Before the Dawn [Part 5]

2K 188 186
                                    

Kelas fisika sore itu senyap, nyaris tanpa suara kecuali deritan samar spidol Mrs. Pharsa yang sibuk menuliskan rumus-rumus di papan tulis. Semua murid tekun menyalin di buku catatan masing-masing. Kecuali satu orang.

"Rumusnya ada di papan tulis, bukan di wajahku." kata Lesley, tanpa menengok pada Gusion yang sedari tadi terus memandanginya.

"Aku tau." sahut cowok itu pelan. Lesley cuek. Gusion menghela napas.

"Aku merasa harus mengatakan hal ini." sambung Gusion. "Maaf." Gusion agak ragu namun tetap melanjutkan kalimatnya, "Maaf aku menyakitimu. Asal kau tau, meski di dunia ini cewek ada ribuan dan aku harus memilih antara kau dan Gigi Hadid, aku akan memilihmu, Lesley."

Lesley berhenti menulis. Menaikkan sebelah alisnya, menatap heran seolah Gusion sudah gila.

"Kau ngomong apaan, sih?"

Bel jam tanda pelajaran berakhir berbunyi keras, membuat Gusion menutup kembali mulutnya yang sudah siap menyahuti kalimat Lesley.

"Sekian kelas hari ini. Sampai jumpa lusa." Mrs. Pharsa menutup kelas. Para murid masing-masing bangkit dari kursi, membereskan barang-barang mereka untuk pindah ke kelas selanjutnya.

"Minggir." perintah Lesley, ingin cepat keluar dari tempat mereka tapi Gusion berdiri diam tepat di hadapan cewek itu. Menghalanginya berjalan.

"Aku bermimpi dan rasanya sangat nyata." Gusion terpaksa minggir saat Lesley menerobos dengan tidak sabar. Cowok itu segera memakai ranselnya, mengikuti langkah cepat Lesley keluar kelas. "Kau di sana dan kita berteman baik. Kita sangat dekat."

Tidak ada jawaban dari cewek itu. Tetap berjalan sementara Gusion mengikutinya.

"Vance." Gusion menarik lengan cewek itu, mendorongnya bersandar di dinding sementara Gusion berdiri di hadapannya. "Aku serius."

"Apaan, sih. Itu kan cuma mimpi." Lesley mendorong Gusion pelan, hanya agar jalannya tidak dihalangi lagi. "Kita nggak mungkin pernah dekat. Apa kau sudah gila? Aku ini vampire."

"Jelaskan konsep vampire padaku." tuntut Gusion. Terlihat sangat serius. "Apa kau sejak lahir memang vampire? Atau kau manusia yang berubah jadi vampire?"

Lesley mendengus. "Memangnya itu penting--

"Penting karena ini kamu." potong Gusion cepat, memandang mata Lesley dalam. "Sudah kubilang, aku merasa seperti sudah lama sekali mengenalmu." Tangan Gusion menyentuh puncak kepala Lesley. "Apakah kau nggak merasakan hal yang sama?"

Meski wajahnya memerah, Lesley menampik tangan Gusion dan buru-buru menutup rambutnya menggunakan tudung hoodie yang selalu ia pakai.

"... aku nggak tau." bisik cewek itu akhirnya. Dahi Gusion mengernyit bingung.

"Apa maksudmu?"

Lesley tidak menjawab. Alih-alih, cewek itu tampak terkejut karena hal lain. Wajah Lesley berubah waspada. Cewek itu lalu berlari ke arah balkon dan mulai mengendus udara.

"Hei." seru Gusion kemudian menyusul Lesley.

"Nggak mungkin..." bisik Lesley pada dirinya sendiri.

"Apa?" Gusion ikut mengendus udara dan tidak mencium bau yang aneh-aneh. "Nggak ada apa-apa."

"Seseorang menyebar Hunting Mist-- kabut berburu." Lesley menjelaskan. "Kabut itu membuat insting berburu vampire lebih kuat."

"Tunggu," Gusion mengernyit tidak mengerti, "Maksudmu, pada dasarnya, malam ini bakal berbahaya untuk manusia biasa?"

"Yeah." Lesley kelihatan bingung, raut cemas mulai muncul di wajah cantiknya. Lesley lalu melihat jam tangannya. "Aku telat ke kelas matematika." katanya, berbalik meninggalkan Gusion. Namun baru beberapa langkah, cewek itu kembali lagi. Berhenti tepat di depan Gusion, diam selama beberapa detik, menggigit bibir bawahnya. Tampak ragu mengatakan apapun yang ingin dia katakan.

GUSLEY SHORT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang