Chan terdiam tepat setelah dia turun dari mobilnya, dia menatap bangunan dihadapannya dengan perasaan yg dia sendiri tidak mengerti. Apakah dia bahagia? Sedih? Takut? Mungkin semuanya telah tercampur dalam perasaannya sehingga yg dia rasakan hanyalah kebingungan dan juga gugup.
"Tidak masuk?" tanya Minho sesaat setelah dia juga keluar dari mobil.
"Tunggu, aku belum siap. Apakah kita pergi saja? Kurasa aku belum bisa."
"Apa? Kita sudah jauh-jauh datang kesini dan pergi begitu saja? Hyung, jika tidak sekarang kapan lagi?"
Minho mendorong punggung Chan namun Chan masih enggan untuk melangkah dan meninggalkan tempatnya berdiri sekarang. Chan menepis tangan Minho dan menatap Minho seperti memohon untuk tidak memaksanya pergi sekarang juga.
"Tunggu tunggu! Beri aku waktu sebentar, ini tidak mudah Minho jangan paksa aku seperti itu. Setidaknya beri aku waktu untuk berpikir dulu."
Minho mendengus kesal karena terus menerima penolakan dari hyung-nya, padahal Chan sendiri yg memaksa Minho untuk dengan cepat mengantarnya ke tempat ini.
"Apalagi yg kau pikirkan? Kau tidak ingin melakukannya? Baiklah, ayo kita pulang saja dan batalkan semua rencanamu itu lalu kau akan menyesal sepanjang hidupmu. Ayo masuk." kata Minho yg sudah sangat kesal dan membuka pintu mobilnya untuk Chan.
"Jangan! Kenapa kau membuka pintunya? Kita tidak akan pergi!"
"Bukankah kau tadi yg mengajakku pergi? Ya sudah, ayo kita masuk. Cepat!"
Chan seperti kehilangan sebagian dari dirinya yg arogan dan egois karena dia tidak mempermasalahkan Han dan Minho yg lebih sering membentak dan memarahinya akhir-akhir ini, pikiran Chan terlalu kacau untuk memikirkan banyak hal.
"Ah iya baiklah." ucap Chan dan berjalan mendahului Minho.
Mata Chan terus melihat ke kanan dan kiri, menatap segala sesuatu yg ada di tempat itu. Sesekali bibirnya terangkat ketika dia membayangkan bagaimana (y/n) tumbuh menjadi sangat baik di tempat itu, menjadi pribadi yg cerdas dan ceria, juga manis.
Langkah Chan dan Minho terhenti ketika dihadapan mereka sudah berdiri seorang anak laki-laki, lebih tepatnya remaja dan menatap Chan sambil mengerutkan keningnya. Chan ikut mengerutkan keningnya, ada apa dengan anak ini? Pikir Chan.
"Oh, Jeongin? Dimana Ibu?" tanya Minho yg kini sudah berdiri tepat di samping Chan.
Chan menoleh kearah Minho dan merasa bingung, Minho mengenalnya?
"Minho hyung? Ada apa kau mencari Ibu? Kau ingin memberi sesuatu untuk panti asuhan?"
"Ada yg ingin kubicarakan dengannya, ada dimana dia sekarang? Bisa kau antar kami?"