Bab 19

9.2K 741 21
                                    

Jangan lupa vote, follow, dan komentar

-XOXO

********

Sabtu, 25 Desember, 01:30AM.

Pesta berakhir. Semua tamu serta Haist sudah pulang ke rumah masing-masing. Hanya tersisa diriku, Mielten, Ella, Daniel, dan para pelayan rumah.

"Mielten ...."

"Iya, Nona?"

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu sebentar. Bisakah kamu ke ruanganku?"

"Baik, Nona."

Aku dan Mielten pun pamit. Meninggalkan Ella dan Daniel di ruang utama. Masih membantu para pelayan untuk membersihkan sisa pesta.

Kriet!

Aku menutup pintu. Melangkah terlebih dahulu. Melewati Mielten dan duduk di kursi kerjaku.

"Kemarilah ... duduk di depanku."

Mendengar perintah dariku, sontak langsung membuat Mielten mendekat. Duduk di tempat yang aku minta.

"Ada apa, Nona?"

"Aku ... jika sampai aku pergi, maukah kamu membantu Ella mengurus perusahaan?"

"Apa maksud, Nona? Memang Nona ingin pergi ke mana?"

"Aku hanya berandai-andai. Jadi, maukah kamu setia dengan keluarga kami? Membantu Ella menjaga perusahaan seperti saat kamu menemani diriku?"

Wanita itu diam beberapa saat. Terlihat berpikir. Dan setelah merasa yakin, Mielten membuka suara. Menjawab pasti pertanyaan dariku.

"Tentu saja, Nona. Saya akan menjaga perusahaan dengan sekuat tenaga. Lagi pula, saya banyak berhutang budi pada perusahaan, juga pada Nona."

Aku tersenyum. Meraih dan menggenggam satu tangannya.

"Terima kasih. Aku amat bersyukur karena memiliki dirimu di sisiku."

"Saya juga sangat senang karena dapat memiliki kesempatan untuk dapat melayani wanita hebat seperti anda."

"Kalau begitu pulanglah. Aku tahu kamu pasti lelah sekarang."

"Baik, Nona. Kalau begitu saya permisi."

Melepas genggam tanganku, Mielten berdiri. Membungkuk hormat, lalu keluar dari ruang kerjaku.

"Selamat tinggal, Mielten ... semua sekarang akan benar-benar berakhir ...," gumamku pelan di tengah hening yang ada. Tetap berusaha kuat. Mencoba untuk menerima takdir yang seolah mempermainkan diriku ini.

******

Sabtu, 25 Desember, 08:13AM.

Aku melihat pantulan wajah di cermin. Merasa puas dengan make up serta pakaian yang aku kenakan. Tersenyum, kemudian segera mengambil ponsel dan memasukkan benda kecil itu dalam satchel bag berwarna hitam.

Kriet!

Aku membuka pintu kamar dan menutup kembali. Berlari kecil menuruni tangga. Berhenti di ruang tengah saat melihat Ella yang sedang sibuk di dapur.

"Ella ...," panggilku.

"Iya, Kak?" sahutnya tanpa menoleh. Tetap fokus pada wajan dan api kompor.

"Jaga dirimu baik-baik selama aku tidak ada."

"Memang Kakak akan menginap di pondok Kak Haist?"

"Mungkin ... jadi, baik-baiklah di rumah bersama para pelayan."

[End] Ending MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang