chapter 1

1K 83 15
                                    

What do I do? My heart is still small
If I let go of my mother's hand, will I be okay on my own?
I fear that I still lack so much
I'll become a wise daughter of my mother
Give me the strength

Dear Mom - SNSD

Matahari beranjak turun menyuguhkan pemandangan langit senja yang indah di akhir musim gugur. Pancaran sinar jingganya menyelimuti sisi wajah seorang gadis yang terlihat pucat.

"Bagaimana kabar kalian? Baik-baik saja, kan? Jika ya, maka aku juga akan baik-baik saja," Gadis itu menghela nafas, "Apa kalian merindukanku? Karena aku merindukan kalian," Tangannya menjelajah rerumputan yang tumbuh di sekitar tempatnya berlutut. Bahunya mulai bergetar dan sesaat kemudian isakannya lolos begitu saja, "Sudah empat tahun berlalu, ini semua terasa sangat sulit untukku," Dia menumpahkan semua tangisannya sendiri, hanya ditemani oleh semilir angin yang menerpa helaian rambutnya yang terurai, rerumputan, serta sebuah buket bunga yang ia bawa. Ia tidak bisa menjelaskan apa yang ia rasakan. Sesekali ia memukul dadanya, mencoba mengurangi sesak yang ia rasakan tapi rasanya malah semakin menjadi-jadi.

Ia mengusap air matanya kasar, "Aku seharusnya tidak boleh mengeluh, kan?" Ia lalu tersenyum dengan air mata yang tetap menganak sungai di pipinya. Ia usap air matanya sekali lagi dan mengambil nafas panjang lalu tersenyum, "Aku akan segera kembali dengan mereka. Aku berjanji. Saranghae," Ia berdiri dan membungkuk pada dua gundukan tanah di hadapannya. Matanya menatap kedua tulisan yang berjarak hanya beberapa meter. Kim Taejoon dan Lee Sunmi. Orang tuanya.

Sang gadis menuruni bukit menuju jalan utama ketika seorang pria tengah bersandar di kursi kemudi yang terparkir di sisi jalan pemakaman. Kedua matanya tertutup tetapi pikirannya memutar kejadian yang ia saksikan beberapa tahun lalu. Dia masih mengingatnya dengan sangat jelas bagaimana semua itu terjadi. Mobil yang hancur, darah yang menggenang, suara mobil polisi dan suara sirine ambulan yang menggema di telinganya, semua terjadi dengan sangat singkat seperti kereta yang melaju cepat. Tidak terkendali.

Sesaat kemudian, ia segera membuka mata ketika wajah seseorang muncul di pikirannya. Wajah yang memerah karena tangisan, meneriaki beberapa nama hingga suaranya terdengar parau. Wajah itu tampak serupa dengan seseorang yang kini ia lihat berseberangan dengan tempatnya memarkir mobil.

"Irene?" Dia menurunkan kaca jendela mobilnya setelah sebelumnya memutar balik, ia tersenyum.

Si gadis sedikit membungkukkan badan untuk melihat ke dalam mobil, "Aah, Baekhyun Sunbaenim, annyeonghaseyo," Si gadis bernama Irene tersenyum tipis dan terlihat canggung.

"Apa kamu baru saja keluar dari-" Baekhyun menelan paksa air liurnya. Ia mengetahuinya dengan pasti.

Irene kembali tersenyum, "Ne, aku baru saja mengunjungi kedua orang tuaku. Ng," Ia melirik jam tangan hitam di pergelangan tangannya sekilas, "Mianhaeyo, aku harus segera pergi, Sunbaenim."

"Apa kau sedang terburu-buru?" Baekhyun membuka pintu penumpang cepat, membuat jarak untuk masuk ke dalam mobilnya, "Masuklah, aku akan mengantarmu."

Irene menggelengkan kepalanya, "T-tidak, aku-"

"Jika kau buru-buru, masuklah. Gwaenchana."

Irene merasa ragu. Ia menggigit bibirnya tapi dia mengambil langkah dan masuk ke dalam mobil dalam diam, "Kamsahamnida, Sunbaenim."

Baekhyun tersenyum lembut dan mulai melajukan mobilnya di jalanan, "Kau tidak perlu memanggilku Sunbae jika kita tidak sedang berada di kampus, Irene. Panggil saja dengan namaku langsung atau-" Sudut bibirnya terangkat ketika membayangkan apa yang ingin ia katakan.

"Baekhyun O-Oppa?"

"Uhuk!" Ucapan Irene membuat Baekhyun tersedak. Ribuan kupu-kupu terasa berterbangan di dadanya tanpa permisi, "Ng, ngomong-ngomong aku tidak habis pikir bahwa mahasiswa bisnis sepertimu bisa memiliki ketertarikan dengan menulis," Ia mengubah topik untuk mengusir ribuan kupu-kupu itu.

Senyum tipis terpahat di wajah Irene, "Aku suka menulis sejak aku kecil."

"Sejak kecil? Lalu, mengapa kau tidak mengambil jurusan sastra dan seni?"

"Aku rasa, aku tidak begitu pandai dalam hal-hal seperti itu sekalipun aku menulis jutaan cerita."

Baekhyun melirik Irene melalui sudut matanya, "Begitukah? Aah, aku pikir aku harus membaca karyamu lain kali, Irene."

"Aku harap ceritaku cukup menarik untuk diperlihatkan padamu nanti, Oppa. Aku harus belajar banyak dari penulis favoritku di sini," Irene berkata tanpa melihat ke arah Baekhyun tetapi senyumnya mengembang.

"Penulis favorit. Jadi, kau sangat beruntung karena telah bertemu dengannya di acara booksigning yang dipilih secara acak dari banyaknya penonton dan kini penulis favoritmu itu menjadi salah satu tutor di klub yang kau masuki di kampus. Kebetulan sekali, haha-" Baekhyun tersenyum cerah, "Aah, dan sekarang ia sedang mengantarkanmu ke suatu tempat."

Irene terlihat semakin canggung dan merasa tidak nyaman, "M-mianhaeyo, Oppa."

"Aish, kau sudah mengatakan maaf sebanyak dua kali, kau tahu? Gwaenchana," Baekhyun tersenyum tipis, "Jadi, aku harus mengantarkanmu ke-" Baekhyun melihat ke arah Irene ketika mereka terjebak dalam kemacetan, menunggu jawaban dari Irene.

"Dal.komm Coffee di daerah Seocho, aku bekerja di sana."

Mata Baekhyun melebar, "Kau mengambil pekerjaan paruh waktu di sana? Whoa, jjang! Kau benar-benar pekerja keras. Aku akan sering berkunjung untuk melihatmu mulai sekarang."

Setelah memakan waktu satu setengah jam, mereka tiba di salah satu cabang Dal.komm Caffe terbesar di Seoul. Irene meminta izin Baekhyun untuk segera pergi karena waktunya bekerja sudah hampir tiba. Sementara Baekhyun masih menatap Irene dari kejauhan, melihat Irene yang telah mengenakan seragam kerjanya berupa apron dan topi café. Ia mulai sibuk melayani pelanggan dengan senyum yang mengembang, menekan sementara segala kepedihan di hidupnya.

Ini semua kesalahanku, tidak seharusnya kau bekerja keras di usia yang masih muda seperti ini. Maafkan aku, Irene.

***

Jadi, gimana rasanya baca ulang cerita ini dengan karakter yang berbeda? wkwk

Btw, Heal ini pada akhirnya bukan cuma collab aku sama Aeri aja, tapi juga ada andil Thyara_oktv hehehe jadi ini lah hasil kami bertiga, cihuuuy!

Oke, mari kita tarik kesimpulan buat part 1 ini. Irene pergi ke makam kedua orang tuanya, dia yatim piatu. Baekhyun adalah salah satu penulis yang kebetulan jadi tutor klub sastra yang Irene ikutin di kampus daaan pernah ketemu sebelumnya di acara booksigning yang Baekhyun gelar lalu Irene jadi salah satu penggemar yang beruntung untuk ikut booksigning terbatas itu. Hm kebetulan dan beruntung, oke dicatet.

Terus, siapa yang Irene sebut dengan mereka? Apa yang bikin Baekhyun bilang ini semua kesalahanku?

Tahaaan, slow update!

xoxo 

HEAL | baekrene - hunrene'storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang