chapter 14

219 42 13
                                    

I know even you act like it's nothing
That you're waiting and that I can't do anything
About the sadness in your eyes
Even as you force a smile, I can feel it
I'm not your man, but keep an eye on me

I'm not the one that's yours
But even if I can't hold you right now
I'm a man with a big heart

Who can protect you and stay by your side
I'll take you home, just lean on me

Take You Home - Baekhyun EXO

Baekhyun merasa nafasnya sesak. Ia mengencangkan rahang dan mencoba meraup oksigen tenang. Keheningan mengisi suasana mereka selanjutnya, suara musik bahkan seperti teredam olehnya. Baekhyun sibuk menata pikirannya ketika ia melihat Irene yang sudah tertidur lelap di sisinya. Ia mematikan musik, tidak ingin membuat tidur Irene terusik. Tanpa disadari, ia tersenyum menatap wajah damai Irene. Ia bisa melihat guratan lelah di wajah pucat Irene. Tapi tetap, ia tidak bisa mengelak akan kecantikan sempurna yang Irene punya.

Kau pasti sangat lelah. Bagaimana bisa aku tetap berakting seperti ini di depanmu? Mianhae, jeongmal mianhae.

"Aah, aku tertidur, mianhaeyo, Oppa," Irene membuka matanya dan buru-buru menegakkan duduknya setelah 15 menit tertidur pulas, menyadari bahwa ia hampir saja masuk kealam mimpi.

Baekhyun menggelengkan kepalanya, "Gwaenchana, Irene. Kau bisa melanjutkan tidurmu," Ia tersenyum kembali.

Irene menutup buku dan melihat keluar jendela mobil, "Ini sudah dekat dengan rumahku. Bagaimana kau bisa tahu arah ke rumahku? Aku tidak ingat kalau aku pernah memberi tahumu sebelumnya," Irene masih menatap keluar jendela, tidak menyadari bahwa Baekhyun yang mengedipkan matanya panik dan melihat ke segala arah.

"Aah, j-jinjja? A-aku hanya melajukan mobilku pelan untuk mencari jalan dan-aku menggunakan feeling sambil menunggumu bangun. Sulit dipercaya bahwa arah yang aku ambil benar, hehe," Baekhyun memperlihatkan giginya, terlihat canggung.

Irene mengangguk, "Jadi, kau punya feeling yang bagus. Aah, itu rumahku," Ia menunjuk ke sebuah rumah besar dengan dinding bata merah. Sebuah taman kecil berisi bunga petunia menyambut mereka ketika mobil Baekhyun melewati sebuah pagar kecil, "Kita sampai."

Baekhyun memberhentikan mobil dan keluar dari sana, terburu-buru memutar untuk membukakan pintu mobil untuk Irene.

"Kau tidak perlu melakukannya, Oppa, Aku bisa-"

"Tidak usah menolak perlakuanku lagi dan terima saja, gwaenchana."

Irene menghela napas berat tapi tetap tersenyum dan keluar dari mobil, "Gomawoyo," Dan Baekhyun tersenyum cerah saat menutup kembali pintu mobilnya, "Maafkan aku, kau jadi harus pulang telat karena mengantarkanku pulang, goma-"

"Bisakah kau berhenti mengucapkan kat-kata itu? Mianhae, maaf, terima kasih, gomawo-" Baekhyun menatap dalam mata Irene, "Bisakah kita menjadi teman? Bukan hanya hubungan sunbae-hoobae saja. Kau bisa berbicara dengan banmal padaku juga. Jadi, please. Bisa, kan?" Gerakannya terlihat memohon pada Irene, membuat Irene terlihat buruk.

"N-ne, Op-"

"Irene Nuna!" Sebuah suara berat terdengar di telinga mereka dan berhasil membuat keduanya memutar kepala mereka ke arah sumber suara, belakang tubuh Irene.

"Sehun? Apa yang sedang kau lakukan di sini?" Sehun berdiri di samping Irene setelah melambaikan tangan bahagia pada Irene. Ia hanya menggunakan kaus dan mantel panjang yang membungkus tubuhnya. Ia tidak menjawab pertanyaan Irene, ia sibuk memperhatikan pria pendek di hadapannya.

Sehun mengusap rambutnya ke belakang sambil menatap Baekhyun, "Nugu?"

"Aah?" Irene melihat Baekhyun, "Ooh, Sehun, ini Baekhyun. Ia sunbaeku. Dan Baekhyun , ini Se-"

"Aku Sehun," Sehun merangkul bahu Irene santai, "Kekasih Nuna."

"Mwo?!" Irene segera menatap Sehun yang sedang tersenyum padanya, "Aish, kau," Ia mencubit pinggang Sehun membuatnya tertawa dan mengusap rambut Irene.

"Wae, hm?"

Irene tidak merespon Sehun, ia hanya memberi tatapan maut sebelum kembali menatap Baekhyun dan tersenyum, "Maaf, anak ini memang sedikit berlebihan."

"Mwo? Aku tidak-" Irene menutup mulut Sehun dengan telapak tangannya agar Sehun berhenti berbicara dan ia tersenyum canggung pada Baekhyun yang membalasnya dengan senyuman yang tidak kalah canggung.

Baekhyun melirik jam tangannya, "Aku rasa ini sudah malam, aku harus pulang sekarang."

Irene melepaskan tangannya dari mulut Sehun, "Aah, ne. Terima kasih sudah mengantarku pulang, Oppa. Hati-hati."

"Ne, annyeong," Baekhyun tersenyum pada Irene dan Sehun yang menatapnya dingin.

Irene membungkukkan badannya setelah Baekhyun masuk ke dalam mobil dan menarik kepala Sehun agar membungkuk juga sampai mobil pergi menjauh.

"Yak, Nuna, kepalaku sakit," Sehun mengangkat kepalanya dan mengusapnya pelan.

"Yak, siapa yang mengajarimu untuk tidak hormat pada orang yang lebih tua, hm?" Irene menjentikkan jari pada kening Sehun, membuatnya bersungut.

Sehun memajukan bibirnya, "Mian, tapi aku tidak menyukainya. Ia terlihat aneh, kau harus-"

"Aish jinjja, aku bisa menjaga diri, Baby chick. Berapa kali aku harus katakan padamu?" Irene melangkahkan kakinya menuju gerbang kecil, "By the way, kenapa kau di sini larut malam begini? Apa kau baru selesai belajar dengan Jongin?"

Sehun mengikuti langkah kaki Irene, "Anni, aku menunggumu."

Irene menghentikan langkahnya dan berbalik, "Menungguku?" Sehun mengangguk. Ia duduk di tangga yang mengarah ke pintu utama dan menarik pergelangan tangan Irene untuk duduk di sampingnya, "Wae?" Irene menatap bingung Sehun.

Sehun tersenyum dan mengambil sesuatu dari kantong mantelnya, "Ini untukmu," Ia memegang sebuah gelang berwarna biru dengan plat perak di depan mata Irene.

"S-Sehun-"

Sehun memberikan gelang tersebut pada Irene, "Apa kau menyukainya?"

Irene tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, "Nan joa. Gomapta, Sehun-ah," Irene memeluk erat Sehun, merasa bahagia dengan hal kecil yang dilakukan Sehun. Tidak, ini bukan hal kecil baginya.

Sehun mengusap lembut punggung Irene sambil tersenyum, "Nado, noreul joahae, Nuna," Ia terkikik di saat bersamaan dengan Irene yang melepaskan pelukan dan memukul kepala Sehun, "Yak, appo~" Ia mengusap kepala namun tetap menunjukkan senyumnya.

"Oke, biarkan aku membantumu memakaikannya," Sehun mengambil kembali gelang itu dan memegang tangan kanan Irene, memakaikannya di pergelangan tangan Irene, "Cantik, sepertimu Nuna."

Irene menatap pergelangan tangannya yang sudah terkait gelang di sana, takjub, "Aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan merasa bahagia hanya karena ini."

"Aku bahagia jika kau bahagia, Nuna. Aku tidak akan membiarkan siapapun atau apapun membuatmu sedih," ucap Sehun lirih dengan nada serius pada dirinya sendiri saat Irene mengusap lembut plat peraknya sambil tersenyum.

Kebahagiaan. Aku akan mencoba membuatmu mendapatkan kebahagiaan yang tidak terbatas, Nuna. Aku tidak akan membiarkanmu meminum obat sialan itu lagi. Aku berjanji.

***

Jadi pilih Irene sama Baekhyun atau Sehun nih? Kalo Aeri jadi Irene sih milih dua-duanya wk

해라 & 애리

HEAL | baekrene - hunrene'storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang