• Surogasi Gestasional (Gestational Surrogate) – Pada Surogasi jenis ini janin yang dikandung oleh Surrogate Mother berasal dari sel telur Istri dan sel sperma suami. Hasil pembuahan atau embrio yang ditransfer ke dalam rahim Surrogate Mother dihasilkan dari proses Fertilisasi In Vitro atau bayi tabung. Anak yang dilahirkan kelak tidak memiliki keterkaitan secara genetik dengan Surrogate Mother.
• Surogasi Tradisional (Traditional Surrogate) – Pada surogasi jenis ini, surrogate mother biasanya memiliki andil untuk mendonorkan sel telurnya. Sel telur surrogate mother nantinya dibuahi oleh sel sperma suami dari pasangan tersebut. Anak yang dilahirkan kelak memiliki keterkaitan secara genetik dengan Surrogate Mother.
Rasanya tiga hari selalu berlalu sangat cepat setelah aku mengenal pria itu, kegugupanku kali ini terasa berkali lipat dari hari-hari sebelumnya. Kami sedang dalam perjalanan ke rumah sakit dengan Christopher disampingku. Han berada disamping pengemudi dan sesekali melirik kearahku.
Aku rasa ini terlalu cepat tapi bukankah lebih cepat lebih baik? Jika setiap hari terasa sangat cepat kurasa ketika tiba waktunya juga tak akan terasa. Iya benar. Semua akan berlalu begitu saja.
"Kau gugup?" tanya Christopher disampingku.
Haruskah kau bertanya? Apakah dia tidak melihat tubuhku gemetaran sejak aku masuk kedalam mobilnya?
"Ya."
"Relax. Everything will be okay."
Aku tidak peduli dengan ucapannya, percuma dia mengatakan itu karena itu sama sekali tidak membuatku tenang. Suaranya malah membuatku semakin gugup.
"Ah.. Tuan?"
Dia menoleh kearahku, menunggu sesuatu yg ingin kusampaikan.
"Dimana istrimu?"
Dia mengerutkan keningnya, "Untuk apa kau menanyakan istriku?"
"Bukankah seharusnya istrimu juga datang?"
"Untuk apa?"
Apa-apaan ini? Dia tidak bermaksud menakutiku kan? Dia hanya bercanda saja padaku kan?
"Tuan.. Istrimu mengizinkannya bukan? Kau tidak datang padaku tanpa memberitahunya kan?"
Suaraku bergetar, kegugupanku semakin bertambah, rasanya sudah sangat tidak nyaman aku bahkan tidak peduli pada dua orang di depan yg terus melihat kearahku.
"Apa aku pernah mengatakan jika istriku akan datang? Tidak. Aku juga tidak perlu meminta izin padanya."
Dia menjawab dengan sangat santai, dia bahkan memalingkan wajahnya seolah tidak peduli dengan kekacauan yg dia berikan padaku. Ini gila! Apa jadinya jika orang-orang tahu apa yg akan kulakukan?
"Kau tidak perlu takut. Aku akan menjamin semuanya, namamu tak akan jadi pembahasan orang-orang."
Seperti mengerti apa yg sedang kutakutkan, dia tiba-tiba berkata seperti itu dan aku hanya bisa terdiam. Apa yg harus kulakukan? Melarikan diri? Jika bisa akan kulakukan saat ini! Tapi, apakah aku bisa mempercayainya? Dia tidak akan membiarkan publik tahu tentangku kan? Itu akan merusak reputasinya juga! Benar, seperti itu.
"Jangan memikirkan hal lain, fokus saja pada kesehatanmu agar semuanya lancar." katanya, aku hanya mengangguk.