17. Syarat ketiga dan rasa sakit Elya

438 60 1
                                    

" tapi gue bingung deh, kenapa sih bunda lo panggil gue dengan sebutan 'menantu'. Kan lo sama gue belum married? "

Arga merasa bingung harus menjawab apa. Kemudian ia tertawa.

" hahaha... lo berharap banget ya? Nikah sama gue? " ucapnya disela-sela tawanya.

" ye, siapa juga yang mau nikah sama lo! Cowok nyebelin sedunia! " balas Elya tak mau kalah.

" hahaha, ya enggak lah! Mungkin bunda kaya gitu karena gue sebelumnya nggak pernah ngajak cewek datang ke rumah. Dan lo beruntung karena lo adalah cewek pertama yang gue ajak ke rumah! "
Jelas Arga panjang kali lebar.

Dan semoga menjadi yang terakhir. Sambungnya dalam hati. Elya membalasnya dengan anggukan kepala. Butuh waktu 20 menit untuk sampai di rumah Elya. Dan sekarang, motor Arga telah terparkir tepat di depan rumah Elya.

" thanks ya udah bantuin gue tadi. Dan thanks juga karena lo udah anterin gue pulang. "

" hm. Jangan lupa, ada satu hal lagi yang harus lo lakuin untuk menuhin persyaratan dari gue ".  balas Arga ditambah dengan senyum kemenangan. Sementara Elya mengerutkan wajahnya.

" gue balik dulu " pamit Arga. Kemudian ia bergegas pergi dari rumah Elya. Setelah memastikan bahwa Arga sudah tak terlihat lagi, Elya masuk ke dalam rumahnya.

***

Sinar matahari mulai menusuk melalui celah-celah jendela. Elya berusaha menyesuaikan kondisi matanya dengan sinar yang masuk ke dalamnya.

" Elya! Bangun! Ada Arga nungguin kamu nih! " suara mama Ira dari bawah membuat Elya terperangah. Ngapain dia pagi-pagi kesini?. Dan ini masih jam berapa? . Elya menguap lebar dan mengucek-ucek matanya dilihatnya jam diatas nakas menunjukkan pukul 06.30 WIB.

" Hah!? Setengah tujuh??! Ya ampun gue udah telat!? "
Bergegas Elya menuju kamar mandi dan bersiap siap. Tak kurang dari 15 menit, Elya turun ke bawah dan mendapati sosok Arga tengah duduk di meja makan bersama kedua orang tuanya. Bicara tentang kedua orang tuanya, Papa Elya_Roy_ dua hari yang lalu pulang dari Palembang setelah menyelesaikan urusan bisnisnya.

" morning Ma, Pa, Ga "
Sapa Elya sambil tersenyum.

" morning sayang. Ayo duduk sarapan dulu. "

" enggak usah deh ma, kayaknya Arga sama Elya udah telat banget "

" oh, ya udah kalau gitu "

" kita berangkat dulu ya, ma, pa. Assalamualaikum  "
Elya mencium punggung tangan kedua orang tuanya dan diikuti oleh Arga dibelakangnya.

" kita berangkat ya, om, tante "

" hati-hati ya nak "

Arga mengangguk dan melangkah pergi. " Assalamualaikum "

" Waalaikumsalam "

***

20 menit kemudian, sampailah mereka di depan pagar yang bertuliskan "Senior High School Nusantara" . Namun nasib baik tak bersama mereka. Pintu gerbang telah ditutup.

" yah! Lo sih! Bawa motornya nggak ngebut. Jadi telat kan! "
Dumel Elya sambil memonyongkan bibirnya.

" nyalahin gue. Bukannya lo ya? Yang telat bangun "
Tumpal Arga. Skak!

" ya, pokoknya ini semua salah lo! Kalau lo bawa motornya ngebut kita kan nggak mungkin telat! "
Arga hanya geleng-geleng karena Elya tak mau disalahkan. Arga kembali menghidupkan motornya dan menjalankannya.

" eh, eh, mau kemana? "
Tanya Elya.

" cari makan "

" tapi kan? Kita harus sekolah! "

" udahlah kan udah telat. Gue yakin nggak bakalan dibukain "

Arga semakin mempercepat laju motornya. Sementara Elya, hanya melongo di boncengan motor Arga.

Mereka sekarang berada di salah satu restaurant tak jauh dari sana. Mereka duduk di tempat samping jendela yang langsung mengarah ke jalan raya. Setelah makanan yang mereka pesan datang, mereka langsung menyantapnya tanpa sisa.

" gimana matematika lo kemaren "

" aman. Semua berkat bantuan lo! Makasih ya! Gue nggak tau lagi kalau kemaren gue nggak ngumpulin, pasti sekarang gue udah jadi tulang sama kulit "

Arga tersenyum. " iya sama-sama ".

" oh ya, habis ini lo mau kemana? "
Sambung Arga.

" tau! Lo kan yang ngajak gue bolos tadi " balas Elya sembarangan.

" cabut yuk! "

" kemana? "

" kemana aja "

Arga dan Elya bergegas meninggalkan restaurant  tersebut dan pergi entah kemana. Motor Arga melaju tanpa tujuan. Sampailah mereka berhenti disebuah persimpangan jalan dimana lampu rambu lalin berwarna merah. Elya melihat sosok lelaki bersama seorang wanita sedang tertawa lepas didalam mobil yang berhenti tepat disamping motor Arga. Dan Elya langsung mengenalinya. Matanya mulai terasa panas, setetes cairan keluar tanpa dapat ditahan lagi. Dadanya terasa sesak melihat kedekatan mereka berdua yang bisa dibilang "lebih dari sekedar teman".

Di depannya Arga mendengar seseorang yang sedang terisak. " lo nangis El? "

" hah?! E. Eng. Enggak kok, gua nggak nangis. Cuma kelilipan aja "
Ucap Elya berbohong. Tapi Arga tahu betul, dari suaranya sangat jelas, ia sedang menahan tangis.

Lampupun menyala hijau, mobil yang dikendarai Ryan bersama dengan wanita itu melaju lebih dulu, disusul oleh Arga. Sebelum mobil itu berjalan, sekilas Elya masih mengamati mobil itu. Tepatnya orang yang berada didalamnya. Berharap bahwa yang ia lihat adalah salah. Namun tak dapat diubah lagi, nyatanya yang berada didalam mobil adalah benar-benar Ryan dan wanita entah siapa namanya.

Motor Arga terus melaju, namun Elya tak tahu arahnya kemana. Ia tak menggubris sama sekali. Yang ada di benaknya saat ini adalah "siapa wanita yang bersama Ryan tadi?". Lama kelamaan, motor Arga berhenti. Arga melepas helmnya dan membenahi tatanan rambutnya.

" lo masih mau naik motor gue. Gue udah berhenti. "

" hah?! Gimana?! Gimana?! "
Balas Elya sedikit terkejut.

" lo nglamun ya? Gue udah berhenti dari tadi lo, El. Dan lo masih duduk di boncengan motor gue? "

" nggak kok! Siapa juga yang nglamun. Gue nggak nglamun" Elak Elya sesegera mungkin.

" danau? "
Tanya Elya terkejut.

" udah, ayo! "
Arga menggandeng tangan Elya dan membawanya duduk di dekat bibir danau.

" indah ya, pemandangannya. "
Ucap Elya memecah keheningan. Lebih tepatnya berusaha untuk melupakan kejadian yang ia lihat tadi.










To be continue:)
Jangan lupa tinggalkan jejak ya..
Thank you:)

jarak dan rinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang