Jangan lupa vote, follow, dan komentar
-XOXO
******
"Pukul sepuluh anda memiliki janji untuk datang ke kantor cabang di Bilten. Selanjutnya, pukul dua belas, anda memiliki janji makan siang dengan Nyonya Hangmilton, dan pada pukul tiga siang, anda ada jadwal bertemu dengan Tuan Stamford di kantornya."
Setelah mendengar dengan seksama, aku melihat lurus. Balik menatap Mielten yang telah menyudahi pidato panjangnya.
"Mielten ...."
"Iya, Nona?"
"Apa kamu tidak merasa aneh dengan semua ini?"
"Aneh karena apa, Nona? Saya tidak mengerti."
"Sudahlah, lupakan saja. Kamu boleh keluar. Lima belas menit lagi aku akan menyusulmu ke lobi."
"Baik, Nona."
Mielten membungkuk hormat. Membalik tubuh setelah merasa tidak lagi memiliki urusan. Menutup pintu dan meninggalkan diriku sendiri dalam ruangan.
"Hah ... kenapa pula aku harus melakukan semua urusan kantor yang membuat pusing ini?"
Aku bertanya pada diri sendiri tanpa mendapat jawaban. Pelan, aku mulai bersandar pada badan kursi. Masih melihat lurus. Mulai masuk dalam segala pikir yang ada dalam otakku.
"Sedikit banyak, aku mulai paham dengan pergerakkan waktu dalam cerita. Seminggu tinggal di sini benar-benar membuatku sadar. Hari memang berganti. Menit dan detik juga berjalan seperti biasa. Namun, ketika pagi menyambut, maka aku akan tetap menjalani malam Natal.
"Ya ... berapa kali pun aku terbangun, angka pada kalender tetap akan menunjukkan tanggal 24 Desember. Dan lebih anehnya lagi adalah fakta bahwa orang-orang yang berada dalam cerita sama sekali tidak sadar akan keanehan ini.
"Setiap hari mereka tetap merayakan malam Natal. Melupakan fakta bahwa di hari sebelumnya mereka juga telah merayakan hal yang sama. Tidak. Mereka sebenarnya ingat dengan segala aktivitas yang dilakukan pada hari-hari sebelumnya. Yang mereka lupa hanya satu realita. Tentang malam Natal yang terus terjadi."
Aku mulai menutup mata. Mengangkat satu tangan. Berusaha memijat kepala yang perlahan mulai terasa pusing.
"Jika intuisiku tidak salah, maka agar tanggal dapat kembali berjalan, berarti aku harus menyelesaikan cerita ini. Benar ... Haist dan Ella ... aku harus menyatukan kedua orang itu dengan cepat. Membuat mereka jatuh cinta satu sama lain dan berakhir bahagia.
"Dan aku ... aku harus membuat peranku sendiri jahat. Namun, hanya jahat yang medium, jadi hukuman yang aku terima juga tidak akan berat. Benar begitu, 'kan? Atau salah? Apa agar aku kembali ke dunia nyata, aku tetap harus bersikap amat jahat dan tetap mati bunuh diri, baru bisa menyelesaikan cerita dengan benar?
"Tapi aku takut ... bunuh diri tidak semudah itu ternyata ...."
Aku kembali membuka kedua mata. Seolah ingin mengajukan protes pada Tuhan, tetapi tidak ada siapa-siapa di sana. Bagai orang bodoh, untuk beberapa menit berlalu, aku hanya bergumam seorang diri. Bertanya dan menjawab pertanyaan sendiri.
Merasa tak bersemangat, aku pun mulai merapihkan pakaian. Mengambil beberapa barang di atas meja. Lalu, berdiri. Bersiap untuk keluar dan menjalani setiap jadwal kantor yang terasa melelahkan itu.
Setidaknya, aku harus berusaha, bukan? Lebih baik aku menjalani dulu cerita sesuai keputusan awal.
Urusan aku jahat medium atau harus bersikap jahat maksimal itu adalah urusan belakangan. Yang paling penting, aku harus menyatukan dua tokoh utama dulu. Ella dan Haist. Aku harus membuat mereka bertemu lebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Ending Moment
Fantasy[NOVEL, Romance-Fantasy] Kisah tentang Salsa. Seorang penulis kejam tanpa cinta. "Penulis itu Tuhan! Jadi, jangan coba menghalangi aku untuk menyiksa tokoh antagonis!" kataku dengan semangat. Memang fakta, 'kan? Bahwa tokoh antagonis itu jahat! Ke...