Aku terdiam dikamar mandi dan tidak memperdulikan teriakan dan ketukan pintu diluar, aku menatap wajahku di cermin. Pucat dengan rambut berantakan, apa ini wajah seseorang yg akan mendapat 35.000 dolar?
Apa terlambat untuk menyesali keputusanku? Atau aku hanya harus menerima semuanya jika anak yg ada dalam kandunganku adalah perempuan? Aku akan tetap mendapat uang dan dia mengatakan akan membiayai anaknya walaupun dia tidak akan mengakuinya.
"(y/n) kau sedang apa? Kau baik-baik saja kan? Cepat keluar!"
Han ada dibalik pintu dia terus berteriak dan mengetuk pintunya tetapi aku sama sekali tidak menjawabnya. Aku hanya ingin sendirian.
"Tidak ada jawaban? Dobrak saja."
Aku membulatkan mataku mendengar suara itu. Chan? Apa dia disini? Dia datang ke rumahku?
"Tapi hyung—"
"Ada apa?" aku membuka pintu dan menatap mereka berdua dengan orang-orang lainnya yg ada dibelakang.
Aku melihat mereka semua bernafas lega saat aku keluar dari kamar mandi, apa mereka takut aku keguguran lagi? Aku juga tidak ingin itu terjadi lagi!
"Kita bicara berdua, dimana kamarmu?"
Aku mengerutkan kening mendengar Chan berbicara padaku, tapi dia seolah tidak peduli dan menarik tanganku.
"Ini?" dia menunjuk pintu kamarku, apakah dia masih harus bertanya saat hanya ada satu ruangan disini yg berarti itu adalah kamarku.
Dia membuka pintunya dan menarikku kedalam aku melihat dia mengunci pintunya, apa yg dia lakukan?
"Kau kenapa?" tanyanya setelah menyuruhku duduk diujung tempat tidurku.
Aku memperhatikannya yg sedang menatap sekeliling kamarku, entah apa yg dia lakukan. Dia bahkan melihat-lihat apa yg ada di meja belajar dan meja riasku.
"Kenapa? Apa maksudmu?" tanyaku.
"Han bilang kau sering mengurung diri dikamarmu dan di kamar mandi, apa kau tahu bagaimana khawatirnya aku? Aku takut terjadi sesuatu lagi. Aku bahkan tidak fokus bekerja karena Han terus menghubungiku dan memberitahu keadaanmu!"
Dia berbicara dengan suara yg lebih keras dari sebelumnya dan dia sudah berdiri dihadapanku, menatapku seperti benar-benar marah dan aku hanya bisa menunduk.
"Lihat, kau pucat sekali! Kau tidak melewatkan jam makanmu kan?"
Tangannya menyentuh daguku dan mengangkatnya membuat pandangan kami bertemu, dia memang terlihat sangat khawatir.
Aku menepis tangannya, "Aku tidak pernah melewatkan jam makan, aku juga baik-baik saja aku tidak akan mengulangi kesalahan yg sama dan kau tidak perlu terlalu khawatir karena kau tidak tahu anak ini laki-laki atau perempuan. Kau akan membuang waktumu jika ternyata yg kau khawatirkan adalah seorang anak perempuan!"
Dia menghela nafasnya dan tetap menatapku, dia berjongkok dihadapanku dan dia menyentuh perutku aku yg merasa bingung hanya bisa terdiam.
"Aku membuatmu takut kan? Maaf karena telah berbicara kasar, jika anak ini perempuan aku tidak ingin dia dibuang apalagi mati. Mungkin aku tidak bisa mengontrol diriku saat itu sehingga aku mengatakan sesuatu yg sangat mengerikan."
"Kenapa kau tidak ingin anak perempuan? Aku tidak menjamin anak yg kukandung itu laki-laki."
"Entahlah, hanya ingin anak laki-laki. Dia akan menggantikanku jika dia besar nanti."
"Karena kau sudah memiliki anak perempuan, jadi kau tidak ingin memilikinya lagi?"
Dia menatapku, "Sudahlah kau tidak perlu banyak bertanya, fokus saja dengan kehamilanmu. Jaga anakku, jika dia perempuan aku akan membuat keputusan nanti."
"Chan..." aku menarik tangannya saat dia hendak meninggalkanku.
"Laki-laki atau perempuan berjanjilah padaku untuk menjaganya dengan baik, dia anakmu, tidak peduli jika dia perempuan—"
Chan melepaskan tanganku dan aku melihat tangannya gemetar, "Aku takut." gumamnya.
"Takut? Apa yg kau takutkan?"
"Jika anak itu perempuan, aku akan sangat takut!"
"Ke-Kenapa?"
"Kumohon.. Jangan bertanya apapun lagi, kita tunggu sampai kita bisa tahu dia laki-laki atau perempuan."
Aku hanya memperhatikannya yg sudah keluar dari kamarku. Apa yg dia maksud dengan takut? Apa dia trauma atau semacamnya? Apa terjadi sesuatu pada anak perempuannya sampai dia tidak ingin memiliki anak perempuan lagi?
S U R R O G A C Y
"Han."
"Hm?"
Aku dan Han sedang ada di cafe karena aku sangat ingin memakan sesuatu yg manis seperti kue, jadi aku memintanya mengantarku karena aku juga merasa bosan terus berada dirumah.
"Apa kau tahu sesuatu tentang Christina?"
"Christina?"
Aku mengangguk, "Anak Chan dan Jiho."
"Sesuatu apa maksudmu?"
"Ya apa terjadi sesuatu pada anak itu, kenapa Chan seperti trauma jika aku membicarakan anak perempuan. Dia bahkan mengatakan padaku jika dia takut memiliki anak perempuan."
"Hah? A-Apa maksudmu? Aku tidak mengerti, tidak ada apa-apa. Tidak terjadi apapun."
"Benarkah? Katakan saja Han, aku sudah melakukannya sejauh ini. Kau harus memberitahuku semuanya, ini demi aku dan masa depan anak ini." kataku dan mengelus perutku.
"Tidak, tidak ada apapun. Se-Semuanya baik-baik saja, sudah urus saja urusanmu!"
Aku hanya berdecak kesal, apa Han juga tidak mengetahui apapun? Atau memang tidak ada yg terjadi? Kenapa aku begitu penasaran? Aku semakin takut mendekati waktu dimana aku bisa tahu jenis kelamin anak diperutku!
S U R R O G A C Y
"Ayaaaah!"
"Hi my princess."
Chan mendapat ciuman di pipi dari anak perempuannya yg terlihat sangat bahagia saat melihat dia datang.
Anak berusia 6 tahun itu terus tersenyum manis pada sang Ayah yg kini sudah duduk dihadapannya, disamping Ibunya.
"Jika bukan karena Christina yg terus merengek aku tidak ingin membuang waktuku hanya untuk makan malam seperti ini!"
Chan hanya terdiam saat mendengar Jiho bergumam, setidaknya masih ada Christina yg sangat menginginkan kehadiran Chan disana.