Jangan lupa vote, follow, dan komentar
-XOXO
********
Jum'at, 24 Desember.
Aku memutuskan untuk tidak ambil pusing lagi dengan masalah rumah. Masalah Ella maupun Haist. Aku sudah muak dengan seluruh alur cerita yang berjalan makin di luar kendaliku.
Hari ini aku bahkan memutuskan untuk tidak pulang setelah selesai bekerja dari kantor. Untuk beberapa hari ke depan, aku memilih untuk tinggal di hotel. Aku benar-benar ingin mengosongkan pikiran. Cepat-cepat kembali ke dunia nyata dan menjalani lagi hidup sebagai Salsa.
*****
Sabtu, 24 Desember.
Tidak banyak yang aku lakukan dalam kamar hotel. Hanya menyalakan televisi yang tidak aku tonton. Makan makanan cepat saji. Kemudian kembali tidur, berusaha melupakan semuanya.
Dengan sengaja, aku memblokir nomor Haist dan juga Ella bahkan seluruh nomor dalam ponsel Lily, kecuali Mielten. Hanya dia seorang satu-satunya yang dapat aku percaya di dunia fiksi ini.
Setidaknya, sekarang semua menjadi lebih tenang dan damai. Tanpa teriakan atau tangisan. Tanpa perlu merasa tertekan atau tersakiti. Cukup habiskan waktu yang ada. Lari dari semua masalah.
*****
Minggu, 24 Desember.
Mielten menghubungi diriku. Menyampaikan kabar bahwa Haist terus meneror dirinya. Namun, aku tidak peduli. Aku juga melarang wanita itu ke hotel. Terlalu berbahaya. Bisa-bisa Haist mengikuti Mielten dan tahu keberadaanku.
Lagi pula, untuk apa pria itu bertanya?! Dia dan Ella sudah bebas sekarang melakukan semua hal sesuka hati. Tidak perlu ambil pusing lagi denganku. Memang itu yang mereka inginkan, bukan?
******
Senin, 24 Desember.
Aku berangkat amat pagi ke kantor. Saat matahari belum terbit dan cahaya malam masih menguasai. Semua itu aku lakukan tentu untuk menghindari kemungkinan bertemu Haist di kantor. Terlebih setelah mengenal sifatnya yang agak nekat itu.
Dan benar saja, tepat pukul sepuluh, Haist sudah berada di depan kantor. Kembali meneror Mielten yang tetap aku paksa untuk berbohong. Sebenarnya, aku juga tidak tega, karena menjadikan Mielten sebagai penengah di antara kami.
Namun, aku tidak dapat berbuat hal lain lagi selain meminta bantuannya. Jika, aku sampai bertemu Haist, maka semua ketenangan yang berusaha aku ciptakan beberapa hari terakhir dapat hancur. Dan hatiku ... hatiku bisa kembali luluh dan sakit di saat yang bersamaan.
Lagi pula, sejak awal semua sudah terasa salah. Karena kebodohanku yang memperbolehkan Ella ke panti asuhan, maka akhirnya wanita itu menjadi dekat dan malah jatuh cinta dengan Daniel. Pertemuanku dengan Haist pun terjadi, karena aku ingin mengubah takdirku agar tidak meninggal bunuh diri.
Sebenarnya, jika aku tetap menjalankan cerita seperti biasa. Bersikap jahat layaknya pemeran yang asli, maka semua mungkin akan berjalan baik-baik saja. Aku meninggal dan bisa jadi kembali ke dunia nyata.
Walau tidak ada jaminan tentang hal itu. Bagaimana jika aku meninggal dan tetap tidak kembali? Malahan langsung masuk ke dalam neraka? Membayangkan semua hal itu saja sudah membuatku ngeri.
Ya ... sekarang aku hanya bisa pasrah. Urusan kembali ke dunia dengan menyatukan Ella dan Haist bisa dipikirkan belakangan. Toh, hubungan di antaranya sekarang menjadi tidak semudah di awal cerita.

KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Ending Moment
Fantasy[NOVEL, Romance-Fantasy] Kisah tentang Salsa. Seorang penulis kejam tanpa cinta. "Penulis itu Tuhan! Jadi, jangan coba menghalangi aku untuk menyiksa tokoh antagonis!" kataku dengan semangat. Memang fakta, 'kan? Bahwa tokoh antagonis itu jahat! Ke...