Menghabiskan waktuku di mansion super mewah ini ternyata bisa membuatku bosan juga, kupikir jika aku tinggal ditempat seperti istana ini aku akan merasa puas dan tidak butuh tempat lain lagi. Semua yg kubutuhkan selalu siap mereka penuhi, tetapi aku merindukan tempat tinggalku dan panti asuhan. Seburuk apapun tempat tinggalku aku tetap merasa nyaman disana.
Bukan aku merasa tempat ini tidak nyaman tapi suasananya yg sedikit membuatku bosan atau mungkin bisa dibilang lelah, aku terus memikirkan tentang Chan, Jiho, Christina dan semua hal yg berhubungan dengan pemilik mansion ini atau Ayah dari bayi didalam kandunganku. Dia membuatku terus memikirkan banyak hal, dia datang dan pergi begitu saja. Dia lebih sering meninggalkan tempat ini cukup lama, aku seolah ingin dia ada dihadapanku. Kurasa anaknya ingin melihat Ayahnya, bukan aku.
Tetapi akhir-akhir ini kurasa bosanku berkurang, aku selalu bergabung bersama para pelayan disini hanya untuk sekedar mengobrol dan melakukan hal seperti memasak dan lainnya. Kebanyakan dari mereka masih cukup muda dan tentu saja kami merasa memiliki banyak kecocokan.
Seperti saat ini kami sibuk membuat kue di dapur sambil berbicara atau bahkan tertawa dan membuat tempat yg biasanya hening ini menjadi lebih berisik.
"Kau bodoh, jangan lakukan itu kau bisa merusak adonannya!"
"Diam saja! Tidak perlu protes, aku pernah bekerja di toko kue dan ini hal yg selalu kukerjakan!"
"Tapi lihat ini, cara pembuatannya bukan seperti itu! Kau hanya akan membuatnya menjadi gagal!"
"Biarkan saja, jika gagal kita paksa dia menghabiskan kuenya sendiri!"
Aku hanya terkekeh mendengar mereka bertengkar, aku sedang duduk dan memasukkan kue yg sudah selesai dibuat kedalam toples.
"Sedang apa?"
Kami semua menoleh melihat kearah suara itu berasal, aku tersenyum tapi dibelakangku terasa gaduh, mereka seperti berbisik-bisik dan sibuk merapikan alat-alat.
"Kau membuat kue?" dia menghampiriku dan berdiri disampingku.
Ya, dia Chan. Dia datang dengan penampilan yg tidak cukup rapi, kemeja tanpa dasi dan dua kancing atas yg terbuka juga rambut yg sedikit berantakan seperti sudah dia acak-acak sebelumnya. Dia juga terlihat cukup lelah.
"Maaf Tuan."
Aku dan Chan menoleh kearah para pelayan yg tengah menunduk, aku mengerutkan kening karena tidak mengerti kenapa mereka tiba-tiba seperti itu. Mereka melakukan kesalahan?
"Untuk?" tanya Chan.
"Kekacauan yg kami buat."
Chan melihat ke sekeliling dapur yg memang bisa dikatakan cukup kacau, Chan menatapku dan aku hanya terkekeh malu. Aku siap jika dia marah, karena ini kesalahanku, aku yang mengajak mereka untuk membuat kue dan memulai semua kekacauan ini.
"Lakukan apapun yg kalian inginkan, tempat ini adalah tempat tinggal kalian. Apa gunanya dapur jika tidak kalian gunakan? Aku tidak datang kesini untuk menggunakan dapur."
Aku melihat mereka saling menatap satu sama lain seolah tak percaya pada apa yg dikatakan Chan, mereka melihat kearahku dan tersenyum aku hanya membalas senyuman mereka dan mengangguk.
"Kau sudah selesai?" tanya Chan padaku.
"Ah sebenarnya masih ada banyak yang sedang kami buat—"