Bab 3

10.6K 927 38
                                    

Ada lagu yang memulai di awal.

Silahkan baca dan dengar

Jangan lupa vote, follow, dan komentar

*******

Aku mulai merasa dingin. Udara beku terasa menyentuh seluruh kulit. Membuatku perlahan mulai membuka mata.

"Ah, aku ketiduran," ucapku cepat.

"Hoahm!"

Dengan lebar aku membuka mulut. Menguap untuk menghilangkan sisa kantuk. Dan setelah semua kesadaran telah terkumpul, maka aku mulai membenarkan posisi. Duduk dengan punggung tegak. Sembari melihat lurus tembok.

Krukk!

Suara perutku tiba-tiba saja terdengar. Amat nyaring. Memecah hening dalam kamar. Benar-benar membuat malu saja. Beruntung tidak ada siapa pun di sini selain diriku.

"Aku memang belum makan dari tadi. Pantas saja aku lapar."

Kedua tanganku sudah menyentuh perut. Mengelus pelan, berharap agar tindakan bodoh tersebut dapat sedikit mengurangi perihnya. Namun, sia-sia. Aku tetap lapar. Dan saat itu yang tersisa hanyalah seporsi makanan yang ditinggalkan Ella. Sepotong daging yang disiram saus berwarna cokelat. Entah apa namanya, tapi yang pasti makanan itu sudah terasa dingin. Akan sangat tidak enak jika aku makan sekarang.

Krukk!

"Sepertinya, aku harus turun ke bawah. Minta dibuatkan makanan oleh pelayan rumah."

Setelah membuat keputusan, aku berdiri. Mengambil ponsel dan selanjutnya mulai melangkah. Membuka pintu, kemudian menuruni tiap-tiap anak tangga yang ada.

"Kenapa sepi sekali? Grietha! Keila! Di mana kalian?!"

Tidak ada yang menjawab teriakan dariku. Aku melihat jam dalam ponsel. Masih pukul tiga sore. Kemana orang-orang itu pergi? Ah, iya! Aku baru ingat! Aku meminta Ella membawa seluruh pengurus rumah ke panti asuhan.

Tenagaku seolah menghilang begitu menyadari satu fakta yang baru aku ingat. Membuatku perlahan menurunkan tubuh. Duduk di salah satu anak tangga.

Krukk!

"Aduh, perutku juga sudah sangat lapar. Tapi aku tidak bisa memasak. Lalu aku harus apa? Makan di luar? Benar. Aku tidak punya pilihan. Lebih baik sekarang kembali masuk dalam kamar dan mencari dompet serta kunci mobil. Harusnya tokoh Lily punya satu mobil pribadi yang biasa ia gunakan setiap harinya."

Merasa setuju dengan diri sendiri, maka aku kembali berdiri. Berlari cepat ke arah kamar. Tidak ingin menyia-nyiakan waktu dan makin membuat perutku lapar.

*******

Bam!

Aku menutup pintu mobil setelah keluar dari dalamnya. Lalu, tanpa menunggu lagi, aku segera menekan satu tombol kecil pada kunci. Membuat suara 'Pip!' terdengar nyaring, sebagai tanda bahwa mobil berhasil terkunci.

"Ah, dingin sekali."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[End] Ending MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang