ingus lo nempel di baju gue nih! "
Ucap Arga sambil melepas peluknya.

" apaan sih! Lo. Nggak lucu tau nggak " . Ucapnya sambil memukul dada bidang milik Arga dan membuatnya mengaduh.

Tangannya kemudian membersihkan air mata yang menggenangi pipi mulus Elya.

" gue yakin, semua ini pasti ada hikmahnya "

***

Pukul 06.30 Arga sudah berada di sekolah. Matanya sibuk menyisir pandang. Tak ada satupun sudut yang luput dari perhatiannya.

" kemana dia? "
Ucapnya pelan. Nyaris tak ada yang mendengarnya. Karena mulai banyak siswa yang berdatangan. Arga memutuskan untuk menuju ke kelasnya.

Sesampainya di kelas, sosok yang ia caripun tak ada. Ia duduk di bangkunya dan mengeluarkan telepon genggamnya. Di tekannya nomer yang ia kenal.

085698234XXX
calling.....

Tak ada balasan dari seberang sana. Ia mencoba menghubunginya lagi. Sekali, dua kali, tak ada respon sama sekali. Arga memutuskan untuk menyimpan ponselnya dan mengeluarkan buku tugasnya karena ada tugas yang belum ia kerjakan.

30 menit kemudian, jam pertama dimulai. Namun Elya belum terlihat. Bu Rini pun telah siap untuk membuat para siswa mengantuk di jam pertama karena cara mengajarnya yang terlalu banyak bercerita.

" Sar! Elya mana? "
Tanya Arga dari bangku belakang.

" tadi dia wa gue, katanya sakit "
Jawab Sarah teman sebangku Elya.

" oh "

Dia sakit? Mungkin karna kemarin. Semoga aja nggak parah. Batin Arga khawatir. Dan itu tampak sekali dari raut wajahnya. Begitu seriusnya ia memikirkan keadaan Elya, sampai sampai suara Bu Rini yang memanggilnya tak didengarkan. Saking geramnya guru itu menggebrak meja Arga. Hingga membuat Arga terkejut.

" apaan sih?! Ganggu aj.. eh, ibu.. hhehe.. ada apa bu? "

" kamu ini ya! Saya dari tadi manggilin nama kamu! Kamu sebenarnya sedang mikirin apa? Mikirin cewek ya? ".  Tanya Bu Rini lengkap dengan logat medoknya. Makhlum saja, beliau memang berasal dari Jawa.

" eh, eng..gak bu, s.s.sa..ya nggak nglamunin cewek kok bu, "

" sudah! Sebagai balasannya, coba terangkan kembali apa yang sudah saya sampaikan! "

Mampus gue. Mana gue tau!

" ayo! "

" saya nggak bisa bu, "
Ucap Arga sambil nyengir kuda.

" begini ini! Adalah contoh murid yang kurang disiplin. Tidak patut untuk dicontoh! Selama saya ngajar disini,seumur-umur baru ada mirid kaya kamu. ...... "

Dan masih banyak lagi cerita yang akan beliau sampaikan. Sehingga seluruh siswa menjadi mengantuk begitupun juga dengan Arga.

***

S

epulang sekolah, Arga memutuskan untuk ke rumah Elya. Jalanan sedikit macet sore ini. Namun dengan gesit, Arga mengendarai motornya. Tak lama, ia sampai di rumah Elya. Ia memasuki halaman rumah Elya yang kebetulan gerbangnya tidak ditutup. Ia memarkirkan motornya tepat di depan pintu. Setelah menyantolkan helmnya di kaca spion dan sedikit membenahi tatanan rambutnya, ia mengetuk pintu.

Tok...tok...tok...
Lama Arga berdiri di depan pintu, barulah ada seseorang yang membukakan pintu.

" eh, ada tamu. Silahkan masuk den "
Seorang wanita paruh baya_yang bisa ditebak asisten RT di keluarga Elya_ mempersilahkan masuk. Arga tersenyum ramah.

" Elya mana ya bi? "
Tanya Arga sopan.

" non Elya lagi tidur diatas. Silahkan duduk dulu den, biar saya bangunin "

" eh, nggak usah bi. Jangan dibangunin. Kalau bisa, boleh nggak kalau saya ke kamar Elya. Sebentar aja "

" Arga cuma mau lihat kondisi Elya doang kok bi, janji nggak bakal ngapa-ngapain ". Ucap Arga secepat mungkin ketika melihat bi Hasnah menatapnya tajam sambil menacungkan dua jarinya membentuk peace.

" ya udah. Aden udah tahu kamar non Elya belum? " Arga menggeleng.

" Aden naik tangga, trus belok kanan. Na nanti cari aja kamar yang ada namanya non Elya "

" makasih ya bi, kalau gitu Arga naik dulu mau nengokin keadaan Elya "

Setelah mendapat anggukan dari bi Hasnah, Arga menaiki anak tangga dan belok ke kanan sesuai petunjuk dari bi Hasnah. Kemudian sampailah ia di depan pintu kamar dengan gantungan nama Elya disana.

ELYA ANASTASYA

Arga mengetuk pintu pelan. Tak ada sautan dari dalam. Mungkin benar apa yang dikatakan bi Hasnah. Elya tertidur. Ia membuka pintu secara perlahan dan mendapati seorang gadis tengah terbaring di atas kasur. Wajahnya pucat pasi. Arga mendekatinya dan menempetkan punggung tangannya di dahi Elya. Panas. Itu yang ia rasakan.

Merasa kepalanya berat, Elya membuka matanya perlahan dan terkejut mendapati Arga ada disampingnya.

" lo! Kok ada disini! Jangan jangan! "





Wah!? Arga sama Elya ngapain tuh?!

To be continue
Jangan lupa vote and comment guys♡

jarak dan rinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang