Tiga orang anak memacu cepat pedal sepeda masing-masing. Menyusuri jalan kompleks yang sore itu cukup sepi tanpa kekhawatiran akan menabrak apapun.
"Jangan cepat-cepat, Leon, Saga!" Alumi Hunter berteriak sebal, napasnya mulai tersengal mengikuti cara bersepeda teman-teman cowoknya yang begitu cepat.
Leon Paxley memperlambat laju sepedanya, nyengir pada cewek rambut pirang pucat yang masih cemberut. "Sori."
"Kamunya yang terlalu lambat." Saga Shadow sengaja meledek hanya untuk membuat Alumi tambah sebal. Menurut kedua cowok itu, Alumi semakin terlihat imut saat sedang marah.
"Kalian nyebelin!" kesalnya, lalu melajukan sepeda lebih cepat dari kedua cowok itu. Leon dan Saga tertawa kecil, saling high five lalu menyusul Alumi yang sudah jauh di depan.
Begitu sampai di depan rumah berpagar kayu tinggi, ketiganya menghentikan laju sepeda mereka.
"Otousan pagi ini baru balik dari Jepang." kata Saga saat Leon turun dari sepedanya. "Ada game baru dan banyak oleh-oleh. Kalian mau main?"
Alumi mengangguk bersemangat, lalu berpaling memandang cowok rambut cokelat kemerahan yang sedang melepas helm sepedanya. "Leon juga mau datang, kan?"
"Aku nggak bisa." Leon menatap keduanya menyesal. "Dad hari ini ulang tahun. Mom menyuruhku untuk bantu siapin makan malam. Maaf, ya."
"Daijoubu." Saga nyengir, sok Jepang.
Alumi mengangguk. "Salam untuk paman Gusion! Selamat ulang tahun!"
"Otanjoobi Omedetoo!"
Leon tertawa. "Ya, ya. Nanti kubilangin Dad. Thanks, guys."
Saat Leon masuk ke dalam rumah, bau harum masakan menguar dari dapur. Ia meletakkan ransel sembarangan di sofa, melangkah langsung ke dapur tanpa melepas sepatunya.
"Mom, aku pulang." katanya mengumumkan, langsung menuju kulkas untuk mengambil air.
"Ya, sayang-- astaga." Lesley Paxley melotot saat melihat anak laki-lakinya hendak minum langsung dari botol air besar. Ia menepuk pantat Leon dan menarik botol itu.
"Mom!" protes Leon. Lesley mengambil gelas dan menuangkan air untuknya.
"Mom sudah bilang berapa kali jangan minum langsung dari botol, Leonard Paxley!"
"Tapi Dad bilang nggak apa-apa. Lagian itu kelihatan manly!" protes Leon serius.
"Manly your head!" galak Mamanya, membuat Leon menciut. Lesley mengacak rambut Leon lalu mengecup puncak kepala rambut cokelat kemerahan itu. "Mandi, ganti pakaian lalu makan dan setelah itu bantu Mom, oke?"
Leon menenggak habis air minumnya, mengelap mulut menggunakan lengan hoodie yang lagi-lagi membuat Mamanya menatap galak.
Jorok amat ini bocah anak siapa sih. Kira-kira begitu arti tatapan Lesley.
"Oke, Mom." sahut Leon, "Dad memang pulang jam berapa?"
Lesley mengelap tangannya di celemek lalu mengambil ponselnya di atas meja makan. "Dad bilang masih harus menghadiri seminar. Tapi ia usahakan akan pulang sebelum jam 6."
"Kay." Leon melirik barisan cupcake kecil yang sudah tersaji di meja lalu mencomotnya satu. Ia nyengir pada Mamanya, tetap melahap cupcake meski Mamanya melotot. "Ewnak Mwom."
Lesley menghela napas, tersenyum kecil sambil membersihkan remahan cupcake di sekitar mulut Leon. Meski sudah hampir tiga belas tahun, Leon masih bertingkah seperti anak kecil saat bersama Mamanya.
***
Gusion ikut bertepuk tangan saat Claude Rooney menutup seminarnya hari itu, membahas hasil penelitian tentang Gemstone yang ditemukan di sekitar Eruditio. Barang tambang yang dipercaya akan menjadi sumber daya alam baru menggantikan minyak bumi. Jika sudah dipatenkan maka sudah pasti karir Claude sebagai fisikawan akan melesat cemerlang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUSLEY SHORT STORIES
Romancekarena gusley minta dibikin cerita mulu so i made this :v berisi oneshot dan cerita-cerita pendek gusion x lesley. read, vote, comment and enjoy~ ^^ cover by me