chapter 9

238 43 9
                                    

"Bagaimana kabarmu, Sayang? Hm?" Chanyeol merebahkan kepalanya di atas tangannya yang terlipat sedang tangan yang lain membelai anak rambut Wendy yang berbaring di sampingnya.

Wendy mengubah arah pandangnya dari langit malam pada mata Chanyeol, "Kau sudah menanyakan pertanyaan itu di Kakaotalk berulang kali, setiap hari, Channie."

"Rasanya berbeda jika aku menanyakannya langsung, lagipula aku bisa menatap matamu," Chanyeol berucap sembari mencubit hidung Wendy, "Apakah kepalamu masih sakit, hm?" Ia menepuk lembut pucuk kepala Wendy.

Wendy memiringkan tubuh agar menghadap kekasihnya, ia tersenyum, "Gwaenchana, gomawo," Ia mengusap pelipisnya, "Rasanya menyakitkan ketika bayangan-bayangan itu muncul dari ingatanku."

Chanyeol mengecup kening Wendy, "Aku tahu aku tidak bisa menghapus kenangan buruk itu dari ingatanmu, tapi aku berjanji akan mencoba yang terbaik untuk menguburnya, menggantikan dengan cerita yang indah," Ia tersenyum dan membawa Wendydalam pelukan dan membelai rambutnya, "Saranghae, Kim Wendy."

Wendy mengangkat kepala dan melihat Chanyeol yang tersenyum lembut, "Nado saranghae, Channie."

Chanyeol mendekatkan bibirnya pada milik Wendy. Ia mencium lembut bibir kekasihnya saat ia mengetahui Wendy mulai memejamkan matanya. Tangannya menangkup rahang Wendy dan membuat ciuman mereka setingkat lebih panas dari sebelumnya. Chanyeol membaringkan kepala Wendy sembari membelai lembut pipinya.

DANG!

Sebuah suara berhasil membuat mereka membeku sesaat dan menjauhkan diri dengan mata yang membola. Chanyeol duduk dan melihat sekitar, tidak ada siapapun. Tapi pandangannya menangkap seekor kucing berbulu orange bertengger di samping kaleng-kaleng yang berjatuhan, "Aish jinjja, jantungku rasanya hampir copot dari tempatnya! Aku kira Nuna atau Jongin akan memergoki kita."

Wendy mengikuti arah pandang Chanyeol dan tertawa terbahak-bahak.

"Apakah kau tahu, aku merasa seperti seorang pencuri?" Chanyeol memanyunkan bibirnya.

"Pencuri? Wae?"

Chanyeol menghela nafas, "Ketika aku ingin bertemu dan berkencan denganmu, aku harus melakukannya sembunyi-sembunyi. Apa yang salah dengan menemui kekasihku sendiri?" Wendy tertawa ketika mendengar keluhan Chanyeol, "Mwo? Mengapa kau tertawa? Apa kau menyukainya ketika kita melakukannya sembunyi-sembunyi?"

Wendy menggelengkan kepalanya, "Anniya, hanya saja kau itu memang pencuri, pencuri hatiku. Hatiku sudah dicuri olehmu, Park Chanyeol," Wendy memperlihatkan senyuman hingga membuat matanya menyipit.

"Aish jinjja, bagaimana aku tidak jatuh cinta pada gadis luar biasa ini?" Chanyeol memeluk tubuh kecil Wendy, "Kau sudah membuatku terjatuh pada pesonamu setiap hari, bahkan setiap detik!" Ia menunjukkan senyum lebar penuh bahagianya .

Wendy membalas pelukan Chanyeol, "Tapi kau harus berhati-hati karena jika Jongin tahu kau adalah kekasihku tanpa izin darinya," Wendy menjauhkan dirinya dari Chanyeol dan membuat gerakan lurus di lehernya, "Ia akan mencincangmu menjadi potongan-potongan kecil dan membuangmu ke Sungai Han!"

"Yak! Jangan membuatku takut," Wendy memegangi perutnya karena menahan tawa, "Tapi, aku pikir aku harus mendapatkan izin dari Nuna."

Wendy mengerutkan dahinya,

"Ooh? Aku pikir kau takut pada Unnie juga."

Chanyeol mengendikkan bahunya, "Molla," Ia mendekatkan kepalanya pada wajah Wendy dan memelankan nada bicaranya, "Mungkin jika aku mendapatkan ciuman darimu lagi itu akan memberikanku kekuatan, bagaimana?" Chanyeol menaik-turunkan alisnya.

Wendy menyentil kening Chanyeol, "Tidak," Dan ia menjulurkan lidahnya, "Ayo, kita masuk ke dalam, malam semakin terasa dingin," Wendy memeluk tubuhnya sendiri dan turun dari bangku selagi Chanyeol memajukan bibirnya.

"Kau tahu kita jarang sekali memiliki waktu berkualitas berdua? Malam ini aku sengaja menginap dengan Sehun supaya kita bisa mempunyai waktu berdua. Bagaimana bisa kau mengakhirinya sekarang? Jagi, apa kau mendengarkanku?" Chanyeol bergumam sembari mengikuti langkah Wendy menuju lantai bawah.

Wendy menggenggam pergelangan tangan Chanyeol dan menariknya untuk melangkah lebih cepat, "Ne, aku mendengarmu, tapi kita harus menyudahinya karena seseorang bisa saja menangkap basah kita jika kita terlalu lama di luar," Ia menuruni anak tangga tanpa melihat ke arah kekasihnya.

"Aish jinjja, shireo~," Chanyeol merajuk sambil menggoyangkan tangan yang masih ditarik oleh Wendy, Ia menghentikan langkahnya ketika mereka tiba di lantai dua.

Wendy memutar tubuhnya menghadap Chanyeol, mengusap lembut lengan kekasihnya, "Channie, please? Bersabarlah, ne?" Sesaat kemudian Chanyeol tidak dapat menahan kesalnya.

Ia memutar tubuh mereka, mendorong Wendy ke tembok dan meninggalkan kecupan di bibir kekasihnya itu, "Beri aku sedikit waktu, Ri-ya," Tangan kanan Chanyeol sudah merengkuh dagu Wendy dan tangan lainnya meraih pinggangnya, memutus jarak di antara mereka. Wendy tidak bisa menolak sentuhan Chanyeol. Ia memejamkan mata yang diiringi dengan beberapa kecupan di sekujur wajahnya sementara tangannya menjelajah di dada Chanyeol.

"Ada orang di sana? Siapa?" Sebuah suara menginterupsi kegiatan mereka, membuat mereka melepas pagutan mereka cepat, "Wendy?" Suara itu kian mendekat pada mereka.

Tbc.

Mianhaeyo yeorobun, lupa update. Ada yang nunggui gak? 👂gak ada? Oh ok gapapa, kita bakal tetep update. ㅋㅋㅋ Mungkin malem ini kita bakal double update 😉
So, ditunggu ya? Ok gomawoyo.
See you.

-애리-

HEAL | baekrene - hunrene'storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang