Aku menatap makanan dihadapanku, sangat banyak dan aku merasa kenyang hanya dengan melihatnya. Apakah mereka mengadakan pesta? Kenapa makanannya harus sebanyak ini?
"Apa kau mengadakan pesta?" tanyaku pada Chan yg sudah duduk didepanku.
Chan menggeleng, "Pesta apa?" tanyanya.
"Kupikir kau mengadakan pesta, karena anakmu laki-laki."
Chan tersenyum dan mengangguk-angguk, "Anggap saja seperti itu. Makan yg banyak."
"Aku tidak bisa makan banyak."
Aku menggeleng dan menyandarkan tubuhku pada kursi, sedikit menjauh dari meja yg penuh dengan makanan.
Kulihat Chan mengernyit, dia menghela nafas dan terus menatapku. Haruskah dia menatapku seperti itu? Kenapa aku menjadi sangat gugup?
"Kau harus makan, maksudku anakku. Jika kau tidak makan maka anakku juga tidak dapat makan bukan?"
"Tapi aku tidak nafsu."
Aku mulai mendekat lagi kearah meja, lebih tepatnya mencoba mendekat kearah Chan dan aku menatap ke sekeliling melihat para pelayan yg berdiri disana.
Aku meminta Chan mendekat, "Aku mual." bisikku saat dia sudah berada cukup dekat denganku.
Chan terlihat bingung, lalu dia seperti memberi kode agar para pelayan yang berdiri disana untuk pergi. Hingga hanya ada kami berdua sekarang.
"Lalu kau ingin muntah?" tanya Chan.
"Tidak juga. Hanya mual saja, tapi aku ingin makan sesuatu yg manis seperti.. ice cream?" kataku dan menatapnya sambil tersenyum.
Dia mendengus tetapi tak lama dia mengangguk, "Baiklah. Apapun yg kau mau." jawabnya dan tersenyum lalu memanggil lagi pelayan untuk membawakan ice cream dan mengosongkan meja makan.
"Kau tidak makan?" tanyaku.
"Tidak. Aku tidak terlalu lapar."
"Silahkan nona." pelayan datang dengan membawa ice cream dan menaruhnya diatas meja, tepat di hadapanku.
Kudengar Chan terkekeh saat aku menatap ice cream-nya sambil tersenyum, aku melihat kearahnya dan dia mengubah ekspresinya menjadi datar.
"Cepat makan, jangan tersenyum seperti itu nanti ice cream-nya mencair."
"Ah, iya."
Aku mulai memakan ice cream dan merasa sangat bahagia, apa aku sebahagia ini hanya karena ice cream? Ini bukan pertama kalinya aku makan, tapi kenapa aku sangat senang? Apa mungkin bukan aku yg ingin memakannya? Melainkan anak yg ada didalam perutku.
"Apa seenak itu?"
"Hah?"
"Kau sangat menikmatinya. Apa rasanya seenak itu? Sampai membuatmu terus tersenyum?"
"Rasanya biasa saja dan aku tidak terus-menerus tersenyum."
Chan tidak mengatakan apapun lagi, dia hanya menatapku yg sedang makan dan sesekali dia tersenyum. Dia yg terus tersenyum! Bukan aku!
"Hyung."
Aku dan Chan menoleh, Minho datang dan menghampiri Chan.
"Apa?"