Gusion melirik jam yang melilit pergelangan tangannya. Hampir pukul 8 pagi tepat dan cewek itu belum datang juga. Mesin bus sudah dinyalakan, mereka siap berangkat. Gusion mengumpat dalam hati.
"Belum datang juga?" tanya Zilong, melongok dari pintu bus pada Gusion yang masih berdiri di pelataran parkir sekolah. Terus mengawasi gerbang sekolah. Berharap orang yang ia tunggu segera muncul dari sana.
"Belum." Gusion berdecak kesal. "Ditelfon juga susah."
Zilong menyeringai. "Jangan panik gitu, lah. Cewekmu nggak akan kita tinggal." godanya, lalu buru-buru masuk ke dalam bus agar tidak kena jitak.
Sebuah mobil Range Rover hitam terlihat masuk melewati gerbang sekolah dan Gusion menghembuskan napas lega. Berhenti tidak jauh dari tempat bus di parkir, cewek yang Gusion tunggu-tunggu akhirnya turun dari mobil itu. Sedikit repot dengan koper dan ranselnya. Gusion melihat kedua orang tua dan adik cewek itu juga ikut turun. Adik laki-lakinya yang masih TK kelihatan menangis. Cewek itu berlutut, tampak berusaha menenangkan adiknya. Gusion akhirnya berlari kecil mendekati mereka.
"Harley jangan nangis." bujuk Lesley, menghapus air mata adik kecilnya itu. "Kakak cuma pergi sebentar, kok. Lusa Kakak pulang."
"Tapi aku mau ikut huweeeeee."
Lesley menatap Mama dan Papanya bingung. Tidak tega meninggalkan Harley tapi juga tidak mungkin mengajaknya ikut. Lesley dan klub pecinta alamnya hari ini akan berangkat menginap beberapa hari dalam rangka pelantikan anggota baru klub mereka.
"Kamu berangkat saja, sayang. Nanti juga Harley diem." Nyonya Vance mendesah lelah. Putranya memang sangat manja pada Kakaknya itu.
"Iya, temanmu sudah nunggu, tuh." ujar Tuan Vance, menggerakan dagunya ke arah Gusion yang datang.
"Pagi, Paman. Bibi." sapanya sopan. Tuan dan Nyonya Vance membalas sapaan cowok itu dengan senyum lebar.
Lesley mengecup pipi Harley sebelum akhirnya bangkit berdiri. "Ya sudah, aku pamit ya, Pa, Ma."
"Iya, sayang. Hati-hati." pesan Mamanya, mengecup kedua pipi Lesley kemudian menggendong Harley yang nangisnya semakin kejer (?).
"Telfon Papa kalau sudah sampai." pesan Tuan Vance, mengecup dahi putrinya. Ia lalu memandang Gusion, "tolong jaga Lesley ya, Gusion."
"Ya, Paman." jawab Gusion mengangguk.
Setelah melambai dan memandangi dengan sedih adiknya yang masih menangis, akhirnya Lesley berbalik. Berjalan menuju bus beriringan bersama Gusion. Gusion meraih koper cewek itu, membawakannya menuju bus.
"Kubilang tinggalin aja Lesley. Tapi yang lain maksa nunggu." kata Gusion berbohong. Padahal kenyataannya justru dia yang repot sendiri, bolak-balik meminta pak supir untuk menunggu anggota mereka satu lagi yang belum datang.
"Untung yang lain nggak jahat kayak kamu." cibir Lesley. Gusion tertawa. "Aku sudah siap dari jam enam, tapi Harleynya nangis terus..." jelas Lesley, terdengar menyesal.
Gusion tersenyum. Menepuk-nepuk puncak kepala cewek itu lembut. "Yaudah, nggak apa-apa."
Mereka kemudian menaiki bus. Lesley sibuk meminta maaf pada teman-temannya yang lain sementara Gusion jalan duluan ke kursi mereka untuk menaruh koper kecil Lesley di bagian penyimpanan atas bus.
"Eh... aku duduk sama kamu?" tanya Lesley. Gusion bisa melihat pipi cewek itu bersemu merah.
"Freya sama Zilong. Fanny sama Saber." jawab Gusion singkat. Hanya ada tiga cewek di klub mereka dan sisanya cowok. "Atau mau duduk sama orang lain? Aku sih nggak masalah." tawar Gusion, berlagak tidak peduli. Padahal aslinya lega saat Lesley menggeleng lalu masuk untuk duduk di kursi pojok dekat jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUSLEY SHORT STORIES
Romansakarena gusley minta dibikin cerita mulu so i made this :v berisi oneshot dan cerita-cerita pendek gusion x lesley. read, vote, comment and enjoy~ ^^ cover by me