"Yak, Sehun! Lepaskan. Aku tidak mau pergi kesana. Kau mengenalku kan? Bagaimana bisa aku pergi ke perpustakaan? Sehun!" Jongin mengeluh berbarengan dengan Sehun yang terus menariknya menuju perpustakaan. Sekelilingnya terlihat ramai karena waktu istirahat baru saja dimulai.
Sehun menghentikan langkahnya dan menatap ke belakang, "Dan aku akan diomeli oleh Wendy karena kau menolak untuk pergi ke perpustakaan?" Ia memutar matanya, "Ooh dan Wendy akan mencincangmu hingga menjadi potongan-potongan kecil. Apa kau punya pilihan lain? Aku rasa tidak," Sehun mendorong punggung Jongin yang tidak berhenti menggerutu.
Sehun memaksa Jongin untuk masuk ke perpustakaan sesuai dengan perintah Wendy. Wendy ingin Jongin belajar dengan keras karena nilainya yang terlalu buruk dan Wendy berpikir bahwa Jongin harus mendapatkan nilai yang lebih baik untuk bisa lulus tahun depan. Ia tidak ingin mengganggu pikiran Irene dengan masalah ini. Jongin tidak akan belajar sendiri di perpustakaan dan Wendy tidak menunggunya di sana, ia lebih memilih mencuri waktu untuk bertemu dengan Chanyeol. Seseorang akan mengajari Jongin dan itu lebih baik dibanding dengan Wendy yang mengajarinya.
Jongin dan Sehun telah tiba di perpustakaan yang sudah dipenuhi dengan beberapa murid. Mata Sehun memandang ke sekeliling ruangan dan menangkap seseorang yang sedang membaca buku sembari menggunakan earphone.
"Krystal, maaf sudah membuatmu menunggu lama, Jongin benar-benar—" Sehun memutar kepalanya tetapi tidak menemukan Jongin di sisinya, "Aish jinjja, anak itu. Tunggu sebentar, Krys."
Sehun mendekati Jongin yang masih berdiri di depan pintu perpustakaan, "Kenapa kau di sini? Ia sudah menunggumu, jangan membuatnya menunggu terlalu lama."
"Aku tidak memintanya untuk menungguku, jika kau ingin tahu."
"Tetapi kau harus masuk, idiot," Sehun mendorong punggung Jongin ke arah Krystal dan menarik kursi di sampingnya, membuat Jongin duduk di sana, "Baiklah, tugasku selesai. Krystal mohon bantuannya."
Jongin menggenggam pergelangan tangan Sehun, "Haruskah aku melakukan ini? Bisakah kau membujuk Nuna? Aku benar-benar tidak bisa—"
Sehun menggelengkan kepalanya mantap sembari melepaskan genggaman tangan Jongin, "Nikmati waktumu, bye!" Dan ia pun meninggalkan Jongin.
Jongin melihat ke arah Krystal yang sedang melepaskan earphone di telinganya dan mulai membuka buku dengan sampul angka-angka, Matematika. Jongin menundukkan kepalanya hingga menyentuh meja, tidak ingin menatap buku itu.
"Baiklah, karena aku tahu kau tidak akan membawa buku apapun, jadi aku sudah mempersiapkannya," Krystal membuka sebuah buku kosong dan memberi Jongin sebuah pulpen, "Bisakah kita mulai?"
"Mulai saja dan berpura-puralah jika aku memperhatikan," Jongin tidak mengubah sama sekali posisinya.
Krytal mengangguk, "Oke, aku akan mengabulkan permintaanmu tapi aku akan mengatakan pada Wendy jika—"
"Yak, andwae! Kau jinjja—Aish," Jongin merasa kesal, ia menopang kepalanya dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya meraih pulpen yang berada di atas buku.
Krystal mulai mengajari Jongin. Terkadang Krystal akan membuat beberapa pertanyaan dan mencoba menyelesaikannya bersama-sama. Bahkan sampai akhir Jongin hanya diam. Ia tidak tertarik, hanya memandangi buku yang diberikan padanya dan mencoret-coretnya asal. Ia sudah menguap sebayak tiga kali ketika Krystal membuka halaman baru.
Jongin menatap jam dinding kayu di dinding, "Ini sudah 15 menit, aku rasa cukup," Ia berdiri dan mengambil langkah.
"Jadi, aku akan mengatakan pada Wendy bahwa kau—"
Jongin menatap Krystal, "Katakan saja padanya, caramu kali ini tidak akan berhasil padaku, aku pergi."
Krystal menghela nafas, "Tidakkah kau tahu bahwa Wendy memohon padaku untuk mau mengajarimu?" Jongin menautkan alisnya, "Ia berkata padaku bahwa ia menginginkan kau mendapatkan nilai yang lebih baik di semester ini, ia ingin kau lulus dengan predikat baik. Dan kau tahu, ia tidak ingin kakaknya memikirkan tentang hal ini juga. Ia sudah cukup lelah mengurus kalian berdua dan dirinya sendiri. Jadi," Krystal menatap dalam mata Jongin yang mulai berkaca-kaca, ia menggigit bibir bawahnya, "Bisakah kau membuatnya mudah? Belajarlah sedikit lebih keras, paling tidak buatlah kakakmu mengurangi rasa khawatirnya."
Jongin menunduk menatap lantai, ia merasa bersalah pada kakak-kakaknya. Ia harus mendapatkan nilai yang lebih baik untuk mereka, bukan hanya untuk dirinya sendiri. Ia kembali mendudukkan diri di kursi dan membuat Krystal tersenyum lebar.
"Jangan terlalu senang, aku tidak mudah memahami matematika, jadi kau harus lebih bersabar mengajariku," Jongin mengambil pulpen dan merebahkan kepalanya di meja, menghadap buku.
Krystal mengangguk, "Aku tahu, aku lebih sabar dibanding Wendy yang akan membunuhmu sebelum kau bisa menyelesaikan soalnya," Ia tergelak melihat reaksi Jongin yang memajukan bibirnya.
Jongin mulai memperhatikan Krystal yang menulis sesuatu di bukunya dan mengajari Jongin perlahan. Ia mengajari Jongin selangkah demi selangkah. Jongin sama sekali tidak memahami tentang beberapa rumus, namun Krystal dengan sabar menjelaskannya lagi dan membuat pertanyaan sebagai latihan. Sesekali, Jongin melirik ke arah Krystal yang sedang serius mengajarinya. Seorang perempuan dengan rambut lurus, hidung yang lancip, serta tahi lalat kecil di pipi kemerahannya membuat ia terlihat sangat cantik dan senyum manisnya—
"Jongin!" Ia memukul kening Jongin dengan pulpen karena Jongin menatapnya tanpa berkedip, "Lihat bukunya, bukan aku."
"Aish, siapa yang melihatmu? Aku melihat sesuatu di belakangmu," Dengan canggung, Jongin mengalihkan kembali pandangannya pada buku, "Cukup, aku rasa cukup untuk hari ini."
Krystal tersenyum sembari menyilangkan kedua tanganya di dada, "Untuk hari ini," Ia mengangguk, "Jadi, kau sedang membuat kesepakatan denganku untuk mengajarimu di lain hari? Baiklah," Krystal mengumpulkan buku-bukunya kecuali buku dan pulpen yang Jongin pakai tadi, ia berdiri, "Jangan lupa es krimnya. Wendy mengatakan padaku bahwa aku bisa meminta apapun padamu. Sampai bertemu lain waktu, annyeong!" Ia melangkahkan kakinya senang dan keluar dari perpustakaan, meninggalkan Jongin yang terlihat terkejut dengan 'es krim' yang Krystal sebut.
Kenapa aku hanya diam? Kenapa aku tidak bisa menolaknya?
Tbc.
Chapter ini sebenernya yang paling ditungguin sama Haera eoni, do you guys know why? 🙊
Xoxo,
해라 & 애리
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAL | baekrene - hunrene'story
FanficHighest rank: #4 in baekrene "Dunia begitu kejam, rasanya sesak. Entah sampai kapan aku bisa bertahan - Irene" *** "Cerita ini belum selesai, itulah mengapa aku memberi tanda koma di sana. Entah nanti titiknya berakhir bahagia atau sebaliknya, aku t...