Before the Dawn [Part 1]

3K 196 169
                                    

Cause I wanna touch you, baby
I wanna feel you, too
I wanna see the sunrise and your sins
Just me and you
Light it up, on the run
Let's make love tonight
Make it up, fall in love, try

But you'll never be alone
I'll be with you from dusk till dawn
I'll be with you from--

"Apa?" Gusion melepaskan headphone yang dipakainya. Nyonya Paxley meliriknya sebal.

Gusion sedang mendengarkan musik saat sadar Mamanya sejak tadi bicara sesuatu padanya. Tapi karena volume musik yang terlalu keras membuat Mamanya lebih tampak seperti sedang megap-megap tanpa suara.

"Sorry, Mom." kata cowok itu, angkat bahu.

Nyonya Paxley menghela napas pelan, mempercepat sedikit laju mobil yang sedang dikemudikannya. Seperti biasa, jalan utama menuju Dawn Village begitu lowong--kosong. Rasanya cuma mobil mereka yang berkendara pagi itu di jalanan beraspal dengan hutan pinus di kedua sisinya.

"Mom cuma mau bilang, mungkin di sini bakal berbeda dari di kota. Kau tahu-- tidak ada mall, bioskop, cafe."

"Nggak apa." sahut Gusion, memasang headphonenya lagi. "Asal masih ada koneksi internet kurasa aku masih bisa bertahan hidup."

"Baiklah." Nyonya Paxley tertawa kecil, sedikit mengacak rambut Gusion sementara putranya menyandarkan diri di jok mobil dan memejamkan mata.


"Selamat datang di rumah baru kita!" seru Nyonya Paxley bersemangat, merentangkan kedua lengannya sambil tertawa riang.

Gusion menutup pintu mobil, memakai sebelah tali ransel sambil memerhatikan rumah kayu yang kata Mamanya rumah baru mereka. Rumah kayu dua lantai dengan halaman yang dihiasi berpot-pot berbagai jenis bunga.

"Nggak buruk." komentar cowok itu, melepas headphone dan membiarkan benda itu menggantung di lehernya. "Biar aku yang bawakan kopernya."

Jika dibandingkan dengan rumah mereka di kota-- ralat, rumah mereka dulu di kota-- mungkin rumah ini hanya sepersembilan bagiannya. Kediaman Paxley yang dulu bahkan lebih pantas disebut mansion. Tapi Gusion dan Mamanya tidak punya pilihan lain. Tuan Paxley meninggal dengan meninggalkan banyak hutang. Rumah mereka harus dijual demi melunasi hutang-hutang. Beruntung masih ada sisa sedikit untuk mereka membeli rumah di Dawn Village.

"Di sini tempat Mom tumbuh besar, sebelum pindah ke kota saat umur 18 tahun." kata beliau saat mereka sudah masuk ke dalam rumah. Perabotan rumah telah di tata rapi oleh jasa angkutan pindahan. "Desa ini cukup indah dan Mom sudah dapat pekerjaan di rumah sakit."

Cowok rambut cokelat itu mengangguk sekenanya. "Boleh aku ambil kamar atas?" tanya Gusion yang sudah siap naik anak tangga tapi masih menunggu Mamanya memberi izin.

"Tentu." Nyonya Paxley mengangguk. Gusion hampir menaiki tangga saat Mamanya kembali memanggil namanya. "Mom hampir lupa. Ada hal yang perlu kau tau."

Gusion menunggu. "Apa itu?"

"Di sini ada jam malam." sahut Nyonya Paxley. "Setelah pukul sepuluh lebih baik jangan keluar rumah." Raut wajah Mamanya yang serius entah mengapa justru membuat Gusion heran.

"Serius? Mom. Jam sepuluh?" Gusion tertawa meremehkan. "Yang benar aja."

"Gusion Paxley." Nyonya Paxley melotot. "Mom tidak main-main. Lebih baik kita ikuti aturan yang ada." tegasnya, melanjutkan. "Di sini banyak hutan. Binatang buas mungkin saja berkeliaran malam-malam, kau tau?"

Gusion putuskan untuk tidak ambil pusing. "Yeah, Mom. Aku ngerti." cowok itu lalu mulai menaiki tangga sambil menyeret kopernya. "Panggil saja kalau butuh aku."


GUSLEY SHORT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang