Before the Dawn [Part 6]

2.1K 184 129
                                    

"Biar kuulangi," kata Zilong dari seberang line telefon. "Jadi, kau bertanya padaku bagaimana kalau aku diundang ke pesta keluarga pembunuh, yang salah satu anggota keluarganya adalah cewek yang aku suka?"

"Yep." sahut Gusion cepat. "Ini sekedar berandai-andai."

Helaan napas Zilong terdengar jelas. "Kau tau? Kau jadi aneh setelah pindah ke Dawn Village. Sering menelfonku hanya untuk menanyakan pertanyaan random." Zilong berhenti sejenak, lalu terkesiap berlebihan, "jangan-jangan kau begini hanya karena ingin mendengar suaraku saja? Kau rindu padaku, ya?!"

Gusion mendengus. "Tentulah. Terutama sama rambutmu." Gusion merendahkan suaranya agar terdengar lebih macho. "Sudah lama aku nggak membelai rambut halusmu itu."

"Menjijikan." Zilong tergelak, membuat Gusion juga ikut tertawa. "Anyway, soal pertanyaanmu tadi." Zilong berdeham serius, "Aku nggak akan datang. Aku masih sayang nyawaku."

Hening.

"Kau juga akan melakukan hal yang sama kan, Gusion?"

"Yeah..." sahut Gusion. "Tentu saja."


Tapi kenyataannya, malam itu Gusion menemukan dirinya sedang berdiri di depan cermin, merapikan letak dasi hitamnya sekali lagi.

"Aku pasti sudah gila." bisik cowok itu pada dirinya sendiri.

"Gusion?" Nyonya Paxley melongok dari balik pintu. Terkesiap kaget ketika melihat anak lelakinya berpenampilan berbeda dari biasanya. Terlihat tampan dalam balutan jas hitam. "Mau kemana? Kenapa tampan sekali?" tanya Nyonya Paxley menggoda sambil merapikan setelan jas yang dipakai Gusion.

Gusion tersenyum simpul. "Well... ada cewek yang kusuka di sekolah."

"Mmhmm, lalu?"

"Ayahnya berulang tahun dan aku diundang ke semacam pesta makan malam."

Nyonya Paxley menaik-turunkan alis, tertawa kecil. "Oh. Baiklah." beliau menepuk-nepuk pipi Gusion lembut. "Pastikan kamu membawa sesuatu yang pantas, sayang. Kesan pertama itu penting."

"Aku nggak tau harus bawa apa, Mom."

"Tenang." Nyonya Paxley mengedipkan sebelah mata. "Serahkan pada Mom."



Gusion mematikan mesin mobilnya ketika mencapai ujung jalan yang berakhir dengan hutan pinus yang lebat. Gusion sekali lagi mengecek peta di undangan, sekedar memastikan ia tidak salah jalan.

"Memang di sini," gumam cowok itu, turun dari mobil lalu menatap sekeliling. Di sepanjang penglihatannya hanya ada hutan pinus yang lebat dan gelap. Gusion hampir kembali masuk ke dalam mobil ketika seseorang melompat tepat di atas kap mobilnya. Membuat alarm mobil Gusion berbunyi nyaring.

"Sori." kata cowok rambut pirang pucat itu lalu melompat turun ke tanah. Gusion menyentuh bagian penyok di kap mobilnya dengan wajah datar.

"Kau merusak mobilku."

"Maafkan kelakuan mate-ku. Hobinya memang lompat-lompatan." seorang cewek rambut putih ikut muncul. Melipat kedua lengannya sambil menyipitkan mata sebal ke arah si cowok pirang.

Kalau diperhatikan, Gusion merasa seperti sudah pernah melihat keduanya di suatu tempat.

"Jangan cemas. Akan kuminta Martis memperbaikinya nanti." Cowok itu mengulurkan tangan pada Gusion. "Alucard Hunter. Kami datang untung menjemputmu."

Gusion menjabat tangan Alucard, "Gusion Paxley." sahutnya, "Martis? Maksudmu orang yang waktu itu datang memperbaiki rumahku?"

"Mmhmm." angguk si cewek rambut putih. "Namaku Miya Archer." giliran Miya yang memperkenalkan diri, mengangguk pada Gusion. "Senang rasanya mengetahui kau bukan seorang pengecut, Paxley."

GUSLEY SHORT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang