Broken Solitude [5/?]

1.5K 133 89
                                    

"Ayo! Lesley!!" Seru Miya Archer penuh semangat. Bertepuk tangan begitu keras bahkan sampai melompat-lompat sambil terus memerhatikan sudah sejauh mana gadis berkepang itu melewati halang rintang, sebuah latihan rutin yang mereka harus lakukan setiap pagi di akademi kepolisian Land of Dawn.

"Lesley!! Ayo, lebih cepat!!"

Sementara yang diberi semangat sedang menyipitkan matanya ke arah gadis rambut putih itu. Sedikit heran melihat begitu banyak energi yang Miya miliki bahkan di pagi yang dingin ini.

Miya Archer. Gadis itu sejak awal sudah dapat diprediksi bakal menjadi lulusan terbaik di Akademi Kepolisian Land of Dawn. Dia gadis pintar dan berdedikasi. Memastikan dirinya selalu menjadi yang terbaik, dalam kelas maupun lapangan. Satu-satunya bidang yang bisa Lesley kuasai lebih dari Miya adalah menembak, dan gadis itu segera memohon padanya untuk dijadikan murid.

"Apa alasanmu menjadi polisi?" tanya Miya suatu kali saat mereka makan siang bersama di kantin akademi.

"Karena aku nggak cocok jadi dokter." responnya datar dan Miya tertawa.

"Aku serius." tambah gadis itu, lalu melanjutkan makannya.

Miya terkekeh pelan. "Iya,iya." ia mengaduk-aduk supnya, terdiam, tampak berpikir. Gadis itu lalu tersenyum, tampak seperti mengingat sesuatu. " Aku ingin menjadi polisi karena Ayahku seorang polisi."

"Hmm. I see." gumam Lesley seadanya.

"Bagaimana dengan keluargamu?" Miya bertanya dengan ceria. "Apa ada yang memiliki profesi sebagai polisi?"

Lesley menggeleng. "Keluarga Vance kebanyakan pengusaha." ...well, dia sendiri anak angkat. Tapi saat ini keluarga Vance-lah yang bisa Lesley anggap sebagai keluarganya. Sementara keluarga aslinya... Lesley memijat pelipisnya sekilas, "Lalu sekarang Ayahmu bekerja di divisi mana?" gadis itu mengalihkan pembicaraan.

Miya tersenyum. "Ayahku sudah meninggal."

"Oh." Lesley merasa menyesal. Selama berbulan-bulan mereka berteman baik, ia baru mengetahui fakta itu sekarang. "Maaf, Miya."

"It's okay." Gadis itu tersenyum. Matanya mengawang, sementara memori terlintas dalam pikirannya. "Seseorang menembaknya hingga tewas saat bertugas." katanya mulai bercerita.

Mereka terdiam sesaat.

"Kalau kamu nggak mau meneruskan--"

Miya menggeleng lalu tersenyum lagi. Seolah mengisyaratkan ia tidak apa-apa.

"Hari itu sebuah Bank di rampok kawanan pria bersenjata dan mereka menyandera orang-orang di sana. Ayah hanya seorang polisi lalu lintas, tapi hanya ia satu-satunya harapan. Kepolisian Nost Gal butuh waktu lama untuk mengirim petugasnya ke lokasi. Cerita selanjutnya kamu tau sendiri." Miya tersenyum kecut. "Untuk itulah aku ingin menjadi polisi yang kompeten. Yang selalu sigap bertugas kapanpun aku dibutuhkan."

"Untungnya Ayahmu punya anak yang waras sepertimu, Miya." Lesley menghela napas. "Kalau itu aku, kemungkinan aku bakal berlatih menembak dan setelahnya aku akan mengatur penyerangan ke markas kepolisian Nost Gal. Akan kuhabisi mereka semua."

Mendengar itu Miya malah tertawa keras. Ia terus tertawa hingga mencuri perhatian seisi kantin akademi.

"Ya ampun. Lesley." Miya berkata saat tawanya mulai mereda. "Kalau aku mati di bunuh, apa kau juga akan mengejar pelakunya untuk balas dendam?"


Lesley lupa ia menjawab apa saat itu. Satu hal yang ia ingat hanyalah respon Miya yang kembali tertawa mendengar jawabannya.

Hari sudah gelap. Jam dinding di kamar Gusion menunjukkan hampir pukul sebelas malam. Lesley duduk di selasar jendela yang hanya seukuran sebelah pahanya saja dengan korden yang dibiarkan terbuka. Ia menatap aspal jalan yang diterangi lampu jalan yang sesekali berkedip seolah sewaktu-waktu akan kehilangan daya.

GUSLEY SHORT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang