chapter 18

300 39 6
                                    

I pick up my old guitar
The confession I couldn't say
Or the story I didn't tell you
I pretend to write a song
I'm going to tell you now
Just listen, I'll sing for you

Sing For You - EXO


Jongin sedang sibuk membersihkan beberapa photo frame di ruangan terbesar di rumah The Kim's, sementara Irene baru saja keluar ruangan sembari membawa selimut dan meletakkannya di ruang cuci. Dan Wendy yang melangkah riang sembari memainkan marker di jemarinya menuju kalendar di meja kecil di dekat televisi. Ia melingkari sebuah kombinasi angka, 18 Desember. Besok adalah harinya.

"Unnie, besok kita berangkat jam berapa?" Wendy memutar tubuhnya dan menunggu jawaban Irene.

Irene naik ke lantai atas dan membuka lemari putih sebelum menjawab Wendy, "Sekitar pukul 8," Ia mengambil selimut bermotif bunga petunia dan membawanya.

"Jinjja? Seingatku, bus-nya berangkat pukul 07.30. Kita akan terlambat, Unnie."

Irene tidak langsung menjawab. Ia beringsut ke kamarnya dan kembali ke lantai bawah, menaruh selimut di ruangan terbesar. Setelah itu ia berjalan kembali ke arah pintu dan melihat Wendy, "Lihat!" Ia mengangkat sebelah tangannya yang memegang sebuah kartu, "Aku sudah memiliki SIM sekarang," Ia tersenyum cerah pada Wendy yang membulatkan matanya dan berlari pada Irene, mengambil kartu tersebut.

"Whoaaa daebak! Unnie sudah memiliki SIM!" Wendy terlihat mengagumi kartu tersebut dan membaca barisan kalimat yang tertera.

Jongin mendekati mereka dan merebut cepat kartunya dari Wendy, "Jadi, kita akan berangkat dengan mobil? Dan Nuna akan menyetiri kami ke sana? Keren!" Jongin memeluk Irene erat sembari menyandarkan kepalanya di bahu Irene, "Akhirnya kita bisa menggunakan mobil Eomma. Gomawo, Nuna."

Wendy ikut memeluk Irene sembari melengkungkan senyumnya, "Terima kasih, Unnie."

"Ne, arra. Ayo lanjutkan bersih-bersihnya," ucap Irene sembari mengusap lengan kedua saudaranya.

Kim bersaudara kembali melanjutkan kegiatan mereka membersihkan ruangan terbesar, kamar orangtua mereka. Mereka selalu membersihkan kamar orangtua mereka setiap bulan, tapi besok adalah hari spesial maka mereka membersihkan kamar tersebut lebih dari biasanya. Mereka akan membersihkan seluruh photo frame, meja rias, ranjang, sofa, kamar mandi, hingga private closet yang masih lengkap dengan semua gaun ibunya bahkan setelan sang ayah. Tidak ada yang berubah sejak hari itu, kecuali satu. Irene menaruh selembar kain putih untuk menutupi piano yang berdiri gagah di sisi kanan ruangan yang menghadap teras samping.

Irene selalu melihatnya, ia merindu bagaimana appanya memainkan piano tersebut sembari eomma dan Jongin akan menari sesuai musik yang terdengar, sementara ia dan Wendy akan mendapat tugas bernyanyi. Ia menatap piano itu dalam diam hingga sepasang tangan melingkar di pinggangnya.

"Mainkan pianonya, Nuna. Aku ingin mendengar kau memainkan sebuah lagu," ujar Jongin tanpa melepaskan tatapannya pada piano, sukses membuat Irene menoleh padanya dengan cepat.

"Aku juga," Wendy melepaskan kain putih tersebut, memperlihatkan si hitam legam. Ia menghubungkan beberapa kabel pada connector dan menepuk kursinya.

Irene berjalan mendekat setelah Jongin melepaskan pelukannya. Ia duduk dengan kikuk di depan piano ketika Jongin menyandarkan tubuhnya dengan santai ke badan piano sembari menatapnya. Ia membuka penutup hitam itu dan menyentuhnya hati-hati seolah akan hancur sewaktu-waktu. Irene menarik nafas dalam dan mencoba memainkan sebuah lagu lama yang sering didendangkan ketika keluarga mereka masih utuh. Dear my family.

HEAL | baekrene - hunrene'storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang