08; perempuan

9.3K 2.2K 235
                                    












Aku ada ditempat ini lagi, untuk kedua kalinya mencoba membuat diriku mengandung anaknya. Aku tidak bisa menolak atau pergi seperti apa yg Minho sarankan, itu terlalu beresiko.

Aku berurusan dengannya, dia yg Minho katakan egois dan arogan lalu aku harus lari darinya begitu saja? Apa Minho akan menjamin jika aku akan baik-baik saja setelah aku kabur?

"Aku tidak yakin aku akan cepat mengandung seperti sebelumnya." ucapku dan menatap Chan yg duduk disampingku sambil memainkan ponselnya.

"Kau bahkan belum mencobanya, siapa yg tahu jika mungkin kali ini akan lebih cepat dari sebelumnya."

Dia berbicara tanpa menatapku, aku hanya terdiam mendengar ucapannya. Ya, dia benar tapi aku semakin takut. Ketakutanku lebih besar daripada sebelumnya.

"Aku tidak yakin." gumamku.

"Jika kau tidak yakin seharusnya kau lebih berhati-hati lagi, jangan sampai hal-hal seperti terpeleset harus terulang lagi! Jika itu tidak terjadi kita tidak perlu ada disini sekarang!"

Aku menoleh kearah Minho yg berdiri tidak jauh dari tempat kami duduk, dia menatapku tidak percaya mungkin dia tidak menyangka jika aku akhirnya datang dan memilih melanjutkan kesepakatanku dengan Chan.

"Aku tidak punya pilihan." kataku dengan hanya membuka mulutku tanpa bersuara.

Minho terlihat menghela nafasnya dan menunduk, lalu dia kembali menatapku dan mengangguk.

Pikiran kacau ku dan sibuknya Chan dengan ponsel harus berakhir ketika seorang perawat datang dan meminta kami untuk masuk.

"Jangan takut, kau pernah mencobanya." ucapnya dan aku hanya bisa mengangguk.











S U R R O G A C Y











Seperti biasa setelah prosesnya dilakukan Chan tidak pernah muncul dihadapanku, hanya ada orang-orang yg diperintahkannya yg datang.

Mereka datang dan pergi begitu saja, mengatur pola makanku, mengecek kesehatanku dan bertanya apa yg kubutuhkan. Aku sampai merasa terbiasa dan tidak lagi terganggu dengan kehadiran mereka.

Selama berminggu-minggu terlewati akhirnya hari ini aku akan memeriksa apakah aku sudah mengandung atau belum karena dari tanda-tanda yg kurasakan sepertinya aku sudah mengandung anaknya.

Jika iya maka dia benar, ini lebih cepat daripada sebelumnya. Ini juga lebih bagus untukku, semakin cepat semakin dekat waktuku untuk terlepas dari kontrak yg mengikat kami.

"Kau sudah siap?" tanya Han.

"Ya, apa dia akan datang juga?"

Han mengangguk, "Tentu saja. Jika berhasil dia ingin jadi orang pertama yg mendengarnya."

Apa dia seperti ini saat istrinya melahirkan anak mereka? Hanya memikirkan anaknya, tidak dengan orang yg mengandung. Maksudku, aku tidak berharap dia memperhatikanku hanya saja ya setidaknya dia bertanya tentangku. Seperti itu.

"Apa yg kau pikirkan? Ayo."

"Ah, iya."

Semoga saja hasilnya sesuai apa yg diharapkan. Kali ini aku harus lebih berhati-hati, jangan sampai aku harus kehilangan untuk kedua kalinya. Aku harus segera pergi dari hidupnya.











S U R R O G A C Y











"Kau membuatku tersenyum dua kali tapi jangan membuatku kecewa untuk yg kedua kalinya!"

Aku hanya mengangguk, aku berhasil, lagi. Hanya saja aku harus terus mendengar dia mengomel agar aku lebih berhati-hati lagi.

Saat ini kami hanya berdua, Chan meminta Han dan Minho untuk pergi karena ingin berbicara empat mata denganku.

"Chan..."

"Aku ingin anak laki-laki."

"Tapi, jika yg kukandung adalah anak perempuan. Bagaimana?"

Chan menghela nafas lalu menatap ke depan dan tidak lama dia menoleh ke arahku.

"Kita tunggu sampai kita bisa tahu dia laki-laki atau perempuan."

"Jika perempuan?"

"Terserah kau saja. Kau ingin membuangnya, mengurusnya, membiarkannya tinggal di panti asuhan tempatmu dibesarkan atau kau ingin membunuhnya juga aku tidak peduli."

Aku menatapnya tidak percaya, dia bicara dengan sangat tenang seolah apa yg dia ucapkan bukanlah apa-apa.

"Jangan bercanda Chan, aku serius!"

"Aku juga serius!"

"Kau gila!" kataku dan hampir menangis tapi aku mencoba menahan airmataku.

"Jadi berdo'alah agar anakku yg sedang kau kandung adalah laki-laki." dia menyentuh perutku dan tersenyum.

Aku memejamkan mata dan menggigit bibir bawahku, aku menahan kesal dan tangisan. Aku salah sudah berurusan dengannya, dia yg awalnya kupikir orang yg sangat baik dengan senyuman manis ternyata adalah orang gila yg sangat kejam!

Aku membuka mataku saat aku merasakan tangannya menyentuh bibir bawah yg kugigit, dia menatapku.

"Jangan lukai dirimu."

Aku menepis tangannya dan akhirnya airmataku jatuh, aku tidak bisa menahannya lagi. Ini terlalu menyakitkan dan menakutkan!

"Tenang saja, jika anak itu perempuan aku akan tetap bertanggung jawab untuk seluruh biaya hidupnya hanya saja aku tidak akan menganggapnya anakku. Ah dan uang yg kujanjikan akan tetap kuberikan."

Dia berdiri lalu mengusap kepalaku sambil tersenyum, "Kita tunggu sampai kita bisa mengetahuinya." katanya lalu berjalan meninggalkanku.

Aku sampai tidak bisa berbicara apapun lagi, aku menyesal tidak pergi seperti apa yg dikatakan Minho. Apa yg harus kulakukan jika anak ini perempuan? Aku tidak ingin dia bernasib sama sepertiku.

Apa yg sudah kulakukan? Hanya karena uang aku melakukan hal sejauh ini, jika sudah seperti ini aku harus bagaimana?

"Jangan menangis, kau bahkan belum tahu dia laki-laki atau perempuan."

Han datang dan mengusap lenganku, kurasa dia mendengar percakapan diantara aku dan Chan tadi.

"Lalu jika anak ini perempuan apa yg harus kulakukan, Han?"

Han hanya terdiam, dia tidak menjawabnya. Dia juga bingung, aku tahu. Oranglain tidak akan mengerti perasaanku, mereka tidak akan tahu berada diposisiku saat ini rasanya seperti apa.

Ya Tuhan, aku ingin anak laki-laki. Biarkan anak yg ku kandung hidup bersama Ayahnya. Kumohon.



Surrogacy • Chan [Stray Kids]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang