Save Me [1/6]

1K 81 64
                                    

••• •- •••- • -- •

Together together
We forever forever, you know
Our promised something something
You turn your back when the fire is burning

Crumbled sand castle, who’s a liar
Dancing fire at the end of the world
Can’t you hear it? My voice searching for you
Once again I’m left alone

“Save me”


Gerakan Lesley Vance terhenti ketika netra cokelatnya bertemu tatap dengan netra biru cerah milik sang Ayah. Wajah gadis remaja enam be-bukan, tujuh belas tahun itu memerah. Ia menarik tangan sebelah kanannya yang saat ini sedang terulur, mengikuti koreografi dari lagu yang masih mengalun di headphonenya. Sang Ayah tertawa kecil saat anak gadisnya buru-buru melepas benda itu, membiarkannya tergantung melingkar di leher.

"Pagi, Ayah." sapanya, lalu berdeham. Meraih gagang teflon untuk membalik pancake dengan satu hentakan.

"Pagi, sayang." Ayahnya menghampiri, lalu mengecup pipi gadis itu lembut.

"Selamat ulang tahun, ya."

Senyum perlahan terkembang di wajah Lesley. Ia mematikan kompor lalu membalikkan tubuh, begitu cepat memeluk Ayahnya. Membuat beliau tertawa saat merasakan betapa erat pelukan anak gadisnya itu. Tangan besar sang Ayah mengusap lembut puncak kepala gadis itu lembut. Lesley membenamkan wajahnya semakin dalam. Kedua lengannya semakin erat melingkar di tubuh pria paruh baya itu.

Lalu terdengar isakan. Pelan, hampir tidak terdengar. Namun efeknya begitu besar bagi keduanya. Permukaan kemeja biru langit mulai terasa basah.

Tuan Vance hanya tersenyum, memeluk anak gadisnya erat. Lengannya gemetar. Mendongakkan kepala, beliau mencegah air mata yang memaksa ingin turun.

•-•• --- -• --• •• -• --•


10 Januari 2020
07.05 a.m

Lesley memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jas seragam. Ia harus bergegas. Sepuluh menit lagi kelas pertamanya akan di mulai. Gadis itu buru-buru mengganti sepatu khusus sekolah, membanting menutup pintu loker sepatu dan menguncinya. Dua kali.

"Happy birthday to you! Happy birthday to y-mmphh!!"

Suara tawa kemudian terdengar dari siswa lain di sekitar mereka. Diikuti beberapa permintaan traktir yang Lesley balas dengan wajah merengut serta alis terangkat, seolah berkata. Siapa lu?

"Eeh!" Fanny Calvary menarik lepas tangan Lesley yang membekap mulutnya. "Itu tangan abis pake sepatu ya, tolong."

"Makanya jangan berisik." Lesley mencubit kedua pipi Fanny sebal lalu menggamit lengan sahabatnya itu. Menyeretnya berjalan menuju kelas.

"Iya maaf, deh." Fanny terkekeh. "Happy birthday ya, LeyLey. Selamat tambah tua!"

"Iya, makasih. Fanfan." balas Lesley sambil memutar bola mata senewen, namun kemudian ia tertawa. Terlihat tulus dan bahagia. Fanny menatap gadis itu teduh, menghela napas lega sebelum akhirnya nyengir lebar.

"Nanti pulang sekolah pokoknya harus jadi, ya!"

Dari semalam grup chat Lesley bersama tiga orang gadis lain yang notabene adalah sahabatnya sejak SMP sudah begitu heboh membicarakan tentang rencana mereka setelah sepulang sekolah. Katanya mereka ingin merayakan ulang tahun gadis berkepang itu.

"Pertama kita ke kafe, abis itu kita karaoke, kalau masih sempat kita main ke Game Station!!"

"Mau ngerampok aku apa gimana sih ini?" Lesley menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak. Nggak. Nggak ada duit!" Kalau ada pun mending dia pakai buat yang lain. Beli merch oppa atau husbu misalnya. "Kalau kafe doang ayo, deh."

GUSLEY SHORT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang