Namaku (y/n), hanya (y/n). Jangan tanyakan kenapa karena aku sendiri tidak tahu. Ibu Kim selalu memanggilku dengan nama itu, dia selalu mengatakan "(y/n), hanya (y/n)." ketika aku bertanya tentang margaku.
Sampai akhirnya aku mengalah dan tak pernah lagi bertanya tentang itu, namun ada waktu dimana aku tahu sesuatu. Alasan dibalik diriku yg tak memiliki nama belakang.
Aku dibuang oleh orangtua ku dan ditampung di sebuah panti asuhan. Tidak ada yg tahu tentangku, siapa orangtua ku dan berasal dari mana diriku. Hanya orangtua ku dan Tuhan yg mengetahuinya.
Aku seringkali merasa sedih dan sakit hati dengan kenyataan yg menimpaku, namun selalu ada alasan lain yg membuatku kembali ceria dan melupakan hal-hal menyedihkan.
Lagi-lagi aku teringat apa yg seringkali diucapkan Ibu Kim padaku, "Tersenyumlah, ada banyak orang yg lebih kurang beruntung darimu diluar sana. Berbahagialah, karena kau berhak untuk bahagia."
Ia memang benar, aku lebih beruntung dan aku berhak bahagia. Tapi darimana dua hal itu datang?
Aku memang beruntung bisa melanjutkan kuliah dengan uang yg ku hasilkan dari kerja sambilan yg ku kerjakan namun aku masih kekurangan uang untuk biaya lainnya.
Tidak ada yg bisa membantuku. Ibu Kim? Oh, ayolah! Diumur yg seharusnya dia lakukan untuk beristirahat dia masih harus mengurus anak-anak nakal itu. Lalu aku harus meminta uang padanya? Sudah saatnya aku yg memberikan uang padanya.
Bahagia? Aku memang bahagia tetapi kebahagiaanku tidak bertahan lama, pada akhirnya aku selalu sedih dan terus memikirkan banyak hal. Uang, uang dan uang.
Ya, itu yg kubutuhkan. Hanya itu dan selalu itu. Jika orang-orang bertanya untuk apa bukankah jawabannya selalu sama? Segala sesuatu membutuhkan uang!
Tapi hal itu tidak lagi sulit bagiku, setelah aku bertemu dengannya. Dia bagaikan pangeran yg datang untuk menolong wanita yg miskin ini.
Sejak hari itu kehidupan ku berubah, aku ada di genggaman tangannya. Apa yg kuinginkan dan kubutuhkan akan dia berikan tetapi harus ada juga yg kulakukan atau kuberikan untuknya dan dengan bodohnya aku menyetujuinya.
S U R R O G A C Y
"Kau tidak sedang bercanda kan?" tanyaku pada pria yg sejak tadi duduk di hadapanku dan menatapku.
Dia menggeleng dan menghela nafasnya, mungkin dia bosan dan lelah dengan ucapan dan pertanyaanku yg seolah tidak mempercayainya.
"Untuk apa aku bercanda? Memangnya wajahku terlihat sedang bercanda atau mengejekmu?" tanyanya dengan raut wajah kesal, "Aku hanya ingin membantumu." katanya lagi.
"Tapi kau mengatakannya seolah kau sedang membodohiku, kau bahkan mengatakan jumlah yg akan aku dapatkan jika aku menerima pekerjaannya! Kau pikir aku ini idol dengan sponsor banyak yg dengan mudahnya mendapat gaji sebesar itu?"
Han, temanku, dia menggelengkan kepalanya. Mungkin dia benar-benar lelah dengan ucapanku. Aku juga lelah, aku sedang mencari pekerjaan dengan gaji yg lebih besar dari pekerjaanku sebelumnya tapi Han malah mengatakan hal yg tidak-tidak.
"Dengar aku!" kata Han dan aku menatapnya yg saat ini terlihat sangat serius, "Kau sangat cocok dengan yg sedang kenalanku ini cari." katanya yakin.
"Maksudmu? Memangnya pekerjaan apa yg harus ku lakukan?"
"Temui saja dia langsung, semua akan jelas jika kau bertemu langsung dengan orangnya."
Aku menggeleng pelan, "Entahlah. Kau tidak meyakinkan!" kataku dan kali ini Han terlihat benar-benar lelah dan ingin menyerah.
Dia mengeluarkan kertas dan pena dari dalam tasnya lalu menuliskan sesuatu disana, tak lama dia memberikannya padaku. Itu alamat.
"Han, aku—"
"Kau bisa memutuskan setelah menemuinya. Aku hanya berniat membantumu dan membantu kenalanku juga."
Han berdiri lalu menepuk lenganku dan tersenyum, "Hubungi aku jika kau tertarik. Aku akan mengantarmu kesana." ucapnya lalu berjalan meninggalkanku yg masih kebingungan.
S U R R O G A C Y
Aku berpikir seolah Han sedang menipuku tapi entah kenapa aku percaya padanya. Dia temanku dan dia selalu membantuku dia tidak pernah mengecewakanku.
Maka dari itu aku menyetujui untuk menemui kenalannya. Juga penasaran pada pekerjaan apa yg harus kulakukan sampai Han dengan yakin mengatakan jumlah yg bisa ku dapatkan.
Aku menatap ke sekeliling mansion yang letaknya cukup jauh dari kota atau tempatku tinggal, Han berjalan mendahuluiku dan aku hanya mengikutinya. Dia berbicara kepada pelayan disana saat aku masih sibuk mengamati istana itu, lalu dia menoleh kearahku.
"Ayo." kata Han setelah selesai berbicara dengan pelayan tadi dan aku hanya mengangguk lalu sedikit membungkuk kearah pelayan itu.
"Hyung.." ucap Han pada seseorang yg duduk disofa dan sibuk dengan gadget ditangannya.
"Oh.. Han?" pria yg duduk disofa itu tersadar dan menatap kearah Han tapi masih duduk seolah tak ingin beranjak dari sana.
Astaga! Lihat rambut hijaunya yg terlihat sangat segar! Dia, Christopher Bang? Aku tidak salah lihat kan? Di perjalanan tadi aku bahkan membaca majalah bisnis dengan wajah dia yg menjadi sampulnya!
Dia pengusaha muda yg sangat sukses! Apa dia akan memberikanku pekerjaan yg bagus? Apakah ini keberuntungan untukku?
Dia menatapku lalu menatap Han seolah bertanya, "apakah dia?" dan Han mengangguk padanya.
"Duduk." katanya ramah dan aku menoleh kearah Han yg hanya terdiam.
"Kau duduklah dulu, dengarkan dia. Aku menunggu." Han melangkahkan kakinya pergi.
"Tunggu, Han—"
"Santai saja. Kau ingin minum apa? Kita bicarakan pelan-pelan." dia tersenyum manis kearahku.